[Om Jusuf Achmad] Paradigma Baru Islam Moderat

Link. Menurut saya, Om Jusuf Achmad adalah Ahmadi spiritual, pengamat sosial dan praktisi IT, tinggal di Karang Tengah, bagian selatan Jakarta. Hehe...jia you Om!

Di kalangan orang-orang Islam moderat banyak yang menganjurkan untuk tidak menyatakan “sesat” apalagi “kafir” terhadap pihak-pihak lain. Kesesatan dan kekafiran atau “ketidak-enakan” ini akan kembali kepada mereka yang melontarkan. Namun setelah kaum Islam fundamentalis mulai terang-terangan dengan aksi-aksi kekerasannya. Ditambah dengan kasus filem Fitna. Pihak-pihak yang moderat yang mengedepankan Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin mulai terprovokasi untuk menyudutkan pihak-pihak yang melakukan kekerasan secara tersirat maupun tersurat sebagai yang di luar Islam. Apalagi setelah peristiwa Tragedi Monas kaum Islam moderat Indonesia juga mulai unjuk kekuatan dan balik mengancam pula. Dengan kata lain kaum moderat yang juga mengusung ”Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” mulai terseret ke arah nuansa kekerasan. Oleh karena itu perlu ada paradigma baru bagi kaum Islam moderat agar tidak hanyut pula dalam putaran arus kekerasan ini (awalnya kekerasan halus lama-lama bisa juga ikut terseret menjadi brutal).

Hukum Ketertarikan atau Law of Attraction menjadi pembicaraan banyak orang setelah beredarnya film/video The Secret di tahun 2006. Hukum ini menyatakan:

"Like Attracts Like". That is, a person’s thoughts (conscious and unconscious), emotions, and beliefs cause a change in the physical world that attracts positive or negative experiences that correspond to the aforementioned thoughts, with or without the person taking action to attain such experiences (Wikipedia).

Apapun yang kita pancarkan akan memantul balik kepada diri kita, walaupun itu hanya pikiran bawah sadar kita. Hal ini ada hubungannya dengan Hadis terkenal: “Aku ini menurut sangkaan hamba-hambaKu, maka berprasangka baiklah kepadaKu”. Sangkaan kita, sadar tidak sadar, terhadap Tuhan atau Alam Semesta akan mengejewantah dalam diri dan sekeliling kita. We create our own reality. Oleh karena itu kita dianjurkan berprasangka baik terhadap Tuhan atau lebih konkretnya Alam sekitar kita, orang-orang disekitar kita, karena kita semua adalah wakil-wakilNya. Sangkaan kita terhadap wakil-wakilNya adalah cerminan dari sangkaan kita terhadapNya.

Kepercayaan “no pain no gain”, derita membawa nikmat atau kesengsaraan, kesusahan hidup membawa kemajuan adalah dasar utama tindak kekerasan. Suatu keyakinan yang sangat umum dan diterima dimana-mana. Hal ini tentunya ada benarnya. Saya pikir dalam skala minimal masih bisa diterima. Contoh yang paling mudah adalah dalam olahraga. Olahraga itu melelahkan tapi menyehatkan, bahkan bagi yang sudah biasa menjadikan tubuh lebih menyegarkan. Contoh lain yang fundamental adalah untuk bertahan hidup kita harus membunuh/memakan binatang dan/atau tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu pula ada golongan yang percaya untuk meminimalkan pembunuhan hanya dengan memakan buah-buahan, produk susu dan/atau telur. Yang perlu dihindari adalah tindakan-tindakan yang berlebihan. Contoh ekstrem misalnya tindakan-tindakan mendapatkan kepuasan seksual dengan menyakiti pasangan atau pembunuh yang senang melihat derita korbannya.

Kaum fundamentalis berbagai agama dan kepercayaan (bahkan yang tidak beragama sekalipun) biasanya banyak menggunakan prinsip yang disebut terakhir tadi. Ketidak-enakan, kekerasan yang dilontarkan kepada pihak lain baik secara fisik maupun non-fisik dipercayai membawa kemajuan (menyadarkan pihak yang disakiti). Karena dari pengalaman hidup, mereka merasakan penderitaan membawa kemajuan. Contoh ekstrem misalnya ledakan bom-bom yang mematikan dan menakutkan dipercayai meningkatkan kesadaran manusia akan Tuhan (kalau anda macam-macam kemurkaan Tuhan akan turun, kalau perlu melalui tangan saya sendiri yang sudah diindentikan dengan tangan Tuhan, seolah saya juga mempunyai kebenaran absolut seperti Dia).

Oleh karena itu pula kaum fundamentalis dari berbagai agama dan kepercayaan suka mengambil dalil-dalil dari kitab suci / ajaran masing-masing untuk pembenaran atas tindak kekerasan (baik yang kasar maupun yang halus) terhadap lawan-lawan mereka. Pertanyaannya menjadi mengapa dalil-dalil ini bisa berada dalam kitab-kitab suci dan ajaran mereka? Jawabnya karena hampir semua agama dan kepercayaan menyetujui prinsip derita membawa kemajuan. Tapi tentunya semua pihak juga setuju kalau kedamaian, keamanan, ketenteraman, kebahagian membawa kemajuan. Tinggal sebenarnya berapa proporsi ideal yang diinginkan masing-masing pihak untuk membawa kemajuan.

Dalam konteks agama Islam kita percaya bahwa semua ada hikmah yang membawa kemajuan. Masalahnya bagaimana proporsinya. Menurut analisa saya, proporsi ideal kondisi derita dan damai/bahagia untuk membawa kemajuan berbeda untuk setiap jalan:

* Jalan Jin proporsinya setidaknya sama besar, sisi damai cenderung lebih besar.
* Jalan Manusia porsi Damai/Cinta/Bahagia dominan dan porsi derita minimal.
* Jalan Syaitan hanya derita/chaos yang membawa kemajuan,
* Jalan Malaikat hanya kecintaan/kebahagiaan yang membawa kemajuan.

Kalau Islam moderat mengikuti jalan Manusia dengan sisi damainya lebih dominan artinya mereka yang mengikuti jalan Jin lah yang akan membendung pihak-pihak yang menyukai kekerasan.

Kondisi kehidupan yang akan datang adalah cerminan kehidupan sekarang. Apakah anda pernah membaca gambaran sorga, kehidupan masa datang mempunyai unsur penderitaan? Sorga itu dikatakan bertingkat-tingkat, tentunya kemajuan di alam ini karena unsur utamanya adalah kedamaian, kecintaan dan kenteraman bukan sebaliknya. Tapi memang ada pihak-pihak yang merasakan kondisi damai saja sebagai membosankan, adanya putaran perang dan damailah dirasakan lebih mendorong kemajuan. Mereka yang menyukai hal yang disebut terakhir lebih cocok di jalan Jin.

Paradigma Tauhid, berdamai dengan Semua karena semua Semua Satu adanya, lebih kearah paradigma sufistik yang sebenarnya bukanlah suatu paradigma yang baru. Islam moderat seyogyanya mengadopsi faham Tauhid ini kalau tidak mau terseret ke arah kekerasan karena tarikan untuk menghapus / menghancurkan kegelapan. Serahkan saja kepada mereka yang lebih mengikuti jalan Jin untuk mengimbangi mereka yang gemar kekerasan (Ingat Al-Quran di turunkan untuk Jin dan Manusia).

Kalau kita lihat di atas semua jalan, Jin, Manusia, Syaitan dan Malaikat membawa kemajuan sesuai dengan cara mereka masing-masing. Kalau kita bisa yakin semua perjalanan mahluk-mahlukNya mempunyai nilai tambah dan konsekuensinya sendiri-sendiri dan akhirnya akan kembali juga kepada Dia yang Satu, maka kita bisa memandang dengan damai, positif terhadap semua mahluk-mahlukNya, yang juga adalah wakil-wakilNya. Artinya kita bisa senantiasa mempunyai sangkaan yang baik terhadap Tuhan. ”Kebarat ketimur yang terlihat hanya wajah (kesejukan) Tuhan”, ”Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam”, ”Tiada yang cacat dalam ciptaan-ciptaanNya” – Al-Quran. Sesungguhnya Tiada Keberadaan di Alam Semesta ini selain Dia.[]