1987, Muj'amah masih bersifat moderat dengan mendirikan klinik, program rehabilitasi narkoba, perkumpulan pemuda, fasilitas olah raga dan pelajaran Al-Qur'ān.
Dana Mujamah diperoleh dari zakat negara-negara Teluk yang kaya minyak dan dari Israel yang ingin menghancurkan PLO yang mengorganisir kegiatan gerilya, terror, dan diplomasi yang cukup efektif menekan Israel.
Pada tahap ini, Syekh Yasin r.h. belum tertarik dengan perjuangan bersenjata. Dia mencanangkan tajdid, yakni reformasi dan modernisasi Islam di Jalur Gaza dalam suasana yang islami atau peacefull secara letterlijk.
Syekh Yasin menekankan identitas kultural Arab Palestina bukanlah sekuler, melainkan Islam. Popularitas Yasin dan Muj'amah menjadi indikator diterimanya identitas fanatis keislaman itu. Meskipun rakyat Palestina bangga dengan Arafat, tetapi etos sekulernya hanya dapat dimengerti oleh kalangan elit yang diuntungkan oleh pendidikan Barat modern.
9 Desember 1987, pecah pemberontakan rakyat Palestina, populer dengan sebutan Intifadah yang bersifat sekuler. Bersamaan dengan itu sebagian anggota Muj'amah yang radikal membentuk “Harakah al-Mugawamah al-Islamiyyah”, ialah Gerakan Pertahanan Islam” atau HAMAS yang memusuhi Israel maupun memusuhi gerakan nasionalis Arab Palestina.
Sangat ironis ketika, tak disangka, ternyata para pemuda Palestina berbondong-bondong bergabung dengan HAMAS. Mereka datang dari kamp-kamp pengungsi, kelas menengah, dan pegawai kantor. Penindasan dan kezaliman menjadi penyebab utama lahirnya gerakan keras dan radikal HAMAS.
18 Oktober 1990, terjadi pembantaian 17 muslim yang tengah ṣalāt di Ḥaram asy-Syarīf, nama Islam untuk Bukit Zion. Peristiwa ini menjadi momentum HAMAS untuk meningkatkan aksi bersenjata dan terror terhadap Israel dan nasionalis Palestina yang dianggap kolaborator Israel.
Padahal, pada awalnya Muj'amah, sebagai induknya HAMAS, menerima bantuan dari Israel loh. Ya, HAMAS telah membuka suatu era dimana konflik Palestina-Israel dijadikan kedok atau secara halus dipandang dari sudut agama. Seperti kaum fundamentalis Yahudi Gush Emunim, kalangan elit HAMAS mengemukakan argumentasi fanatis bahwa tragedi Palestina terjadi karena bangsa Arab Palestina meninggalkan agama mereka. Pembebasan bangsa Arab Palestina hanya terjadi apabila mereka kembali ke Islam. HAMAS berkeyakinan agama Yahudi Israel bertujuan meghancurkan Islam, maka jawabannya tak lain adalah perang untuk mempertahankan diri.
Berselang 40 hari setelah pemakaman, HAMAS membalas pembantaian di Ḥaram asy-Syarif dengan meledakkan bom bunuh diri yang membunuh 7 orang Israel di Aufa, dalam wilayah teritori Israel yang sebenarnya, bukan di wilayah pendudukan. Inilah tandingan gerakan fundamentalis Yahudi Gush Emunim yang menganggap bangsa Palestina telah mengotori bumi Israel sehingga mencegah datang Messias, maka bangsa Palestina harus diusir dari Eretz Israel yang diklaim mencakup seluruh wilayah Palestina, dan kalau perlu dimusnahkan seperti ras Amalik dalam kisah biblikal.
Dengan sifat konformitas dogmatisnya masing-masing, mereka akan terus mengobarkan konflik dan perang ideologis Palestina-Israel kini yang aslinya sebenarnya bersifat sekuler nasionalis, seperti ketika mereka memulai peperangan untuk kali pertama pada tahun 1010 Sebelum Masehi.[]