PARDAH




PARDAH

BERIKUT adalah ringkasan Amanat Penutupan yang disampaikan oleh Hadhrat Khalifatul Masih V atba. pada Ijtima (Jambore) Tahunan Lajnah Imaillah Jemaat Ahmadiyah Inggris 19 November 2006. Penerjemah: Hj. Jenny Nurjehan Soesanto & Hj. Neneng Anis Ahmad Ayyub. Disalin lagi ama si Mehdi Mubarak. dan sempat diedit dikit-dikit ama aku. Hehe...

icon_smile.gif LAJNAH Imaillah (LI) adalah organisasi sayap atau badan kaum perempuan Jemaat Ahmadiyah yang anggotanya berumur 15 tahun ke atas. Hirarkisnya adalah: KHALIFAH Ahmadiyah >> Sadr (Ketua Umum) Nasional >> Ketua Daerah >> Ketua Cabang/Jemaat-lokal >> Ketua Ranting/Halaqah. Di bawah LI ada kaum Nashiratul Ahmadiyah, yang merupakan anggota perempuan Ahmadi berumur 7 hingga 15 tahun. Di bawahnya lagi, ada Abna berumur di bawah 7 tahun.[] (R.Ali)


Hudhur V atba.

SEBELUMNYA, Hudhur atba. sudah duduk di meja dan kursi yang telah di sediakan. Di sebelah kanan beliau adalah isteri beliau Hadhrat Ummul Mukminin Sayyidah Amatul Sabooh Sahibah. Di sebelah kiri beliau adalah Sadr Nasional LI JA Inggris. Hudhur atba. bertindak sebagai Pemimpin Acara.

Sebelum memberikan amanatnya, Hudhur atba. mempersilahkan Nn. Madiha Khan Sahibah sebagai Qari dan Saritilawah dalam Tilawat Alquran Karim. Sesudah itu, Hudhur atba. memimpin Janji Lajnah Imaillah sampai selesai yang kemudian berlanjut dengan pembacaan nasyd atau syair oleh Nn. Mansura Bakhs Sahibah.

Setelah itu, Hudhur atba. berdiri di podium memberikan amanat dalam ceramah penutupan Ijtima.

Setelah mengucapkan tasyahud, taawuz dan menilawatkan QS [Al-Fâtiĥah] 1:1-7, Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. bersabda:

“HARI ini, Anda berkumpul di sini, turut serta dalam Ijtima Tahunan, yang merupakan hari terakhir.

“Tujuan ijtima-ijtima ini adalah agar para Anggota dapat mengambil manfaat dari program-program dan ceramah-ceramah pendidikan dan kerohanian untuk melepaskan diri mereka dari kelemahan-kelemahan yang mungkin mereka miliki. Juga, remaja putri (Nashirat) dan yang lebih tua dapat turut serta dalam berbagai kompetisi yang edukatif guna meningkatkan wawasan dan mempertajam kemampuan rohani mereka.

“Pertemuan-pertemuan ini, menyediakan suasana yang mengembangkan diskusi dan mengenalkan cara dan sebagai sarana perbaikan/pensucian hati. Masyarakat manapun, yang remaja putri dan kaum perempuannya berkumpul di suatu tempat dengan niat menggunakan waktunya dalam suasana yang murni kerohanian dan menyibukkan diri dalam kegiatan-kegiatan untuk perbaikan diri, keturunan yang akan datang dari masyarakat tersebut akan terpelihara. Juga, mereka tidak akan mengalami kemunduran.

“Saat ini, jika jika ada kaum perempuan yang berkumpul semata-mata li'l-Lâhi Ta’âlâ, mereka adalah perempuan-perempuan Muslim Ahmadi. Oleh karenanya, ingatlah selalu kedudukan Anda. Manfaatkanlah sebaik-baiknya makanan rohani yang telah Anda nikmati dalam ijtima ini. Karena, kehidupan Anda bergantung padanya. Kehidupan keturunan mendatang bergantung padanya. Kahidupan dan kehormatan keluarga Anda bergantung pada hal itu.

Hudhur atba. bersabda, “Anda jangan terlalu egois hanya memikirkan diri sendiri, hanya memikirkan kebutuhan Anda sendiri, hanya memikirkan perasaan Anda sendiri. Anda juga harus memikirkan orang-orang lain. Anda harus siap memberikan pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain. Anda harus peka terhadap perasaan-perasaan orang lain. Anda tidak boleh berpikir hanya untuk kehormatan diri Anda sendiri. Anda harus selalu memperhatikan kehormatan keluarga Anda dan Jemaat.

“Kita juga harus selalu ingat pada setiap saat bahwa Tuhan Maha Melihat. ‘Dia memperhatikanku setiap waktu. Tuhanku adalah Maha Mengetahui, yang mengetahui pikiranku yang paling dalam. Dia mengetahui semua rahasiaku. Aku tidak dapat menyembunyikan apa pun dari-Nya.’

“Sadar akan hal ini ketika Anda menyatakan diri bahwa Anda seorang wanita Ahmadi, maka Anda harus memberikan perhatian pada firman-firman itu yang Allah telah sampaikan kepada kita melalui Nabi Suci kesayangan-Nya, Rasulullah saw.. Jika Anda kadang-kadang lupa beberapa firman itu dan diingatkan akan hal itu dari waktu ke waktu, maka Anda harus menyikapinya dengan cara sebagaimana seharusnya seseorang yang bertakwa. Di dalam Kitab Suci Al-Quran, Allah berfirman tentang orang-orang semacam itu, “Dan juga orang-orang yang, apabila diperingatkan tentang tanda-tanda Tuhan mereka, tidak akan terjerumus ke dalamnya sebagai orang-orang tuli dan buta (25:74).” Pasti, wanita Ahmadi yang dalam hatinya telah disemaikan benih kerohanian yang membuatnya tetap dalam Jemaat Ahmadiyah, yang merupakan gambaran kesetiaan, yang memahami tentang mempersembahkan pengorbanan, demi keimanannya, yang sangat mencintai Khilafat Ahmadiyah, manakala dia diperingatkan, dia tidak menyikapinya seperti orang tuli dan buta. Jika dia seorang Ahmadi sejati, diharapkan bahwa sebagaimana halnya semua Ahmadi sejati, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk beramal sesuai dengan nasihat yang diberikan kepadanya.”

Hudhur atba. bersabda, “Ahmadi-ahmadi sejati harus selalu cenderung mengamalkan nasihat yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan Allah dan Nabi-Nya [Muhammad] saw.. Ini merupakan tanda orang beriman sejati. Anda telah baiat. Ingatlah selalu hal itu. Ketika Rasulullah saw. mengambil baiat dari kaum wanita, ada syarat-syarat tambahan di dalamnya dibandingkan dengan baiat yang diambil dari kaum pria. Syarat-syarat tambahan ini dijelaskan di dalam Alquran. Salah satunya adalah menjauhkan diri dari menyekutukan Allah. Yang lainnya adalah menjauhkan diri dari kejahatan dan ketidaksenonohan. Yang lain lagi adalah memberikan perhatian pada membesarkan dan mendidik anak-anak. Kemudian Allah berfirman, “Tidak akan mendurhakai engkau dalam hal-hal kebaikan” (60:13); Allah tidak akan memaksa kita untuk melakukan apa pun. Namun demikian, jika Anda telah memilih untuk menjadi seorang Muslim, maka Anda harus menaati syarat-syarat yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam Islam. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. juga memberikan nasihat yang sama pada saat beliau menerima baiat dari kaum wanita.”

Huzur a.s. bersabda, “Akhir-akhir ini telah sering terjadi, di bawah pengaruh masyarakat masa kini bahwa beberapa orang mulai berpikir mereka bebas. Anda harus ingat bahwa Anda bebas, tetapi hanya sampai batas tertentu. Sejauh kaitannya dengan pengamalan agama Anda, Anda tidak bebas. Jika Anda menggabungkan diri dalam Jemaat maka Anda dalam segala keadaan terikat oleh syarat-syarat yang dibutuhkan untuk seorang Ahmadi. Kita mengetahui bahwa pada masa-masa awal Islam, ketika kaum wanita mengambil baiat, masyarakat pada waktu itu sama sekali bebas dari ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan apa pun. Masyarakat pada waktu itu lebih buruk daripada sekarang. Kurang adanya pendidikan. Hanya ada sedikit orang yang cukup berpendidikan. Tidak ada konsep keberadaan Tuhan. Mereka hanya mengenal berhala yang mereka sembah. Mereka tidak sadar akan adanya Tuhan Yang Maha Melihat, Maha Mengetahui. Ketika kaum wanita itu mengambil baiat, mereka mengadakan perubahan total dalam kehidupan mereka. Ketika seorang wanita melangkah keluar dari kegelapan ketidaktahuan ke dalam cahaya Islam, ia menjadi sumber pengetahuan yang banyak orang mendapat manfaat dari padanya. Dia mengajarkan banyak Sahabat-terkemuka r.a. tentang masalah-masalah agama yang ruwet sambil tetap berada di dalam batas-batas ‘pardah’. Dia mendapat pengakuan dari Rasulullah saw. bahwa ‘Anda dapat memperoleh setengah dari pengetahuan agama dari Hazrat Aisyah r.a.’”

Hudhur atba. bersabda, “Adalah seorang wanita yang telah memperlihatkan sebuah teladan yang baik sekali, bahkan di medan peperangan, ia mampu membebaskan saudara laki-lakinya dari perkemahan tentara Romawi sendirian saja dan tetap berada dalam batas-batas ‘pardah’. Sejarah mengenangnya dengan nama Hadhrat Khaula r.a.. Sewaktu Madinah diserang dan kaum laki-laki mempertahankannya dengan menggali parit di satu sisi, kaum wanita mengambil alih tugas menjaga rumah-rumah. Dan sewaktu kaum Yahudi mengirimkan seorang laki-laki untuk mengintai dan mencari celah kalau mereka dapat menyerang Madinah dari belakang, waktu itu bukan laki-laki yang menghadapinya. Sebaliknya, seorang wanitalah yang melawan mata-mata itu dan melukainya serta mengusirnya. Dalam perang Uhud, sewaktu kaum Muslim mulai mundur, adalah kaum wanita yang memberikan teladan yang cemerlang dalam kecintaan pada agama dan kepada Rasulullah saw. kaum wanita itu mendapat kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan pengetahuan dengan mengikuti ajaran Islam dan membuatnya bagian dari hidup mereka. Jadi, ingatlah selalu bahwa jika Anda mau mengikuti ajaran-ajaran agama Anda tanpa syarat, akan berupaya mematuhi aturan-aturan Allah, akan memberi perhatian ada menyembah Allah, maka Anda pun akan diberkati dengan kecintaan dan ketulusan hati untuk agama itu. Itu juga akan membebaskan Anda dari segala macam rasa rendah diri. Kalau tidak, Anda akan mendapatkan diri Anda tenggelam dalam mengejar harta benda duniawi seperti orang-orang duniawi yang lain. Jadi, sebagaimana para wanita dari zaman Rasulullah saw. menciptakan perubahan dalam diri mereka sendiri dan sepenuhnya berserah diri kepada Tuhan, menjadi wanita-wanita beriman, menjadi wanita-wanita yang taat, selalu cenderung kepada Tuhan dan ikhlas beribadah. Jika Anda ingin mencapai derajat yang sama maka ikuti langkah-langkah mereka, Anda harus mengikuti ajaran-ajaran Islam. Jika Anda tidak melakukannya, maka Anda tidak dapat menyebut diri Anda seorang Muslim. Jika Anda tidak memperkuat keimanan Anda dan tidak menyelamatkan diri Anda sendiri dari keburukan-keburukan masyarakat ini, maka Anda tidak dapat menyebut diri Anda sebagai wanita beriman. Jika Anda tidak memperlihatkan standar ketaatan yang tinggi maka Anda tidak dapat menyebut diri Anda wanita yang taat. Jika Anda tidak memberikan perhatian pada bertobat dan beribadah maka Anda bukanlah orang yang selalu cenderung kepada Tuhan atau yang ikhlas beribadah.”

Hudhur atba. bersabda, “Periksa diri Anda dan pastikan apakah tindakan-tindakan Anda sesuai dengan pengakuan Anda. Anda harus memeriksa diri Anda sendiri. Selalu ingat tujuan diciptakannya manusia. Tujuan Anda haruslah untuk meraih keridaan Allah. Anda harus menetapkan cita-cita yang lebih tinggi yang harus Anda capai. Tentukanlah standar yang tinggi yang ke arahnya Anda harus berderap maju. Jika Anda mempunyai standar-standar yang tinggi di hadapan Anda, Anda akan lebih keras berupaya untuk meraihnya. Kaum ibu harus memeriksa diri mereka sendiri dan anak-anak perempuan harus memeriksa diri mereka sendiri. Dengan cara ini, Anda dapat memperbaiki diri dan menjaga keturunan mendatang Anda juga dengan memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak. Dewasa ini, Islam sedang diserang dari semua jurusan. Adalah penting bahwa untuk membela Islam, setiap anak perempuan Ahmadi dan wanita Ahmadi harus terjun bertindak sama seperti para wanita pada masa permulaan Islam. Jika tidak, Anda akan dimintai pertanggungjawaban karena tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan pada Anda. Anda akan ditanya mengapa tindakan Anda tidak sesuai dengan pengakuan-pengakuan Anda.”

Hudhur atba. bersabda, “Berkenaan dengan kaum wanita, serangan yang dilancarkan terhadap Islam dewasa ini berhubungan dengan masalah ‘pardah’, atau memakai cadar atau kerudung. Kaum laki-laki dapat menyampaikan penjelasan dan pembenaran yang tidak terhitung dalam mendukung kebiasaan berpardah dalam Islam. Meskipun demikian, jika ada seseorang dapat menjawab serangan ini, adalah wanita Ahmadi yang taat dan takut kepada Allah yang dapat menunjukkan jawaban yang benar. Oleh karena itu, daripada menjadi korban sesuatu rasa rendah diri, sebagaimana wanita Ahmadi Muslim yang berani, dengan melaksanakan dan dengan penjelasan Anda, sampaikan pesan ini kepada teman-teman Anda dan dalam masyarakat Islam, bahwa ajaran Islam ini adalah untuk menjaga kesucian Anda. Hal itu ada untuk memulihkan kehormatan Anda yang hilang, itu bukan hukuman penjara,”

Hudhur atba. bersabda, “Perhatikanlah orang-orang ini, yang pada satu sisi menyerang Islam bahwa di dalamnya ada paksaan dan kekerasan, sedang di lain sisi mereka sedang melakukan kesalahan karena mencampuri masalah pribadi orang-orang lain. Mengapa mereka merasa terganggu jika seorang wanita ingin memakai kerudung atau cadar? Sebagian besar wanita Muslim, karena kurangnya pengamalan diantara mereka yang belum menerima Hadhrat Masih Mau’ud a.s., tidak memakai pardah. Tidak ada hukuman bagi mereka dalam Islam. Tidak ada peraturan dunia yang menghukum mereka atas penyelewengan ini. Meskipun demikian, apa hak pengikut agama lain merancang undang-undang semacam itu yang melarang mereka yang ingin mengamalkan agama mereka dan menegakkan pardah dengan memakai kerudung atau cadar. Besok, orang-orang ini mungkin akan berkata bahwa pakaian itu tidak pantas dan mereka seharusnya tidak memakai shalwar (celana panjang longgar). Melainkan mereka seharusnya memakai gaun atau celana jeans atau rok. Kemudian mereka mungkin menuntut para wanita seharusnya memakai celana pendek atau rok atau bahkan mempertontonkan diri sendiri. Mereka tidak berhak mempermainkan kehormatan Anda dengan cara ini. Andalah yang harus memberikan jawaban kepada orang-orang ini dan katakan kepada mereka bahwa mereka tidak berhak mencampuri masalah pribadi orang lain. Harus ada seseorang yang memberitahu mereka bahwa pada hakikatnya mereka merampas kebebasan orang lain untuk menentukan pilihannya sendiri. Cara seseorang berpakaian adalah masalah pilihan pribadi. Mengapa mereka mencoba memerintahkan tata cara berpakaian yang harus diikuti. Hanya karena berkuasa, mereka pikir sangat bijaksana, sementara kenyataannya, tindakan mereka sangat dungu dan tidak bijaksana.”

Hudhur atba. bersabda, “Seorang wanita Ahmadi, harus menegakkan kehormatannya dan harus siap untuk menjawab semua serangan semacam itu. Beberapa wanita, meskipun mereka menyatakan diri mereka Ahmadi, jatuh menjadi korban semacam rasa rendah diri. Salah seorang wanita semacam itu dilaporkan telah berkata bahwa jika putrinya tidak menutup kepalanya atau memakai celana jeans atau pakaian lain semacam itu, maka ia tidak seharusnya ditegur, ia sangat sopan. Mengapa dia sopan? Karena dia tidak mempunyai teman pria. Dia bebas dan tahu yang benar dan yang salah.”

Hudhur atba. bersabda, “Ini kasus dari tidak benarnya pendidikan anak-anak Anda. Jika seorang gadis tidak mempunyai teman pria sekarang, besok mungkin dia mempunyainya. Jika dia tidak melakukan suatu kesalahan sekarang, besok, dengan memanfaatkan kebebasan ini, dia mungkin akan salah melangkah. Jika dia bebas kini, dia tahu yang baik dari yang buruk, dia bebas untuk mengamalkan atau tidak mengamalkan perintah Alquran, maka ketahuilah bahwa Jemaat juga bebas. Khalifah zaman ini pun bebas dan mempunyai hak mutlak untuk mengeluarkan orang semacam itu dari Jemaat, yang tidak mau menaati ajaran-ajaran Kitab Suci Alquran. Jika Anda mengikuti organisasi dunia apa pun, ada peraturannya. Jika Anda tidak mengikuti peraturan itu, keanggotaan Anda diacabut. Ahama adalah perkara yang berhubungan dengan Tuhan. Ini merupakan ikatan dengan Tuhan. Ini adalah sebuah pernyataan bai’at dengan Tuhan. Jika tindakan Anda bertentangan dengan petunjuk yang jelas dari Tuhan, jika Anda menolak bertindak sesuai dengan ajaran-Nya, maka ketahuilah bahwa jika Anda atau putri Anda berhak tidak memakai ‘pardah’, maka dengan pernyataan yang sama, saya juga berhak bahwa saya harus mengeluarkan orang-orang yang tidak taat semacam itu dari Jemaat. Saya akan melaksanakan ini sesuai dengan aturan Allah. Oleh karena itu seharusnya tidak seorang pun boleh mempersoalkan tindakan semacam itu.”

Hudhur atba. bersabda, “Baiklah saya tekankan kepada pengurus Jemaat bahwa sebagai langkah pertama, mereka harus menetapkan bahwa tidak ada wanita pengurus yang tidak berpardah. Jika mereka tidak dapat menemukan wanita di suatu cabang tertentu yang benar-benar taat, maka gabungkan cabang itu dengan cabang yang dekat atau serahkan tugas kepengurusan itu kepada mereka yang taat berpardah meskipun mereka mungkin lebih rendah dalam bidang pengetahuan. Apabila tidak ada orang dalam suatu cabang yang taat berpardah dan tidak ada cabang lain yang dekat, maka bubarkan saja cabang itu. Saya harap dengan karunia Allah, keadaan perbedaan yang luar biasa ini tidak ditemukan dimanapun. Dengan karunia Allah, ada banyak wanita saleh dalam Jemaat yang saling berlomba dalam berbuat kebaikan. Jika tidak pada wanita-wanita yang lebih tua, saya lihat banyak di antara wanita-wanita yang lebih muda yang bebas dari sifat munafik. Ada yang telah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga mereka tetapi banyak yang sedemikian rupa melangkah jalan yang benar, melebihi orang tua mereka. Mereka berusaha menutup kepala dan memelihara kesopanan mereka.”

Hudhur atba. bersabda, “Dalam suatu acara MTA yang direkam baru-baru ini, saya mendengar bahwa ada seorang wanita muda yang bekerja sebagai seorang guru, berkata bahwa dia juga akan menutup kepala di sekolah karena dia tidak mau mengajar anak-anak bahwa dia seorang munafik atau bahwa dia mempunyai kepribadian ganda, karena di luar sekolah anak-anak melihatnya memakai kerudung. Mereka dapat bertanya kepada gurunya, mengapa dia tidak memakai kerudung dan menutup kepalanya di sekolah. Walau bagaimanapun, ‘pardah’ merupakan perintah dalam Islam. Bagian dari diskusi dalam acara MTA itu adalah mengenai sebuah sekolah dasar yang murid-muridnya hanya terdiri dari anak-anak yang masih kecil, apakah perlu menutup kepalamu.”

Hudhur atba. bersabda, “Dalam keadaan demikian, hal itu bukanlah masalah, tetapi mungkin ada anak-anak yang usianya lebih tua di sekolah tempat wanita muda tersebut mengajar. Dalam hal apa pun, ‘pardah’ adalah satu perintah dalam Islam dan satu tanda yang membedakan seorang wanita Ahmadi. Ini menganugerahkan suatu kehormatan tesendiri kepada seorang wanita Ahmadi. Ingatlah bahwa bersamaan dengan pemakaian kerudung, pakaian yang lainnya pun harus longgar. Firman Allah menyatakan bahwa kecantikan Anda jangan dipamerkan. Beberapa gadis non Ahmadi terlihat memakai kerudung, sebagai reaksi atas ketentuan pemakaian kerudung, tetapi mereka mengenakan celana jins dan blus yang ketat. ‘Pardah’ yang demikian tidak ada nilainya. Itu betul-betul suatu kemunafikan. ‘Pardah’ harus betul-betul sebagai ‘pardah’ yang benar dan sesuai dengan status Anda yang terhormat”.

Hudhur atba. bersabda, “Saya memperoleh berita bahwa pada suatu pertemuan beberapa wanita, seorang pengurus berkata bahwa kita harus memberi kelonggaran dalam masalah ‘pardah’ sesuai dengan keadaan dewasa ini, kita jangan terlalu tegas”. Huzur bersabda, “Baiklah, Anda dapat memakai hak Anda untuk bersifat longgar dan saya akan menggunakan hak saya. Ini tidak boleh terjadi bahwa Anda tetap memakai hak Anda dan mengatakan kepada saya untuk tidak menggunakan hak saya. Dalam keadaan bagaimanapun, dengan Karunia Allah, saya harus memperkuat pelaksanaan perintah-perintah Allah yang telah diajarkan-Nya kepada kita melalui Kitab Suci Alquran. Jika tidak demikian, seperti telah saya katakan, pintu terbuka lebar. Siapa pun yang ingin keluar, dia bebas untuk pergi. Saya tidak mengerti alasan dibalik rasa rendah diri ini. Ada wanita-wanita Inggris yang telah masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Juga, ada wanita seperti itu di bagian lain di Eropa. Beberapa dari antara mereka adalah wanita-wanita muda. Mereka telah mulai mengenakan kerudung, mereka telah mulai menutup kepala mereka dan menjadikan beberapa dari Anda merasa rendah diri. Baru kemarin, saya bertemu dengan seorang gadis Inggris yang menjadi Ahmadi beberapa hari yang lalu. Dia tidak pernah memakai kerudung atau cadar sebelumnya tetapi dia telah menutup kepalanya dengan baik. Orang-orang ini telah menerima ajaran-ajaran yang indah ini dan mengamalkannya dan beberapa dari Anda menjadi rendah diri. Apa yang dapat kita katakan selain “Inna lillaaihi wa inna illaihi raji’uun”(2:157).

Hudhur atba. bersabda, “Kalau ada seseorang yang beranggapan bahwa Jemaat akan mundur karena ketegasan ini, bahwa orang-orang akan mulai menjauh dari Jemaat, mereka harus tahu bahwa Jemaat TIDAK AKAN mengalami kemunduran. Apabila semua wanita semacam itu harus meninggalkan Jemaat, Allah telah berjanji Dia akan mendatangkan bangsa-bangsa baru yang akan masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Wanita-wanita Inggris yang telah masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah sangat tulus dan di kemudian hari Anda juga akan melihat siraman-siraman kecintaan turun dari antara mereka. Mereka akan mencintai Islam dan ajaran-ajarannya. Banyak yang lain yang tengah duduk di hadapan saya di sini, seperti wanita yang saya temui kemarin. Mereka telah menerima Ahmadiyah dan telah membuat kemajuan pesat dalam Ahmadiyah. Sadr Lajnah Anda di sini bukan seorang Pakistan. Dia tidak mempunyai rasa rendah diri. Dia memakai ‘pardah’. Sebagaimana telah saya nyatakan sebelumnya tentang wanita, yang juga seorang Pengurus, menginginkan kelonggaran dalam pemakaian ‘pardah’. Masalah sebenarnya tentang ini, dia ingin mengajukan keberatan terhadap saya karena saya tegas mengenai masalah ‘pardah’. Orang-orang semacam ini memperlihatkan kemunafikan mereka dengan keberatan-keberatan yang terselubung”.

Hudhur atba. bersabda, “Kuasailah diri Anda, dan saya katakan kepada orang-orang Ahmadi baru ini yang datang dari penduduk setempat, bahwa bila wanita-wanita Ahmadi keturunan ini tidak mau hidup berdasarkan ajaran Islam maka jangan ikuti mereka. Anda harus bergerak maju ke depan dan menjadi teladan untuk mereka. Anda harus melangka ke depan dan sebarkan keindahan Islam dan Ahmadiyah ke dalam lingkungan Anda”.

Hudhur atba. bersabda, ‘pardah’ dan kesopanan telah diajarkan oleh semua agama. Pada zaman Nabi Musa, kita baca di dalam Kitab Suci Alquran tentang dua orang wanita yang berdiri satu sisi dan tidak memberi minum ternak mereka. Mereka bersikap demikian atas dasar kesopanan, bahwa mereka baru akan memberi minum ternak mereka apabila kaum laki-laki telah selesai melakukannya dan meninggalkan tempat itu. Kesopanan itu adalah sebagian dari iman. Inilah yang telah diajarkan kepada kita. Pada masa-masa awal kaaum wanita Kristen biasa memakai ‘pardah’. Mereka biasa memakai pakaian-pakaian yang sopan. Banyak tempat dalam Injil yang memuat ajaran mengenai ‘pardah’. Jika orang-orang Kristen tidak lagi memakai ‘pardah’ saat ini dan Anda sedang terpengaruh oleh mereka, maka ketahuilah bahwa mereka telah meninggalkan agama mereka. Apabila mereka peduli akan agama mereka, mereka akan mengamalkannya. Mereka akan menghindarkan diri dari berbagai keburukan yang terdapat dalam masyarakat mereka. Untuk kepuasan bagi mereka yang mengidap rasa rendah diri dalam bentuk apapun, saya akan memberikan beberapa keterangan dari Injil. Mungkin Anda pernah mendengarnya sebelum ini”.

Hudhur atba. bersabda, “Ini tertulis dalam Injil, Wanita tidak boleh memakai pakaian pria, demikian pula pria tidak boleh memakai pakaian wanita, karena Tuhan membenci siapapun yang melakukan hal ini” ( Kitab Ulangan 32:5 ).

Lagi, tertulis dalam Injil, “Kesenangan adalah menipu dan kecantikan tidak berguna tetapi seorang wanita yang takut akan Tuhan, dia akan dipuji” ( Kitab Amsal 31:30 ). Lagi tertulis dalam Injil, “Aku juga menginginkan para wanita berpakaian sederhana, dalam kepatutan, tidak dengan rambut yang dijalin, atau memakai emas, atau mutiara, atau pakaian-pakaian yang mahal, tetapi dengan perbuatan baik, pantas untuk wanita yang mengaku menyembah Tuhan” ( Timotius 2:9-10 ). Juga ini ditulis di dalam Kitab Injil, “Laki-laki di manapun yang berdoa atau meramal dengan sesuatu di atas kepalanya akan menghinakan kepalanya, tetapi jika wanita manapun yang berdoa atau meramal kepalanya yang tidak tertutup akan menghinakan kepalanya. Hal ini sama saja seperti mempunyai kepala yang gundul. Karena jika seseorang wanita tidak mau menutup kepalanya, maka dia harus mencukur habis rambut kepalanya. Tetapi hal itu merupakan aib bagi seorang wanita untuk memotong rambutnya atau menggunduli kepalanya, maka dia harus memakai kerudung. Bagi seorang laki-laki, tidak usah menutup kepalanya karena dia gambaran dan cerminan Tuhan, tetapi wanita merupakan cerminan laki-laki” ( Korintus 11:4-7 ). Orang-orang ini mengajukan keberatan terhadap Islam. Pada catatan samping, terbukti bahwa orang-orang ini menganggap laki-laki lebih unggul daripada wanita. Kita tidak dapat mendiskusikan hal ini disini”.

Hudhur atba. bersabda, “Setelah melihat ini semua Anda harus menjadi yakin bahwa Anda sedang mengamalkan ajaran-ajaran yang indah dari Islam dan mempunyai hubungan dengan Tuhan yang Maha Hidup. Sedangkan masyarakat barat ini telah bangkrut sejauh menyangkut masalah agama. Mereka telah melupakan ajaran-ajaran agama mereka. Jadi dengan demikian Anda harus mengatakan kepada mereka bahwa daripada membuat tulisan menentang kita, mengeluarkan peraturan menentang kita, membuat pernyataan-pernyataan menentang kita, mereka seharusnya mencemaskan diri mereka sendiri. Daripada membukakan kepala kita yang kita tutup dengan kehendak sendiri, mereka seharusnya menutupi kepala wanita-wanita mereka sesuai dengan ajaran agama mereka. Saya katakan lagi bahwa daripada meminta kelonggaran dalam “berpardah”, kamu seharusnya melepaskan diri dari rasa rendah diri dan mengamalkan ajaran-ajaran yang dianugerahkan Allah kepada kita”.

Hudhur atba. bersabda, “Allah telah memerintahkan kepada laki-laki dan wanita untuk menghindari dosa. Laki-laki telah diperintahkan lebih dahulu daripada wanita agar menundukkan pandangan di hadapan wanita. Lalu para wanita juga telah diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Laki-laki pada umumnya lebih berani dibandingkan dengan wanita, oleh karena itu ketika perintah untuk menundukkan pandangan dan menjaga aurat untuk laki-laki dan wanita, wanita telah diperintahkan bahwa dikarenakan sifat dasar laki-laki, maka adalah untuk kepentingan wanita agar menutupi kecantikannya sehingga dapat diselamatkan dari pandangan birahi laki-laki. Beberapa orang menyatakan keberatan, bahwa para Khalifah terdahulu tidak begitu tegas tentang ‘pardah’, oleh sebab itu saya akan menyampaikan beberapa kutipan dari beliau-beliau untuk kepuasan Anda”.

Hudhur atba. bersabda, “Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “bahwa orang-orang sedang bersikeras untuk meminta kelonggaran dalam hal ‘pardah’ dan mengikuti orang-orang Eropa, tetapi ini sama sekali tidak tepat. Kebebasan wanita ini adalah akar kejahatan dan ketidakpatuhan. Coba renungkan kondisi akhlak negara-negara dimana kebebasan semacam ini dibiarkan. Apabila Anda menemukan ada satu peningkatan didalam derajat kesucian dan kemurnian sebagai hasil dari kebebasan ini, maka kita akan menerima bahwa kita salah”. Bagaimanapun, ini jelas bahwa ketka laki-laki dan wanita telah mencapai kedewasaan dan ada kebebasan dalam pergaulan, betapa akan berbahayanya hubungan antar mereka. Melempar pandangan birahi dan dipengaruhi oleh hawa nafsu merupakan sifat manusia. Lalu meskipun ada ‘pardah’ orang-orang takluk pada perbuatan-perbuatan buruk dan menjadi tidak patuh, orang dapat membayangkan apa yang dapat terjadi, dimana kebebasan itu diberlakukan. Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. telah menyatakan mengenai hal ini, bahwa ‘pardah’ sesuai dengan syariat, terbukti dari Al-Quran yaitu bahwa rambut , leher dan wajah wanita sampai ke bagian depan telinganya harus ditutup. Perintah ini dapat diterapkan di berbagai negara disesuaikan dengan pakaian dan kondisi setempat. Beliau mengatakan bahwa seluruh bagian tubuh kecuali telapak tangan termasuk yang harus di’pardah’. Hadhrat Khalifatul Masih III r.a. menyatakan dalam suatu pengarahan kepada Lajnah Norwegia, “Saya bertanya kepada wanita-wanita yang merasa tidak perlu untuk memakai ‘pardah’, kebaikan apa yang telah diperbuat mereka untuk Islam dengan meninggalkan ‘pardah’? Hari ini beberapa orang meminta izin untuk meninggalkan ‘pardah’. Besok mereka akan meminta izin untuk berendam di laut dengan hanya memakai pakaian renang dan berjemur tanpa busana di pantai. Akhirnya mereka meminta izin untuk mengandung anak diluar nikah. Saya akan mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus bersiap-siap untuk merasakan api neraka. Mereka harus memperbaiki tingkah laku mereka sebelum kemurkaan Tuhan menghancurkan mereka”.

Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. bersabda, “Saya merasa bahwa ‘pardah’ sedang menghilang dari banyak tempat di dunia, seakan-akan itu tidak pernah ada dan orang-orang tidak menyadari akibat dari kelalaian ini. Para orangtua sedang menggiring keturunan mereka menuju api neraka yang disebabkan karena kelalaian mereka dan tidak seorangpun yang peduli terhadap mereka. Keadaan ini akan semakin memburuk dengan cepatnya di seluruh dunia. Terbayang oleh saya bahwa jika orang-orang Ahmadi tidak segera siap untuk membela Islam maka keadaan ini akan sampai pada titik yang tidak mungkin untuk menjadi baik kembali”. Selanjutnya beliau bersabda, “Ada wanita-wanita yang harus pergi bekerja di luar rumah, tetapi mereka berangkat dengan tata rias lengkap. Apa hubungan tata rias dengan kinerja Anda?” beliau bersabda lagi, “Para wanita beranggapan bahwa didalam masyarakat ini, dimana ‘pardah’ mulai ditinggalkan, jika mereka menemui teman-teman mereka akan menyebut cadar atau kerudung, teman-teman mereka akan menyebut mereka kuno, bodoh atau gila, dan berkata bahwa sudah bukan zamannya untuk ber’pardah’. Hal ini juga membuat gelisah para lelaki. Mereka lupa bahwa kemuliaan dan penghormatan kepada orang lain datang dari sifat orang itu sendiri, dan pakaian tidak mempunyai nilai dalam hal kehormatan duniawi. Seseorang yang berakhlak baik akan dihormati. Mula-mula kita harus belajar menghormati diri kita sendiri”. Beliau bersabda lagi, “Gadis-gadis yang dibesarkan di Inggris, merasa bingung dengan rambut di kepala mereka. Mereka pikir menutupi kepala mereka adalah hal kuno. Oleh sebab itu mereka mendekati Allah setengah hati dan dengan tidak gembira. Mereka sesungguhnya berkata, Ya Tuhan terimalah kami apa adanya. Kami memakai kerudung tetapi dengan cara yang sama seperti seorang Yahudi menutupi sebagian kecil kepalanya dengan topi datar yang kecil. Maka, terimalah langkah yang tidak sempurna ini yang kami lakukan menuju Engkau. Jika Anda melakukan segala sesuatu semata-mata demi Allah maka hal ini sama sekali tidak layak. Ingatlah bahwa bagian yang paling indah dari seorang wanita adalah rambutnya, khususnya ketika rambutnya terurai di wajahnya. Saya perhatikan beberapa anak perempuan memakai kerudung sedemikian rupa sehingga rambut mereka tergerai di depan wajah mereka. Anda harus bertanya pada diri Anda sendiri, apakah saya mementingkan Tuhan atau orang lain?”.

Hudhur bersabda, “Inilah pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh para Khalifah sebelumnya. Orang-orang berpikir bahwa Khalifah yang ini tidak mengatakan demikian, tetapi Khalifah yang lain mengatakannya. Harus diingat bahwa mereka tanpa sadar sedang memfitnah para Khalifah, na’udzubillah, mereka tidak ingin melaksanakan perintah-perintah utama dari Allah. Saya telah membacakan dihadapan Anda, pernyataan-pernyataan para Khalifah sebelumnya, agar Anda dapat membersihkan pikiran Anda dari kesalahpahaman ini. Yang kedua, mungkin saja para Khalifah sebelumnya telah menekankan hal-hal yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu. Oleh karena itu mengatakan bahwa seorang Khalifah sebelumnya mengatakan suatu hal dengan cara tertentu dan sayapun harus melakukan hal yang sama, sama saja dengan mengikat tangan saya dan tidak menghormati Khilafat. Hal ini memperlihatkan bahwa Anda telah mengambil janji bai’at hanya karena dipaksa untuk melakukannya, karena tekanan orang-orang di sekitar Anda, orangtua, suami, atau anak-anak Anda. Bai’at Anda bukanlah keputusan yang diambil dengan sepenuh hati. Jika demikian, janji untuk mematuhi semua keputusan yang ma’ruf ada dalam pikiran Anda maka Anda tidak akan pernah mempertanyakan / meragukan keputusan apapun. Sekali lagi saya jelaskan bahwa jika Anda ingin tetap terikat dengan Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ( hanya segelintir orang yang dibicarakan yang terlibat dalam percakapan seperti ini, tidak semua orang ), maka Anda harus mematuhi perintah-perintah yang jelas dari Al-Quran dan Nabi besar Muhammad saw. Kemudian seperti Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. telah bersabda bahwa kemunafikan tidak akan memberi hasil. Anda memilih takut kepada Allah atau kepada manusia? Jadi sekarang, sudah sepantasnya setiap wanita Ahmadi daripada takut kepada manusia ketika benih-benih kebencian kepada Islam sedang menebar di dunia, ketika Islam diserang dari berbagai arah, Anda harus berteriak lantang dan menyatakan ke seluruh dunia bahwa sebanyak apaun rintangan menghalangi jalan kami tidak akan menghapus ajaran indah ini dari wajah, hati, atau dari perbuatan kami. Dan, hanya karena mereka berpaling dari agama dan berlali menuju kehancuran mereka dengan langkah yang cepat, maka katakanlah bahwa Anda tidak sudi mengikuti mereka ke neraka. Sebaliknya kita berdoa, semoga Allah swt menyelamatkan umat manusia dari akibat-akibat yang mengerikan dari perbuatan jahat mereka. Datang dan bergabunglah dengan kami serta mematuhi perintah-perintah Allah berusaha untuk mendapatkan ridho-Nya. Inilah yang akan menentramkan Anda dan melindungi generasi penerus. Saya berharap bahwa setiap wanita Ahmadi mukhlis yang memiliki keraguan walau sedikit tentang perintah-perintah Allah, akan melepaskan diri dari keraguan dan akan menjadi seseorang yang benar-benar “menyerahkan diri, beriman, taat, selalu mengingat Tuhan dan khusyuk dalam beribadah”(66:6). Semoga Allah menjadikannya demikian. Amin.


Cukup sekian dulu. Terima kasih kepada Bu Hajjah Jenny Soesanto dan Bu Hajjah Neneng Anis, Kak (Mrs.) Muski Muksit, dan Mehdi Mubarak (yang telah membantu menyalinkannya buat di LB/buletin kita nanti, huhuy!!!)...

bye.gif