Perang Israel versus Hamas

"Jadi siapa yang diuntungkan dalam perang ini? Nampaknya semua pihak yang terlibat, mulai dari produsen senjata di Rusia dan US, kreditor di Eropa Barat dan US, para arsitek perang Israel dan Hamas dan kelompok ekonomi pendukung Hamas dan partai yang berkuasa di Israel. Yang jadi korban sudah tentu mereka yang tewas dan terluka dari kedua belah pihak. Dunia memang tidak perlu tahu hal yang sebenarnya."

Melihat fakta bahwa induk organisasi al-Mujamah (Kongres) pimpinan Syekh Ahmad Yasin, yang merupakan cikal bakal Hamas pada tahun 1971, yang justru dibibayai Israel dengan maksud untuk menggembosi PLO pimpinan Yaser Arafat, yang merupakan gerakan nasionalis Palestina, maka sejumlah kalangan menyorot dengan kritis perang Israel vs Hamas kali ini. Benarkan itu perang antara Israel vs Arab Palestina. Atau sesungguhnya merupakan perang inter-Israel, mengingat latar belakang al-Mujamah ? Bukankah serangan roket Hamas, menjadi tiket bagi Israel untuk kembali memasuki dan menduduki Jalur Gaza ? Nah, siapa yang diuntungkan dengan perang ini ? Mari kita runut.

Dalam satu hari Hamas (Harakat al-Muqawwamah al Islamiyah) : Gerakan Pertahanan Islam, meluncurkan rata-rata 200 roket setiap hari ke wilayah Israel, terutama Israel Utara. Setiap hulu ledak roket itu berharga paling murah USD 400/buah, dan yang ini buatan Rusia. China menjual sedikit lebih murah sekitar USD 350/buah, dengan kualitas dibawah Rusia. Sedangkan launcher (peluncur roket) berharga USD 3.000/buah buatan Rusia untuk akurasi 3 kali peluncuran. Artinya setiap kali serangan roket Hamas, berharga USD 1.400 (Rp. 14.000.000). Sejak tgl. 20 Desember 2008 hingga 9 Januari 2009 atau selama 20 hari Hamas telah meluncurkan 4.000 roket ke wilayah Israel yang berharga 4.000 x USD 1.400 = USD 5.600.000 (Rp. 56.000.000.000), (jika kurs 1 USD : Rp. 10.000). Belum termasuk biaya yang lain. Ditambah dengan logistic dan mobilitas pasukan, diperkirakan pengeluaran Hamas mencapai tidak kurang USD 10 juta dalam perang 20 hari.




Dari kiri ke kanan; Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan PM Israel Ehud Olmert

Di pihak Israel biaya yang dikeluarkan tentu jauh lebih tinggi. Kita bisa menyaksikan tank-tank Israel dari jenis produk terbaru US, juga kapal perang dan pesawat tempur. Artinya dari medan perang Gaza ini, produsen senjata sangat diuntungkan.

Adapun dana-dana yang digunakan oleh Israel dan Hamas untuk membeli peralatan perang dan amunisi, bersumber dari kreditor-kreditor di AS dan Eropa Barat yang sangat berpengalaman. Pengembalian dana-dana berikut komisinya yang diterima Israel maupun Hamas akan diperoleh dari detente yang tentu akan melibatkan para kreditor itu.

Nah, kita lihat sekarang ketangkasan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dalam memperakarsai perundingan kedua belah pihak untuk secepatnya tercapai gencatan senjata. Kita juga melihat tanggapan positif baik Hamas maupun Israel. Agaknya tujuan perang ini dari masing-masing pihak sudah tercapai, terutama tujuan komersial. Rakyat Palestina dan Israel dalam hal ini dikorbankan.

Tetapi ada pendapat dikalangan Israel bahwa populasi Palestina tumbuh terlalu cepat, sehingga mengkhawatirkan pihak Israel, maka perang ini juga bertujuan untuk mengendalikan populasi Palestina.

Sedangkan dipihak Hamas ada pendapat bahwa lapis ekonomi Palestina terlalu dikuasai oleh kelompok-kelompok PLO. Maka perang ini dimaksudkan pula oleh Hamas untuk mengubah struktur social ekonomi di Palestina agar lebih menguntungkan kedudukan ekonomi dan politik Hamas.

Artinya Perang Gaza adalah perang realistic yang memiliki tujuan-tujuan pragmatic yang dapat dicapai secara efektif dan efisien oleh kedua belah pihak.

Inilah perang yang merupakan produk kerjasama ekonomi, politik dan komersial Israel dan Hamas. Inilah the War with Enemy Partnership.

Jadi siapa yang diuntungkan dalam perang ini? Nampaknya semua pihak yang terlibat, mulai dari produsen senjata di Rusia dan US, kreditor di Eropa Barat dan US, para arsitek perang Israel dan Hamas dan kelompok ekonomi pendukung Hamas dan partai yang berkuasa di Israel. Yang jadi korban sudah tentu mereka yang tewas dan terluka dari kedua belah pihak.

Dunia memang tidak perlu tahu hal yang sebenarnya.

Rabu 7 Desember 2009 Israel mendeklarasikan penghentian serangan 4 jam sehari, mulai jam 1 siang hingga jam 4 sore waktu setempat, yang disambut baik Hamas. Dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada misi bantuan kemanusiaan memasuki wilayah konflik. Waktu yang tidak banyak itu dimanfaatkan pula oleh warga Palestina untuk mencari makanan dan kebutuhan sehari-hari yang menjadi tidak mudah didapatkan. Juga untuk mencari anggota keluarga yang hilang, dan menengok family yang terluka di rumah sakit. Warga mengeluhkan waktu jedah perang yang hanya 4 jam itu. Warga berharap waktu penghentian serangan itu bisa diperpanjang.[] (AM/ASH)