KESABARAN dan Kemahabaikan Allahswt. dalam Menurunkan Hukuman-Nya…

SARIPATI/Kutipan Khotbah Jumat Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. di Mesjid Baitul Futuh London Tanggal 14 Maret 2008

KESABARAN dan Kemahabaikan Allahswt. dalam Menurunkan Hukuman-Nya…

…MENJADI topik Khotbah Jumat Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. dua minggu lalu. Al-Ĥalîm adalah sifat Allah swt. yang artinya Maha Sabar. Sifat itu mengkonotasikan kepada sifat-sifat lain-Nya, antara lain Yang Maha Pemaaf. Sehingga, Dia memiliki tangguh atau tidak buru-buru dalam menurunkan hukuman atau pembalasan kepada sang pendurhaka maupun pendosa. Dia adalah Wujud Yang-tidak-bakal-kecewa kepada ketidakpatuhan seseorang. Juga Wujud, Yang-senantiasa-menutupi kelemahan-kelemahan para hamba-Nya dari yang lain. Ketika seseorang terus-menerus melebihi batas dalam pelanggaran dan dosa, maka manifestasi sifat Al- Ĥalîm akan terlihat sebagaimana tercermin dalam QS [An-Naĥl] 16:62.

Firman-firman itu menjawab olok-olok orang-orang yang tidak beriman terhadap Allah swt. dan para Nabi, termasuk orang-orang atau pihak-pihak yang memuat karikatur Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw. maupun yang mengajukan keberatan-keberatan terhadap Alquran Karim. Allah swt. memiliki ketetapan sendiri. Dan melalui sifat Al-Ĥakîm-Nya-lah, orang-orang itu terselamatkan.

Kemurkaan Allah swt. tidak akan terjadi sampai sempurnanya dalil, bukti dan pemikiran sempurna. Kenyataan bahwa mereka terus memiliki kemajuan, tidak membuktikan bahwa mereka benar dan dapat diterima untuk terus melecehkan Islam.

Banyak orang saleh di dunia ini tapi sedikit yang belum pernah berdosa. Allah swt. dapat mengganjar dosa apa pun. Lebih dari itu, bukti apa yang kita miliki bahwa keturunan orang-orang saleh adalah orang saleh juga? Jika mereka mendapatkan balasan atas setiap dosa, maka orang saleh yang hidup di dunia hari ini tidak bakal ada.

Banyak orang-orang yang mendapat balasan atau dihukum di dunia ini. Ketika syaitan memproklamirkan diri akan menggoda kedekatan para hamba Allah, maka Allah akan memenuhi neraka dengan orang-orang yang mengikuti syaitan. Beberapa orang dapat melihat siksa neraka di dunia ini juga. Karenanya, orang-orang yang tidak mengimani Hari Akhir tidak akan memperkirakan bahwa amal-amalnya tidak akan diperhitungkan, seandainya saja mereka tidak menyimpulkan kekeliruan makna ikatan kebebasan yang telah Allah anugerahkan.

Ayat QS 16:62 yang Hudhur atba. kutip di awal khotbah menunjukkan bahwa dengan cinta kasih Tuhan, Dia bisa menangguhkan hukuman terhadap manusia hingga waktunya tiba jika melampaui batas. Terdapat kearifan dan makna bijak yang sangat dalam tentang hal tersebut. Hadhrat Rasulullah saw. memahami makna sifat Al-Ĥalîm ini. Ini tercermin saat kunjungan beliau saw. ke kota Taif pada masa-masa awal kenabian di mana dakwah beliau mendapat perlakuan dan reaksi keras penduduk. Sehingga, alih-alih membalas, beliau saw. malah mendoakan peduduk Taif dan para keturunannya kelak.

Demikian halnya dalam ayat QS [Fathir] 35:42 dan 46, Hudhur atba. menyinggung orang-orang yang tidak beriman akan mendapat ganjarannya. Tetapi dengan sifat kehaliman-Nya ini, mereka selamat. Dan mereka diharapkan bisa berubah.

Hudhur atba. mengamanatkan kepada para Muslim Ahmadi bahwa beberapa orang resah dan sangat prihatin. Sebagaimana Allah swt. firmankan dalam ayat 46 terdapat ketetapan waktu, maka ketika saat itu datang, yang demikian tersebut merupakan ‘ketepatan’.

Allah swt. telah berjanji kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. bahwa jemaahnya akan menang dan—insya Allah—tergenapi. Namun, kita mesti memastikan waktu penggenapannya. Tugas kitalah untuk berdoa. Para penentang Jemaat tidak akan dapat membawa satu pun kejahatan serta ini terus berlanjut dan berhasil.

Kita harus konsern terhadap amalan saleh kita. Semoga Allah swt. menjaga kebersihan hati kita dan membimbing kita menuju usaha-usaha yang semata-mata li`l-Lâhi Ta’âlâ. Hudhur atba. menasihatkan, agar kita menjaga kesucian hati dan amalan kita, sehingga memungkinkan kita menyaksikan pemenuhan Janji-janji Tuhan. Tapi, kita perlu terus introspeksi diri dan menghayatinya dalam bentuk amalan semata-mata meraih berkah-berkah Allah swt..

Pastikan bahwa kita harus tidak mengatakan apa pun yang bakal mengurangi rasa kejujuran dan keadilan. Kita pun harus menghayati Kehaliman Allah swt.. Jangan ada satu pun amal kita yang mencerminkan ketidakpatuhan atau pembangkangan. Hindari perselisihan dan konflik.

Menjelang berakhirnya khotbah, bersamaan dengan penerapan dan penghayatan sifat Al-Ĥalîm ini, Hudhur atba. menyebutkan, ada sifat Allah swt. lain yang terkait yaitu Al-Ghafûr atau Yang Maha Pemaaf.[] (ALISLAM.ORG/Ali)