Fundamentalisme dalam Israel modern

Rabbi Kook. (Wikipedia)


Ini diangkat dari transkrip dan dari kutipan makalah yang dibawakan oleh Agus Miftah pada 16 Maret 2007.

SETELAH peperangan Yom Kipper 1973 yang hampir membawa petaka bagi Israel, penganut Rabi Kook seorang rahib Yahudi fundamentalis, merasa yakin bahwa bangsa Yahudi berperang melawan kekuatan jahat. Artinya, mereka menganggap bangsa Arab sebagai kekuatan jahat. Sama dengan anggapan bangsa Arab terhadap bangsa Yahudi sebagai kekuatan jahat sepanjang masa.

Sejarah permusuhan fundamentalis ini sesungguhnya berakar pada prinsip etnologis, merupakan perang budaya dan peradaban yang motif dasar sebenarnya adalah ekonomi dan pragmatisme sosial, sudah berlangsung sejak tahun 1010 SM. Munculnya label agama dan fundamentalisme karena alasan-alasan lain yang lebih banyak bersumber pada konflik internal bangsa masing-masing.

Februari 1974, para pengikut Rabi Kook dan para pendukungnya yang terdiri para Zionis religius dan bahkan para sekuler muda yang ultra nasionalis, membentuk kelompok radikal yang mereka namakan Gush Emunim yang artinya “Blok Kaum Beriman”, yang berkembang menjadi kekuatan fundamentalis yang cukup berpengaruh di Eretz Israel.

Gush Emunim bekerja untuk membangkitkan kesadaran bangsa Yahudi untuk mengimplementasikan secara penuh visi Zionis, dengan pemahaman bahwa visi ini berasal dari pusaka warisan Yahudi Israel. Karenanya, hakekat tujuannya adalah membebaskan Israel yang menjadi dasar pembebasan seluruh dunia. Umat Islam mungkin menganggap ini visi dari kegilaan Yahudi. Tetapi, dengan prinsip raḥmatan lil-‘ālamīn, pada dasarnya, mayoritas umat Islam memiliki visi yang kurang lebih sama dengan Yahudi, Kristen, dan agama-agama lain beraliran progresif sekuler, bahkan dalam pengertian yang bersifat konformitas dogmatis.

Kelompok Gush Emunim bertekad menjadikan ajaran agama Yahudi sebagai landasan gerakan mereka yang secara terang-terangan menentang kekuasaan kaum sekuler dalam negara Israel. Kaum fundamentalis ini berkeyakinan jika mereka tidak menduduki seluruh Eretz Israel (Israel Raya) yang meliputi klaim ideologis mereka atas seluruh Palestina, Yordania, Lebanon, bahkan Mesir, Irak, dan Syria, maka tidak akan mungkin ada kedamaian di dunia. Artinya, ketika kelompok Gush Emunim berusaha menaklukkan daerah pendudukan dari bangsa Arab, mereka juga berperang melawan Israel yang sekuler.

Gush bertekad menggantikan wacana sosialis dan nasionalis sekuler dengan bahasa Taurat yang menunjukkan keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Kelompok Gush berpendapat posisi mereka yang berbeda dari semua bangsa itu, menjadikannya tidak terikat oleh hukum yang sama.

Dalam hal ini mereka menegaskan, Alkitab sangat jelas mengatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa ‘suci’ yang dipisahkan menurut kategorinya sendiri. Gush percaya bahwa tugas mereka adalah mengembalikan Zionisme sekuler kedalam agama, memperbaiki kesalahan-kesalahan masa silam dan membentuk sejarah baru Israel menurut ajaran agama Yahudi. Dalam hal ini, Gush percaya bahwa agama Yahudi dan kultur Barat adalah dua kutub yang berbeda dan jelas berlawanan.

Menurut Gush, proses penyelamatan Yahweh (penyebutan nama Tuhan dalam agama Yahudi dan Kristen) terhambat oleh kebijakan palsu Zionisme sekuler. Ini berarti kelompok Gush bertentangan dengan Partai Buruh yang memasukkan humanisme liberal Barat modern dan ideology Zionisme lama yang sekuler sebagai sistem nation-state negara Israel.

Dengan kata lain, kaum Freemasonry modern yang berhasil mendirikan negara Israel modern dan berkuasa dalam pemerintahan Israel, menjelang akhir abad ke-20, menyaksikan kenyataan bangkitnya kaum fundamentalis Yahudi yang menjadi opponent pemerintah.

Kaum fundamentalis itu membentuk budaya tandingan hingga meliputi gaya berpakaian, musik, hiasan, buku-buku, bahkan pilihan nama anak-anak dan gaya bahasa yang sesuai dengan ajaran Gush Emunim. Dengan budaya tandingan itu Gush menarik diri dari Israel yang sekuler.

Kelompok Gush menganggap dirinya sebagai Yahudi dan Zionis yang lebih murni dari para anggota Partai Buruh yang berkuasa. Mereka mempertalikan diri mereka dengan para ikon suci seperti Daud, Sulaiman, Maccabees, dan para pahlawan Zionis seperti Theodore Herzl dan David Ben Gurion.

Kelompok Gush Emunim menduduki kawasan Palestina di situs Nablus di sektor kota tua Shechem yang disebut Bibel yang dipertautkan dengan Nabi Ya’qub dan Nabi Yoshua. Para penjarah itu bertekad mensakraklan kembali tanah yang menurut mereka telah dikotori oleh bangsa Palestina. Mereka lalu menyebut situs pemukiman itu “Elon Moreh”, sebuah nama kota biblikal.

Pemerintah Israel yang dikuasai partai-partai sekuler menganggap mereka ini pemukim illegal, dan berusaha mengeluarkan para fundamentalis ini dari kawasan Palestina. Kelompok Gush Emunim yang tidak merasa terikat dengan hukum diluar agama Yahudi itu tidak memperdulikan deklarasi pengunduran diri Israel dari wilayah pendudukan.

Kita dapat melihat kaum fundamentalis atau kaum fanatis dengan konformitas dogmatisnya ada di Israel, ada di Palestina dan di belahan Arabia yang merupakan sumber.

Dengan mitos perang pembebasan Akhir Zaman yang disebut Perang Armagedon yang dipercaya kaum fundamentalis ketiga agama Semit, Yahudi, Kristen dan Islam maka konflik fundamentalis yang nihilis itu akan tetap menyala di bumi Palestina sepanjang masa.