[Undangan] Bedah Buku “Being and Nothingness” karya Filsuf Jean-Paul Sartre

UNDANGAN TERBUKA


Pusat Studi Fenomenologi dan Filsafat Perancis SEMA STF Driyarkara mengadakan bedah buku “Being and Nothingness” karya Jean-Paul Sartre pada: 

Hari/Tgl : Senin, 17 Nopember 2008; pukul 11.00 WIB
Tempat : Ruang III STF Driyarkara
Presentator : Dr. Setyo Wibowo, SJ

Alamat: Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara - Jl. Cempaka Putih Indah 100A, Jembatan Serong, Rawasari - Jakarta 10520, Telp. 021-4247129, Fax. 021-4224866

Buku rujukan:
Jean-Paul Sartre, Being and Nothingness New York, Philosophical Library, 1956

Salah satu dasar keselamatan manusia adalah adanya jiwa yang abadi. Keabadiaan jiwa hanya mungkin jika jiwa bisa terpisah dengan tubuh. Jiwa mampu bertahan setelah tubuh mati. Dari sini, boleh maklum kalau kesadaran terpisah dengan objek di luar kesadaran.

Namun, bagi Sartre dan para fenomenolog, posisi biner ini merupakan skandal sejak dua ribuan tahun lalu yang tak pernah digugat sebelum muncul Nietzsche yang terpengaruh filsafat Kant.

Bagi Kant, objek yang “hadir” pada kesadaran hanya fenomenanya. Sebab itu, tak ada ruang atau waktu absolut yang terpisah dengan kesadaran. Akibatnya, behind the scene dari objek tidak mungkin diketahui karena apa yang nampak pada kesadaran sudah disablon terlebih dahulu melalui skematisasi pikiran.

Seperti Kant, dengan pendekatan fenomenologi, Sartre memiliki posisi yang sama. Bagi Sartre, implikasi dari tiadanya (manqué) hakikat dari penampakan adalah tidak adanya pola yang tetap.

Distingsi antara eksterior dan interior menjadi absurd. Tidak ada misteri karena setiap penampakan adalah serialitas dari penampakan yang lainnya. Objek seperti botol bukan hanya botol sebagai objek yang statis melainkan penampakannya sekarang, masa lalunya, dan proyeksi kemungkinannya. Implikasinya, manusia sebagai subjek berkesadaran tidak dapat disamakan dengan botol yang statis.

Manusia tidak memiliki harkat dan martabat sebelum ia berbuat. Penentuan apriori merupakan alibi dari sikap yang tak bertanggung jawab. Keimanan terhadap tuhan menghambat surplus (de trop) serialitas tindakan manusia.

Ateisme adalah komitmen total untuk mengikis fetisisme komoditas (illusion chosiste) karena manusia mesti dievakuasi dari being-in-itself. Tidak ada laku yang bertanggung-jawab tanpa ateisme. Karena itu, kebebasan (being-for-itself) hanya mungkin ketika manusia tidak melarikan diri dari ateisme sehingga tak ada keselamatan konsisten tanpa ateisme yang konsisten.  

CP:
Martin Suryajaya (08561566705)
M. Sholeh (085210523337)


Wslm,
A. Shaheen

~_^