INILAH Yang Namanya Menegakkan Kemuliaan dan Kehormatan Nabi saw.—Namûs-i-Risâlat…!

Hai! Assalâmu’alaikum wa roĥmatu ‘l-Lôhi wa barokâtuh(u)—semoga Allah swt. melimpahkan damai, kasih sayang, dan keberuntungan.

Berikut adalah petikan terjemahan bahasa Inggris intisari khotbah jumat Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad) atba. tanggal 21 Januari 2011 dari situs internet resmi jemaah muslim Ahmadiyah internasional Alislam.org. Topiknya mengenai kemuliaan Rasulullah saw. dan Undang-undang Penodaan Agama Pakistan. Postingan ini saya otak-atik lagi, berdasar atau berkat postingan Bapak Haji Pipip Sumantri yang beliau kirim ke beberapa Ahmadi via japri maupun milis di Yahoogroups. Terima kasih banyak saya haturkan atas kirimannya, Pak Haji Pipip! JazâKumu 'l-Lôhu aĥsana 'l-Jazâ'. ^_^

Selamat membaca!

DI AWAL KHOTBAH, Hudhur atba. bersabda bahwa di Pakistan, sekarang ini, sedang ramai-ramainya debat opini di media cetak dan elekronik mengenai topik “Undang-undang (UU) Penodaan Agama” yang rujukannya dalam bahasa Urdu adalah “Namûs-i-Risâlat”, maksudnya adalah undang-undang yang menegakkan kemuliaan Nabi Muhammad saw..

Dalam diri kita, sebagai seorang muslim sejati [yang beriman], yang silsilah keimanan tersebut sudah berkesinambungan sejak Hadhrat Adam a.s. hingga Hadhrat Muhammad-Rasulullah saw., tentu bakal ada rasa gelisah terhadap suatu serangan atau gangguan yang ditujukan kepada wujud suci para Nabi Allah swt.. Tentu pula, sang muslim akan merasa sangat peduli bila serangan itu terkait dengan wujud sang Khâtama 'n-Nabiyyîn saw.. Seorang Muslim sejati dapat saja menyerahkan jiwanya, dapat saja melihat hartanya dirampok; tetapi, tidak akan sanggup mendengar kalau ada penghinaan terhadap junjungannya: Yang Mulia Muhammad-Rasulullah saw..

Akhir-akhir ini, dikarenakan situasi tertentu, UU Penodaan Agama di Pakistan sedang berada pada satu titik kritis di mana para pemimpin Barat dan juga pemimin rohani tertinggi umat Kristen Katholik-Roma Sri Paus memberikan bentuk perhatian, baik kekhawatiran maupun harapannya atas perkara tersebut.

Akhir-akhir ini pula, agama Islam dan orang-orang Islam dicitrakan dalam bentuk yang paling mengerikan di dalam media disertai dengan banyak contoh seperti yang ditemukan pada negara Pakistan maupun Afghanistan.

Dikatakan Hudhur atba. bahwa beliau tidak akan berbicara mengenai perkara arti pentingnya UU Penodaan agama bagi umat Islam dan betapa mereka ini mengambil manfaatnya dari perkara ini. Tetapi, yang ingin beliau atba. katakan adalah bahwa siapa pun yang berusaha mencoba biar sedikit pun untuk menodai kehormatan dan kemuliaan junjungan kita Yang Mulia Rasulullah saw., maka akan jatuh pada ancaman hukuman yang ada dalam kitab suci Alquran Surah (QS) [Al-Ĥijr] 15:96, “Innâ kafainâka 'l-mustahzi'în(a)”—artinya, “Sesungguhnya, Kami memelihara engkau terhadap orang yang berolok-olok.”

Maksudnya, Allah swt. sendiri-lah «yang melindungi kehormatan Yang Mulia Rasulullah saw.» dan «yang meningkatkan status beliau saw.» setiap saat. Hal ini nyata dalam QS [Al-Aĥzâb] 33:57, “Inna 'l-Lôha wa malâ'ikatahû yushollûna ‘ala 'n-nabiyyi, yâ ayyuha 'l-ladzîna âmanû shollû ‘alaihi wa sallimû taslîmâ”—artinya, “Sesungguhnya, Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, sampaikan selawat untuknya dan mintalah selalu doa keselamatan baginya.”

Pada zaman ini, adalah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang paling paham kedudukan status beliau saw. lebih dari siapa pun seperti yang beliau terangkan kepada kita. Beliau a.s. mengatakan bahwa kebenaran dan kesungguhan hati Hadhrat Rasulullah saw. adalah sedemikian rupa. Beliau saw. pernah mengalami berbagai macam penzaliman tetapi beliau tidak peduli. Allah swt. telah menyatakan, “Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang mukmin (yang beriman), sampaikan selawat untuknya dan mintalah selalu doa keselamatan baginya.”

Tidak ada ayat yang seluhur itu yang pernah digunakan para Nabi Allah yang lain. Allah swt. menginginkan agar kita mengirimkan doa kedamaian (salâm) kepada beliau saw. sebagai manifestasi rasa syukur. Dalam keteladannya yang penuh berkat ini, kebenaran dan kecintaan Hadhrat Rasulullah saw. adalah li 'l-Lâhi ta’âlâ. Karena itu, jika ingin termasuk di antara para mukmin sejati umat ini, maka kita harus menaati segala perintah Allah dengan jujur dan benar serta dengan kesungguhan hati, diiringi banyak-banyak memanjatkan doa kedamaian dan selawat kepada Nabi saw..

Saat kita berselawat, kita harus ingat akan kebajikan Hadhrat Rasulullah saw.. Beliau saw. telah menuntun kita kepada agama yang akan membawa kepada perjumpaan dengan Allah swt.. Beliau mengajarkan kita akhlak yang diridai Allah. Beliau meneladankan kepada kita dengan menjadikan diri beliau sendiri sebagai seorang hamba Allah yang sempurna. Beliau saw. sangat menghormati kewajiban beribadahnya kepada Allah. Beliau memperlihatkan keteladanan yang sangat istimewa dalam ketakwaannya. Ketakwaannya kepada Allah swt. dan juga sebagai teladan tertinggi dalam memuji dan mengagungkan Allah swt.. Kitab suci Alquran memberikan banyak perintah-perintah, yang di antaranya adalah untuk selalu: [pertama] berpegang pada kebenaran dalam semua situasi dan kondisi; [kedua] memenuhi janji-janji; [ketiga] memenuhi kewajiban terhadap sanak-keluarga; [keempat] menaruh welas asih terhadap sanak keluarga; [kelima] menyayangi semua mahluk ciptaan Allah swt.; [keenam] bersabar dan bertawakal; [ketujuh] memberi maaf; [kedelapan] rendah hati; dan, [kesembilan] percaya kepada Allah swt. dalam setiap situasi dan kondisi. Yang Mulia Rasulullah saw. adalah seorang teladan yang paling hebat dan paling unggul di dalam semua sifat-sifat tersebut.

Bilamana seorang mukmin sejati memanjatkan doa selawat, maka ia pun harus berusaha untuk meneladani beliau. Hanya dengan cara ini, ia dapat memanifestasikan kebenaran dan kesungguhan hatinya terhadap beliau. Hanya dengan cara demikian, selawat tersebut akan memancarkan rasa kebersyukurannya. Inilah menegakkan kemuliaan dan kehormatan Nabi saw.—Namûs-i-Risâlat. Bahwa, untuk membungkam para penentang Islam itu, orang perlu untuk mengikuti teladan beberkat beliau saw. daripada memperburuk citra Islam dengan motif tersembunyi dan memberikan kesempatan kepada para pencela dan tukang fitnah untuk bertindak tidak patut terhadap Junjungan-kecintaan kita saw..

Bila para penyela dan pemitnah kita mendapat kesempatan untuk mengatakan hal-hal yang negatif tentang Yang Mulia Rasulullah saw., kita harus bertanggung-jawab di hadapan Allah swt. untuk hal tersebut meski kita ada memiliki kelemahan manusiawi. Kecintaan kepada Nabi saw. tidaklah untuk diumbar melalui slogan kosong. Yang Allah swt. inginkan adalah amalan. Ini merupakan perkara serius yang mengkhawatirkan bagi orang-orang Islam.

Jika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tidak pernah menjelaskan kepada kita tentang hakikat Yang Mulia Rasulullah saw., wawasan kita mengenai beliau saw. pun akan sampai pada fakta kongkrit ritual belaka. Beliau a.s. paham keagungan Rasulullah saw. dan kemudian menerangkannya kepada kita.

Hudhur atba. menukil tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang dihimpun dalam buku The Essence of Islam jilid pertama. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menulis, “Derajat ketinggian nur itu telah dianugerahkan kepada manusia sempurna. Bukan kepada malaikat, bukan kepada bintang, bukan kepada bulan, bukan kepada matahari, bukan kepada yang ada di dalam lautan maupun sungai, atau bukan kepada yang ada di dalam batu mirah delima, zamrud, safir, apalagi mutiara.

“Singkatnya, nur ini tidak berada pada benda bumi maupun samawi. Cahaya ini hanya ada pada diri manusia sempurna yang ketinggian, keagungan, maupun keteladanannya yang paling sempurna; dialah junjungan kita, imam bagi para nabi, imam bagi semua orang yang hidup: Muhammad-sang-manusia-terpilih—saw.. Cahaya itu dianugerahkan kepada wujud tersebut. Cahaya itu sesuai dengan pangkat mereka, tetapi berada di atas semua pengemban warna yang sama hingga derajat tertentu. Martabat ini ditemukan dalam kedudukannya yang paling tinggi dan pada bentuk yang paling sempurna di dalam junjungan kita serta pembimbing kita, Nabi yang sama sekali tidak bernoda, wujud yang bertakwa—yang dibuktikan paling bertakwa: Muhammad-sang-pilihan saw..”

Pun Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menulis, masih dari The Essence of Islam jilid pertama, “Saya selalu merasa heran, betapa agungnya martabat seorang Nabi yang berasal dari Arab yang namanya Muhammad ini—ribuan keberkatan dan keselamatan disampaikan untuk beliau!). Seseorang manusia tidak akan dapat mencapai batas kedudukannya yang tinggi itu. Harkat ini tidak diberikan kepada orang untuk memperkirakannya secara benar daya guna rohaninya. Amat disayangkan sekali bahwa keluhuran pangkat beliau saw. tersebut tidak dikenal orang sebagaimana harusnya.

“Beliau adalah seorang pahlawan yang telah mengembalikan dunia ini pada keesaan atau tauhid Allah swt. yang telah hilang dari dunia. Beliau saw. mencintai Allah swt. secara gigih. Jiwa beliau luluh dalam solidaritasnya terhadap sesama umat manusia. Karena itu, Allah swt. Yang Maha Tahu rahasia hati orang, meninggikan beliau saw. di atas para Nabi dari yang awal hingga akhir. Allah swt. menganugerahkan kepada beliau apa yang diinginkan saat hidup. Beliau saw. adalah pancuran atau anutan dari setiap kasih dan keberkatan. Seseorang yang mendakwakan diri lebih unggul dengan tanpa menyadari akan keberkatannya beliau saw., maka ia bukanlah seorang manusia tetapi ia adalah benih dari hawa nafsu syaithan. Kepada Yang Mulia Rasulullah saw. telah dianugerahkan kunci untuk setiap keluhuran dan keagungan. Kepada beliau saw. telah dianugerahkan khazanah untuk setiap dan semua makrifat. Seseorang yang tidak [mau] menerima makrifat melalui beliau saw. akan dimahrumkan untuk selama-lamanya.

“Saya ini bukan siapa-siapa. Saya ini tidak memiliki apa pun. Saya akan menjadi orang yang sangat tidak bersyukur jika saya tidak mau mengakui bahwa saya sudah belajar tauhid yang hakiki melalui Nabi ‘ini’ saw.. Akan halnya Allah swt. Yang Hidup tersebut, kita dapat raih melalui Nabi-yang-sempurna ini melalui cahayanya. Kehormatan dari hubungan kait-kelindan dengan Allah swt. yang melaluinya kita dapat melihat wajah-Nya, telah dianugerahkan kepada saya melalui Nabi-yang-agung-ini saw.. Seberkas cahaya mentari petunjuk jatuh kepada saya laksana sinar matahari yang menerpa jatuh kepada saya. Saya pun senantiasa terus diteranginya selama saya menyesuaikan diri terhadap itu.”

Masih dalam buku The Essence of Islam jilid pertama sebagaimana termuat dalam karya buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berjudul Sirâj-i-Munîr, tertulis, “Kalau kita pertimbangkan secara adil, dari semua rangkaian para Nabi, kita akan menemukan: satu sosok yang paling gagah berani dan amat dikasihi Allah swt., penghulu segala nabi, dan kebanggaan serta mahkota para rasul. Namanya Muhammad-mustafa dan Ahmad-mujtaba—saw.. Bila seseorang berjalan di bawah naungan bayangan beliau saw., ia akan memperoleh nur yang sebelumnya tidak akan pernah didapatnya dalam seribu tahun.”

Pendapat yang ‘adil-dan-tidak-memihak’-lah yang dapat melihat secara jelas. Tidak ada orang yang mengenal kedudukan Yang Mulia Rasulullah saw. sebagaimana yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kerjakan. Beliau sendirilah yang dengan efektif dan dengan berbagai cara menanggapi berbagai serangan kritik maupun keberatan terhadap Yang Mulia Rasulullah saw..

Pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. hidup, ada seorang pendeta menerbitkan buku yang amat menyerang wujud Yang Mulia Rasulullah saw.. Pendeta itu mengirimkan bukunya secara gratis kepada para pemimpin agama Islam. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pun menerima satu eksemplar.

Menanggapi buku tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menerbitkan sebuah selebaran berupa poster yang ditujukan kepada pemerintah bahwa walau UU negara mengizinkan penerbitan yang sedemikian itu, tetapi orang-orang Muslim percaya kepada semua nabi. Beliau a.s. mengusulkan agar sebuah UU diterbitkan di mana semua orang dari setiap golongan agama hanya boleh menyebutkan dan mengemukakan aspek-aspek baik dari agama dan keyakinannya saja. Tidak boleh menyerang agama dan keyakinan orang lain.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sangat bergairah dan besemangat dalam menjaga kedudukan dari Yang Mulia Rasulullah saw. dan benar-benar membela dan mempertahankannya pada setiap kesempatan. Beliau a.s. mengatakan bahwa usaha kita haruslah menyajikan wajah Islam yang mulus tanpa cacat kepada dunia sebagai jawaban terhadap tuduhan palsu kepada Islam, yaitu dengan membuktikan kepada dunia gambaran Islam yang sejati, suci, dan luhur.

Dukungan hakiki kepada Islam adalah dengan menghapuskan setiap keberatan yang ditujukan kepada Islam. Sehingga, orang-orang yang telah menyebarkan kedustaan itu menjadi letih dan bosan. Yang kita perlukan adalah usaha dengan amal perbuatan yang membangkitkan rasa simpati terhadap Islam. Hal ini perlu kita kerjakan konsisten guna menghilangkan semua tuduhan palsu yang didukung dengan amalan yang tepat dari para mukmin sejati.

Tekad Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam penegakan kemuliaan Rasulullah saw. adalah sedemikian rupa. Beliau a.s. menulis bahwa beliau lebih baik bersahabat dengan ular-ular berbisa daripada dengan orang-orang yang membuat tuduhan kotor terhadap junjungannya. Beliau juga menulis bahwa tidak ada yang lebih menyakitkan beliau daripada ejekan, cemoohan, dan olok-olokan yang ditujukan kepada Yang Mulia Rasulullah saw.. Beliau mengatakan bahwa, bahkan, jika semua anak-cucunya dan keturunannya, serta sahabat dan teman-temannya itu dibunuh dan dipotong tangannya, bola matanya dicukil, dan beliau kehilangan semua sarana kenikmatannya, maka kesedihan karena penyerangan terhadap wujud Nabi Muhammad saw. akan lebih berat bagi beliau dibanding kesengsaraan yang disebutkan tadi.

Baru-baru ini, ada seorang pendeta kristiani Amerika Serikat (AS) yang bermaksud membakar kitab Suci Alquran dan ia pun akan datang ke Inggris. Namun, pemerintah Inggris telah melarangnya masuk ke Inggris. Ini adalah langkah yang amat terpuji dan pantas kita hargai dari pemerintah Inggris. Semoga Allah swt. memberikan kemampuan untuk bisa memenuhi kewajiban mereka dalam menegakkan keadilan di masa yang akan datang.

Duapuluh lima tahun yang lalu, ketika Salman Rushdie menulis buku Satanic Verses, Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. meresponnya melalui penerbitan sebuah buku. Pada tahun 2005, ketika karikatur seorang Denmark diterbitkan, Hudhur atba. dan Jemaat kita di Denmark meresponnya dan mengambil beberapa langkah tindakan yang efektif. Ketika ada serangan terhadap kitab suci Alquran oleh seorang anggota parlemen Belanda, Jemaat Muslim Ahmadiyah Belanda memberikan tanggapannya. Adalah hak kita menunjukkan martabat diri sebagai muslim sejati dengan memberikan tanggapan atas berbagai kritik yang ditujukan terhadap Islam disertai rasa hormat dan harus tetap berada dalam koridor hukum.

Jika teladan Yang Mulia Rasulullah saw. yang penuh berkat itu diikuti oleh orang-orang Islam, maka seharusnya [para] penentang Islam itu—beserta motif tersembunyinya—otomatis sudah dapat dibuat bungkam dan sudah bisa diseret ke pengadilan. Bila umat Islam ingin mengekspresikan dukungan mereka demi kehormatan Rasulullah saw., mereka itu harus meraihnya dengan ketakwaan sebagaimana yang diajarkan oleh Yang Mulia Rasulullah saw..

Sejarah Jemaat Muslim Ahmadiyah dipenuhi dengan kejadian insiden dalam menegakkan kehormatan dan kemuliaan Yang Mulia Rasulullah saw.. Keberatan-keberatan terhadap diri Yang Mulia Rasulullah saw. dapat dihilangkan dengan membawa dunia ini di bawah satu panji [khilafat]. Kekacauan dapat dihentikan bilamana ajaran hakiki beliau saw. kita manifestasikan dan dunia dikumpulkan di bawah satu bendera [nizam]. Bilamana UU terkait penodaan itu hanya dibuat dengan motif tersembunyi, maka UU itu sendirilah yang akan menjadi bentuk penodaan dan penghujatan terhadap [berbagai] agama. Hukum perundang-undangan memberi amanat terhadap keburukan yang nyata terlihat, tetapi tidak mengamanatkan apa yang ada di dalam hati orang.

Kebahagiaan hakiki seorang muslim hanya akan datang jika kecintaan kepada Yang Mulia Rasulullah saw. dapat kita tegakkan di dunia. Adalah kewajiban seorang muslim Ahmadi, bagaimanapun, yang untuk itu, kita harus berusaha keras. Tetapi, andai umat Islam lain pun meneladani Yang Mulia Rasulullah saw. dalam memberikan maaf, bukannya memperlihatkan kekerasan, maka memang inilah yang disebut pengabdian (baca: pembelaan) terhadap Islam itu.

Dewasa ini, keteladanan beberkat inilah yang kita perlukan dan yang harus kita sampaikan dalam meninggikan syiar atau ‘amanat dan ajaran’ Islam kepada dunia. Bukan hanya sekadar dengan membuat dan menerbitkan UU yang untuk kulit belaka. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada kita dan juga kepada umat Islam lain untuk dapat mengamalkannya. Amin.[] (Alislam.org; PPSi—Bontang, Kaltim, 27 Jan-’11)