[Friday Sermon Summary--25 April 2008] SYUKURI Ikatan Jemaah Ini

Hudhur atba. bersabda bahwa Ansharullah tidak boleh intervensi terhadap urusan yang menjadi internal Lajnah Imaillah maupun Khuddam, ataupun program-program Jemaat atau Majelis Amilah dan hal-hal yang bersifat administratif secara umum. Kinerja para badan ini harus senantiasa dilaporkan langsung kepada beliau. Namun, perencanaan program-program kerja masing-masing badan harus dikonsultasikan kepada Amir Nasional guna menghindari bentrokan waktu. Bagaimanapun, umumnya setiap Anggota Badan adalah warga Jemaat juga dan dengan demikian terikat oleh sistem administrasi Jemaat.

DI saat dunia yang sedang kacau-balau ini, Allah swt. telah mengikat kita dalam bentuk kebersamaan sebagai sebuah jemaah. Sebagai rasa syukur ini, maka kita wajib meningkatkan standar peribadatan kita, lebih meningkatkan lagi ikatan kepedulian sosial kita, cinta kasih kita, persaudaraan kita yang lebih besar; dan, lebih menyempurnakan kebersihan serta kesucian hati kita lagi. Kita wajib mengumpulkan kembali mereka-mereka yang pernah baiat dengan kita. Nah—jika kita tidak mengikuti semua ini, hal tersebut hanya akan mendatangkan ketidakberuntungan. Setiap Ahmadi, sebagai pengikut setia Kanjeng Nabi Besar Muhammad—Rasulullah saw., kita harus menyadari itu semua.

Demikian antara lain petikan pertengahan khotbah jumat yang Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. sampaikan di mesjid kota Port Novo, Benin, Jumat ketiga April lalu (25/4).

Pada awal khotbah, Hudhur atba. bersyukur bahwa berkat rida Allah swt. Yang maha Agung, kita telah membangun mesjid agung kota Port Novo yang indah sehingga banyak jemaah yang bisa tertampung. Pada kunjungannya beberapa tahun lalu, Hudhur atba. telah meresmikan penggunaan mesjid ini.

Dengan karunia Allah, Jemaat—dengan pengorbanannya yang besar—telah mendirikan mesjid-mesjid di berbagai belahan dunia, meski tidak memiliki aset minyak bumi maupun kekayaan lain. Tapi—tentunya, kita memiliki kekayaan iman yang menyebabkan para Ahmadi rela berkorban.

Hadhrat Rasulullah saw. mengingatkan bahwa kita harus mengamankan dan menjaga kekayaan iman ini dari hawa nafs atau syaitani yangmana berbentuk ancaman maupun intaian setiap pencuri maupun perampok yang berada di dalam diri kita demikian dekat pada aliran darah. Bagaimanapun—sedemikian rupa—kongkritnya, penjagaan kekayaan iman ini harus terus-menerus, yaitu dengan upaya gigih maupun ‘nawaitu’ pensucian hati semata-mata untuk rujuk kepada Gusti Allah swt. dan meraih rida-Nya.

Hudhur atba. bersabda, setiap Ahmadi harus menjadi abdi setia Allah Yang Maha Pengasih. Kita mesti rujuk pada cinta kasih Allah swt. Yang-telah melimpahkan berkat-berkat-Nya yang tiada terhitung banyaknya. Berkat-berkat yang bisa kita saksikan tersebut, antara lain dengan adanya mesjid-mesjid yang telah kita dirikan sebagai sarana ibadah kepada ketauhidan Tuhan.

Sebagai bentuk rasa syukur kita, maka mesjid-mesjid ini harus lebih kita ramaikan dan perindah lagi. Caranya, sebagaimana yang pernah Hudhur atba. serukan beberapa waktu yang silam, bahwa kita mesti hadir dalam menunaikan ibadah salat berjamaah di mesjid sekhusyuk-khusyuknya. Allah swt. telah memfirmankan dalam QS [Adz-Dzâriyât] 51:57, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Karenanya—di dunia ini, Allah Yang Maha Agung menentukan ketinggian derajat manusia dilihat dari kwalitas peribadahannya.

Mesjid merupakan tempat simbol bahwa setiap orang—kaya maupun miskin—berkumpul menanggalkan semua status keduniawian, berjamaah dengan penuh kerendahan hati, beribadah ke hadapan Allah swt. Sehingga, mereka mampu rujuk atau kembali kepada jalan-jalan Allah swt. dalam mencari kesatuan dan berkat-berkat-Nya. Kemudian, Hudhur atba. mengutip ayat Alquran dari QS [Al-Mâ’ûn] 107 :5 terkait objektifitas salat dan dampak amal sehubungan dengan kekhusyukan mendirikan salat untuk kesucian hati dan meraih puncak kemajuan iman.

Di muka bumi ini, tak terbilang banyaknya mesjid yang telah didirikan. Di dalamnya, ada beberapa mesjid yang setiap khotbah jumat kerap melontarkan kata-kata makian kotor yang ditujukan kepada seseorang maupun golongan tertentu, termasuk Jemaat Ahmadiyah. Hal yang demikian, aparat pemerintah setempat harus turut tangan dan mengamankannya. Mesjid semacam itu tidak dapat menjadi sumber turunnya petunjuk Allah, melainkan memancing kemurkaan-Nya terhadap orang-orang yang berada di dalamnya.

Hudhur atba. menekankan bahwa sekedar mendirikan dan memperindah mesjid bukanlah sekedar meramaikannya. Bila seseorang berkeinginan meraih kebahagiaan yang sebenarnya, itu bisa dimungkinkan dengan senantiasa merujukkan hati kepada Allah swt., memanifestasikan keindahan dan kesucian hati, serta menebar cinta kasih dan sayang dengan tulus.

Kita mesti senantiasa menyadari tujuan didatangkannya Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. dalam wujud sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Ajaran-ajaran Islam dan teladan suci Hadhrat Rasulullah saw. yang beliau a.s. tampilkan, mampu membawa kita kepada jalan-jalan Tuhan, mampu menghadirkan ikatan cinta dan persaudaraan. Jika kita tidak mau berusaha keras memaknai dan dan menyadari tujuan tersebut, Keahmadian kita patut dipertanyakan.

Hudhur atba. pun, kemudian menyinggung Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah Benin tahun ini, terkait pernyataan beliau bahwa Allah swt. mencintai seseorang yang senantiasa maju menapaki jalan-jalan ketakwaan melalui salat-salat yang ia dirikan.

Di pengujung khotbah, Hudhur atba. berdoa, semoga Allah yang Maha Agung memberkati mesjid kota Port Novo dan mewariskan “buah-buah”-nya yang manis dan sempurna. Pula, beliau memberikan beberapa petunjuk perihal tanggung jawab masing-masing para pengurus nasional organisasi badan-badan Jemaat dari Ansharullah, Khuddam dan Lajnah Imaillah.

Hudhur atba. bersabda bahwa Ansharullah tidak boleh intervensi terhadap urusan yang menjadi internal Lajnah Imaillah maupun Khuddam, ataupun program-program Jemaat atau Majelis Amilah dan hal-hal yang bersifat administratif secara umum. Kinerja para badan ini harus senantiasa dilaporkan langsung kepada beliau. Namun, perencanaan program-program kerja masing-masing badan harus dikonsultasikan kepada Amir Nasional guna menghindari bentrokan waktu. Bagaimanapun, umumnya setiap Anggota Badan adalah warga Jemaat juga dan dengan demikian terikat oleh sistem administrasi Jemaat.

Semoga Allah Yang Maha Agung memperkenankan kita dalam berkehidupan yang dipenuhi cinta kasih dan sayang, serta mampu meraih rida-Nya, bukan ego—dan ini yang harus menjadi tujuan kita. Amin.[] (Alislam/Ali)