BERDASAR Tugas dan Tujuannya, Setiap Makhluk Diberi Wahyu

MENGINGAT setiap makhluk yang diciptakan memiliki tugas dan tujuan; maka untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan sempurna, mereka perlu diberi petunjuk. Petunjuk itu disampaikan melalui wahyu. Oleh karenanya, Alquran menyebut beberapa misal makhluk yang diwahyukan oleh Allah swt., seperti di bawah ini sebagai berikut:

Pertama, makhluk yang tak bernyawa. Allah swt. memberikan firman-Nya antara lain kepada langit dan bumi dalam QS [As-Sajdah] 41 : 12-13 dan [Al-Zilzal] 99 : 6, kepada lebah dalam QS [An-Nahl] 16 : 69-70, juga kepada malaikat dalam QS [Al-Anfâl] 8 : 13.

Di samping itu, kepada lelaki maupun perempuan yang bukan nabi atau rasul, seperti para sahabat Hadhrat Isa a.s., Hadhrat Maryam r.a. maupun ibunda Hadhrat Musa a.s., Allah swt. Menyatakan firman-Nya dalam QS [Al-Mâ`idah] 5 : 112 dan [Al-Qashash] 28 : 8. Sedangkan kepada para nabi atau rasul, Dia telah mewahyukan firman-Nya antara lain dalam QS [An-Nisa] 4 : 164, [Al-A’raf] 7 : 118.

Berdasarkan semua ayat Alquran tersebut, tujuan Allah swt. Mewahyukan petunjuk-Nya kepada semua makhluk-Nya, agar mereka tunduk dan patuh kepada kehendaknya sehingga mereka dapat berkembang menuju kesempurnaannya, sebagaimana Dia lukiskan dalam firman-Nya pada QS [Al-A’lâ] 87 : 2-4.

Pengertian wahyu dalam ayat QS 16 : 69-70, merupakan naluri-naluri alami yang dengannya Tuhan telah menganugerahi semua makhluk. Rangkaian ayat tersebut, mengandung satu isyarat yang indah sekali. Lancar dan berhasilnya seluruh alam semesta, adalah berkat adanya wahyu (atau ilham), baik yang nyata maupun tersembunyi. Dengan kata lain, segala benda dan makhluk memenuhi tujuan kejadiannya hanya dengan bekerja menurut naluri-naluri dan kemampuan-kemampuan serta bawaan-bawaan aselinya. Lebah, telah dipilih sebagai satu contoh yang menonjol sekali, sebab mereka telah terorganisir, kinerjanya menakjubkan.

Jika dilihat lebih seksama—pada ayat 70-nya (QS 16 : 70), dapat kita maknai, Tuhan telah mewahyukan kepada lebah untuk menghimpunkan makanannya dari berbagai nektar bunga, kemudian dengan bekerjanya sarana yang tersedia di dalam tubuhnya dan dengan cara yang diwahyukan oleh Tuhan kepadanya, ia mengubah makanan yang terhimpun itu menjadi madu.

Madu mempunyai bermacam-macam warna dan rasa, akan tetapi semua coraknya yang berbeda itu berguna sekali bagi manusia. Hal ini mengandung arti, bahwa wahyu telah terus-menerus turun kepada para nabi di berbagai zaman dan ajaran seorang nabi berbeda dalam beberapa hal yang kecil-kecil dari ajaran-ajaran para Nabi lain. Meski demikian, semua merupakan sarana penumbuh akhlak dan rohani kaum yang kepadanya para nabi diutus.[] (Abdul Rozzaq/Ali)


--
DISCLAIMER: “Penulisan nomor ayat Alquran yang saya cantumkan, berdasar pada Hadis Nabi Besar Hadhrat Kanjeng Muhammad Rasulullah saw. Riwayat Hadhrat Ibnu Abbas r.a. yang menunjukkan bahwa setiap basmalah pada tiap awal surat adalah ayat pertama surah tersebut.

hadis basmalah

[Kâna`n-Nabiyyu sha`l-Lallâhu ‘alaihi wa sallam[a], lâ ya’rifu fashla`s-sûrati ĥattâ yaŋzila ‘alaihi “Bismi`l-Lâhi`r-Raĥmâni`r-Raĥîm”]—Artinya, Nabi saw. Tidak mengetahui pemisahan antara Surah itu sehingga basmalah turun kepada beliau. Ini tercantum dalam Hadis Riwayat Abu Daud “Kitab Salat”, dan juga Al-Hakim dalam “Al-Mustadrak”.[] (Abdul Rozzaq/Ali)