Hang Out in Om Jusuf's...

KESEPAKATAN gathering yang santai pada Sabtu (12/7) siang, merupakan hasil dari saling balas email di antara kami—Om Jusuf, Bang Tata, aku, Cahyo dan Daus—beberapa hari belakangan. Hanya sayang, sekarang ini, Cahyo sudah berdomisili sambil jaga warnetnya di Kuningan, Jabar, tidak lagi di Batu Ceper, Tangerang, sehingga ‘gak bisa lagi offline seperti dulu. Om Hadi pun yang sedianya datang. Tak kunjung kelihatan batang hidungnya.

Pertemuannya, biasalah: Makan-makan, diselingi obrolan ringan yang sebenarnya bagi orang lain cukup merenyitkan dahi. Haha…seru, topiknya antara lain “Melampaui Alam Ruang/Waktu” serta kehidupan seputar dunia para syaitan, jin, manusia dan malaikat.

Sementara aku dan Daus yang berangkat bareng dari Kebayoran datang menjelang Zuhur di rumah kediaman Om Jusuf, maka Bang Tata dan ayahku sudah ada sejak pagi-menjelang-siang sebelumnya. Rajin amat. J. Isterinya, Mbak Shinta, memang ‘dah nelpon ke aku sejak berangkatnya mereka. Saat itu aku masih ‘nyelesaikan cucian yang setumpuk—hampir menggunung.

Om Jusuf mendiami rumah yang nyaman dan asri di bilangan Jakarta-selatan-menuju-Cinere dengan kerimbunan pepohonan di sekitarnya yang lebat dan sejuk. Hmm, aah! Sejuk deh pokoknya! Suasananya benar-benar kusuka. Terawat. Menyenangkan dan bikin betah untuk berlama-lama. Hehe…

Begitu aku dan Daus datang, Om Jusuf langsung menyambut dengan salam hangat. Terutama kepada Daus, beliau menyambutnya dengan pelukan serta ucapan mubarak atas lahirnya Attaul Ghalib. Mubarak, Us!

Tidak beberapa lama setelah dipersilahkan duduk, kita langsung dipersilahkan lagi untuk menyantap hidangan makan siang yang sudah Tante Nanen persiapkan. Wiuh, “Mak nyoss!”, kalau kata Bondan dalam Wisata Kuliner-nya Trans TV. Menunya yang kupilih ada capcay, çoto makassar, dan tempe oreg-campur- teri. Kesemarakan selama di rumah Om Jusuf, terasa lebih lengkap dengan pola celoteh Ahmad dan Alita serta Fadli yang cool. Ada hal yang membahagiakan Alita, dia memperlihatkan kucing betinanya yang sudah beranak dua ekor. Lucu-lucu.

Di tengah-tengah santainya pertemuan itu, kami membahas pula hukum ketertarikan atau karma gitu deh!

Kumpul-kumpul Sabtu itu berakhir pada pukul 7-an malam. Ayahku dan Bang Tata pulang ke jurusan Batu Ceper. Saya dan Daus ke Kebayoran Lama.[]

MASIH hari Sabtu. Pagi hari sebelum keberangkatan aku dan Daus ke rumah Om Jusuf, aku jumpa Maulana Ahmad Syafei Sahib di Mesjid Al-Hidayah Kebayoran. Mereka datang dari jauh, dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Kedatangannya tidak sendiri. Beliau bersama satu orang anshar dan dua khuddam yang masih ABG. Tujuannya Cuma transit aja di Kebayoran, mereka hendak lanjut pada siangnya menuju Lentengagung.

Syafei Sahib pernah menjabat sebagai Mubalig Pembantu di Kebayoran, sekitar akhir tahun 80-an. Masa itu adalah tahun-tahun penugasan pertama beliau selepas lulus dari menjalani tiga tahun pendidikan di JAMAI Parung (sekarang Kemang).

Saat kami berkemas hendak jalan ke rumah Om Jusuf, kami sempat ngobrol hal-hal ringan dan singkat dengan Maulana Sahib. Beliau menyinggung kejadian kelabu 1 Juni 2008 dan menceritakan masa-masa penugasan pertama beliau di Kebayoran, termasuk kisah jenaka beliau yang menjadikan Mesjid Al-Hidayah bisa diparkir oleh mobil untuk kali pertama dalam sejarah dan cerita hampir kemalingannya jet pump mesjid di pagi dini hari karena dicegah oleh Bang Is. Hwehehe…ada-ada ‘aja. Masa itu sih, aku sempat mengalaminya meski tidak menyaksikan, yaa…cuma mendengar ceritanya doang.[]

KETIKA asyik-asyiknya ‘ngobrol di rumah Om Jusuf, seketika itu pula aku teringat “someone” who I love. Hemm…aku ‘gak tahan untuk tidak meneleponnya pagi itu. Kutelpon dia. Olala, ternyata dia lagi camping bareng ama teman-temanku: Bang Ucok, Mas Kasbun, Kak Budi dan lain-lain beserta keluarganya masing-masing. Urgh! Aku jelous juga sih ada acara kayak gitu. Huh, nggak rela rasanya ngebiarin “someone”-ku itu sendirian. “Ahh, tidaak!!!”

Jika dipikir-pikir lagi, asyik lho acara outing model kayak gitu. Terutama, selain camping di gunung, adalah memancing di laut. Dulu sih, aku males banget yang namanya ‘mancing di laut. Apalagi, kalo Mas Kasbun membujuk-rayuku agar bisa ikutan ‘mancing. Dan ternyata, setelah aku ‘nyoba, waktu aku lagi main ke Pulau Tidung Besar di Kepulauan Seribu, ya ampyuun…aku malah addicted gitu deh! Hwahaha…

Daus bilang, kalo mo’ ke Pulau, asyik juga tuh ngajak si Fit, karena dia suka snorkling. Aduh iya ya. Snorkling juga asyik banget tuh! Aku pernah berenang-renang di pinggiran bibir dermaga seberang Pulau Panggang, wiuh…indah banget ngeliat terumbu-terumbu karang dan soft coral-nya yang masih baru pada ‘numbuh. Masya Allah! Warnanya itu-lho, sukar dilukiskan dengan kata-kata.[]