REFLEKSI Sifat Ilahi Al-Ĥalîm…

SARIPATI/Kutipan Khotbah Jumat Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. di Mesjid Baitul Futuh London Tanggal 21 Maret 2008

REFLEKSI Sifat Ilahi Al-Ĥalîm…

…MENJADI topik Khotbah Jumat yang Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V atba.) sampaikan. Disiarkan langsung Muslim Television Ahmadiyya atau MTA 1, 2 dan 3 melalui beberapa satelitnya di seluruh dunia, Hudhur atba. mengawali khotbah dengan paparan bahwa Allah swt. telah mengaruniai Para Nabi a.s.—dan mencapai puncaknya pada Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw.—berupa potensi manusiawi yang merupakan manifestasi sifat Ilahi Al-Ĥallîm ini, pada standar atau tarafnya yang teragung, yaitu kesabaran dan ketabahan. Sehingga, orang-orang yang beriman mampu meraih refleksi sifat Ilahi ini. Dengan keluhuran serta keutamaan akhlaknya, Hadhrat Rasulullah saw. adalah sumber inspirasi dan suri teladan terbaik sepanjang masa.

Hudhur atba. melihat dan menyinggung keadaan sekarang di mana terdapat orang-orang yang menzalimi isteri maupun para pekerja atau bawahannya, dan ada beberapa wanita berakhir di rumah sakit dengan penderitaannya yang menyedihkan. Sehingga di Eropa saja, institusi kepolisian terpaksa turun tangan. Bahkan, ada mertua dan saudara iparnya yang memperlakukan buruk menantunya. Maka dari itu, kita perlu menerapkan falsafah ajaran cinta kasih dan kelemahlembutan di dalam masyarakat.

Seseorang yang mampu mengendalikan diri, merupakan kunci menuju kemenangan hakiki sebagai buah dari ajaran cinta kasih dan kelemahlembutan tersebut. Karenanya, kita mesti berdoa serta menanamkan kuat dalam diri bahwa kita berlindung dari godaan syaitani hingga kita merasa dingin terhadap amarah, karakter atau bawaan diri maupun egosentrisme yang mengarah kepada keburukan.

Dua hal yang Allah swt. sukai, menurut Hadhrat Rasulullah saw., adalah bila kita bersabar dan bermartabat. Terkadang, meski perlakuan baik maupun cinta kasih kita terhadap keluarga mendapat reaksi dan balasan buruk dari mereka sendiri lantas kita ikhlas serta bersabar menerimanya, maka sebenarnya itu telah menutupi kedengkian maupun kelemahan mereka; dan justru, menarik hidayah dan pertolongan Allah swt. bagi diri kita.

Penerapan kwalitas-kwalitas diri seorang Muslim Ahmadi sebagaimana pula yang Pendiri Jemaat Ahmadiyah ajarkan berupa kesabaran—yang di dalamnya termasuk cinta kasih, kelapangan-dada, toleransi dan pengendalian-diri—itulah, yang akan menyelamatkan dan membawa perubahan sosial dalam masyarakat. Dan dalam merespon kekejian yang para penentang Islam maupun penentang Jemaat lancarkan, Hudhur atba. mengutip salah satu bait syair atau nasyid yang Pendiri Jemaat Ahmadiyah pernah tuliskan bahwa dalam merespon setiap kezaliman mereka, beliau a.s. senantiasa terliputi gairah atau rasa cinta kasih yang dalam sehingga mampu melunakkan rasa amarah.

Hudhur atba. menasihatkan bahwa terhadap tamu Jemaat yang memiliki kebencian terhadap Pendiri Jemaat Ahmadiyah sekalipun, kita harus tetap memperlihatkan sifat toleran. Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, seseorang yang mengunjungi orang-yang-disucikan-Tuhan, berhak atas seseorang yang dia kunjungi. Apalagi, di samping itu, Pendiri Jemaat Ahmadiyah bersabda bahwa membuat jengkel seorang tamu merupakan suatu dosa.

Di akhir khotbah, Hudhur atba. bersabda, sunah Hadhrat Rasulullah saw. dalam memanifestasikan sifat Ilahi Al-Ĥalîm tersebut, telah Pendiri Jemaat Ahmadiyah hidupkan kembali untuk kita teladani di zaman sekarang—tentunya—sebagai sarana perbaikan diri atau pensucian hati. Sehingga, kita mampu meraih karunia-karunia khas sifat Ilahi tersebut. Amin.[] (ALISLAM.ORG/A. SHAHEEN ALI)