Fundamentalisme Arab Palestina

Tetapi benarkah ini perang seperti yang tampak ? Karena perang Hamas vs Israel itu dapat memperbaiki posisi industri militer dan harga minyak. Dua hal yang Presiden Obama dan kaum posmodernis ekonomi ingin melepaskan diri. Presiden Obama bertekad membebaskan AS dari tirani minyak dan membebaskan dunia dari industri militer yang berkelebihan. Perang ini dapat mereposisi industri militer dan minyak pada posisi tawar yang menguat dalam percaturan ekonomi dunia. Artinya tatanan baru ekonomi yang diimpikan Obama dan para pendukungnya bisa kandas. Maka Barack Obama terdiam menyaksikan perang yang tidak menguntungkan arah pembaruan ekonomi yang diinginkannya ini.

--
Kebangkitan fundamentalisme Arab Palestina dimulai pada tahun 1971 ketika Syekh Ahmad Yasin membentuk gerakan Islam Mujamah (Kongres) yang terinspirasi Ikhwanul Muslimin di Mesir, kemudian menjadi tandingan bagi PLO-nya Yaser Arafat yang sekuler. Pada tahun 1987 Mujamah masih bersifat moderat dengan mendirikan klinik, program rehabilitasi narkoba, perkumpulan pemuda, fasilitas olah raga dan pelajaran Alquran. Dana Mujamah diperoleh dari zakat negara-negara Teluk yang kaya minyak dan dari Israel yang ingin menghancurkan PLO yang mengorganisir gerilya, teror dan diplomasi yang cukup efektif menekan Israel.

Syaikh Ahmad Yasin, pendiri gerakan al-Mujamah (Kongres) yang sayap radikalnya kemudian menjadi cikal bakal HAMAS; Pemimpin HAMAS Perdana Menteri Ismail Haniya.

Pada tahap ini, Syekh Yasin belum tertarik dengan perjuangan bersenjata. Dia mencanangkan reformasi dan modernisasi Islam (tajdid) di Jalur Gaza dalam suasana yang Islami (peacefull). Syekh Yasin menekankan identitas kultural bangsa Palestina bukan sekuler, melainkan Islam. Popularitas Yasin dan Mujamah menjadi indikator diterimanya identitas fanatis keislaman itu. Meskipun rakyat Palestina bangga dengan Arafat, tetapi etos sekulernya hanya dapat dimengerti oleh kalangan elit yang diuntungkan oleh pendidikan Barat modern.

Gerakan Intifada, anak laki-laki melawan tank dengan lemparan batu; Pengganti Yasser Arafat, Presiden Mahmoud Abbas.

Pada tanggal 9 Desember 1987, pecah pemberontakan rakyat Palestina intifadah yang bersifat sekuler. Bersamaan dengan itu sebagian anggota Mujamah yang radikal membentuk Harakat al-Mughawamah al-Islamiyyah, yakni Gerakan Pertahanan Islam (HAMAS) yang memusuhi Israel maupun gerakan nasionalis Palestina. Sangat ironis ketika ternyata para pemuda Palestina berbondong-bondong bergabung dengan HAMAS, mereka datang dari kamp-kamp pengungsi, klas menengah dan pegawai kantor. Penindasan menjadi penyebab utama lahirnya gerakan keras HAMAS.

Pada tanggal 18 Oktober 1990, terjadi pembantaian 17 muslim yang tengah salat di Haram al-Syarif (nama Islam bukit Zion). Peristiwa ini menjadi momentum HAMAS untuk meningkatkan aksi bersenjata dan terror terhadap Israel dan nasionalis Palestina yang dianggap kolaborator Isrel. Padahal pada awalnya Mujamah induknya HAMAS menerima bantuan Israel. HAMAS telah membuka suatu era dimana konflik Palestina-Israel dipandang dari sudut agama.

Seperti kaum fundamentalis Yahudi Gush Emunim, kalangan HAMAS mengemukakan argumentasi fanatis, bahwa tragedy Palestina terjadi karena bangsa Arab Palestina meninggalkan agama mereka. Pembebasan bangsa Palestina hanya terjadi apabila mereka kembali ke Islam. HAMAS berkeyakinan agama Yahudi Israel bertujuan meghancurkan Islam, maka jawabannya tak lain adalah perang untuk mempertahankan diri. Hamas mencoba memperluas perang ini bukan sekedar masalah nasional Palestina yang harus berdiri dua negara merdeka Israel dan Palestina sesuai resolusi PBB, tetapi ini adalah masalah dunia Islam. Hamas mengembangkan Yahudi adalah musuh ideologis Islam, oleh karena itu harus dilenyapkan dari muka bumi. Bagi Hamas ini bukan lagi konflik Palestina, melainkan konflik semua orang Islam diseluruh dunia terhadap Yahudi. Jadi jelas tidak ada keinginan penyelesaian damai dari Hamas. Berbeda dengan PLO dan Partai Buruh Israel yang selalu membuka peluang bagi penyelesaian damai konflik Palestina.

Tetapi benarkah Hamas pejuang Muslimin, apakah Hamas bukan sekedar instrument Barat atau Freemasonry yang justru untuk memelihara kepentingan Barat dan Israel, mengingat asal-usul Hamas justru di biayai Israel.

Berselang 40 hari setelah pemakaman, HAMAS membalas pembantaian di Haram al Syarif dengan meledakkan bom bunuh diri yang membunuh 7 orang Israel di Aufa, dalam wilayah teritori Israel yang sebenarnya, bukan di wilayah pendudukan. Inilah tandingan gerakan fundamentalis Yahudi Gush Emunim yang menganggap bangsa Palestina telah mengotori bumi Israel sehingga mencegah datang messiah, maka bangsa Palestina harus diusir dari Eretz Israel yang di klaim mencakup seluruh wilayah Palestina, dan kalau perlu dimusnahkan seperti ras Amalik dalam kisah biblikal. Dengan sifat konformitas dogmatisnya masing-masing, mereka akan terus mengobarkan konflik dan perang ideologis Palestina-Israel yang aslinya sebenarnya bersifat sekuler nasionalis, seperti ketika peperangan mereka mulai pertama kali pada th. 1010 SM.


Fundamentalisme dalam Israel modern

Setelah peperangan Yom Kippur 1973 yang hampir membawa petaka bagi Israel, penganut Rabi Kook seorang rahib Yahudi fundamentalis, merasa yakin bahwa bangsa Yahudi berperang melawan kekuatan jahat. Artinya mereka menganggap bangsa Arab sebagai kekuatan jahat. Sama dengan anggapan bangsa Arab terhadap bangsa Yahudi sebagai kekuatan jahat sepanjang masa.

Sejarah permusuhan fundamentalis ini sesungguhnya berakar pada prinsip etnologis, merupakan perang budaya dan peradaban yang motif dasarnya sebenarnya ekonomi dan pragmatisme sosial, dan sudah berlangsung sejak th. 1010 SM. Munculnya label agama dan fundamentalisme karena alasan-alasan lain yang lebih banyak bersumber pada konflik internal bangsa masing-masing.

Rabbi Simcha Hakohen Kook.

Pada bulan Februari 1974, para pengikut Rabi Kook dan para pendukungnya yang terdiri para Zionis religius dan bahkan para sekuler muda yang ultra nasionalis, membentuk kelompok radikal yang mereka namakan,Gush Emunim yang artinya Blok Kaum Beriman, yang berkembang menjadi kekuatan fundamentalis yang cukup berpengaruh di Eretz Israel.

Gush Emunim bekerja untuk membangkitkan kesadaran bangsa Yahudi untuk mengimplementasikan secara penuh visi Zionis, dengan pemahaman bahwa visi ini berasal dari pusaka warisan Yahudi Israel, dan karenanya, hakekat tujuannya adalah membebaskan Israel yang menjadi dasar pembebasan seluruh dunia. Umat Islam mungkin menganggap ini visi dari kegilaan Yahudi, tetap dengan prinsip rahmatan lil alamien pada dasarnya umat Islam memiliki visi yang kurang lebih sama dengan Yahudi, Kristen dan agama-agama lain bahkan dalam pengertian yang bersifat konformitas dogmatis.

Kelompok Gush Emunim bertekad menjadikan ajaran agama Yahudi sebagai landasan gerakan mereka yang secara terang-terangan menentang kekuasaan kaum sekuler dalam negara Israel. Kaum fundamentalis ini berkeyakinan jika mereka tidak menduduki seluruh Eretz Israel (Israel Raya) yang meliputi klaim ideologis mereka atas seluruh Palestina, Yordania, Lebanon, bahkan Mesir, Irak dan Syria, maka tidak akan mungkin ada kedamaian di dunia. Artinya ketika kelompok Gush Emunim berusaha menaklukkan daerah pendudukan dari bangsa Arab, mereka juga berperang melawan Israel yang sekuler.

Kelompok fundamentalis Israel Gush Emunim

Gush bertekad menggantikan wacana sosialis dan nasionalis sekuler dengan bahasa Taurat yang menunjukkan keunikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Kelompok Gush berpendapat posisi mereka yang berbeda dari semua bangsa itu, menjadikannya tidak terikat oleh hukum yang sama. Dalam hal ini mereka menegaskan, Al-Kitab sangat jelas mengatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa suci yang dipisahkan menurut kategorinya sendiri. Gush percaya bahwa tugas mereka adalah mengembalikan Zionisme sekuler kedalam agama,memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu dan membentuk sejarah baru Israel menurut ajaran agama Yahudi. Dalam hal ini Gush percaya bahwa agama Yahudi dan kultur Barat adalah dua kutub yang berbeda dan jelas berlawanan.

Menurut Gush proses penyelamatan Yahweh terhambat oleh kebijakan palsu Zionisme sekuler. Ini berarti kelompok Gush bertentangan dengan Partai Buruh yang memasukkan humanisme liberal Barat modern dan ideology Zionisme lama yang sekuler sebagai sistem nation-state negara Israel. Dengan kata lain kaum Freemasonry modern yang berhasil mendirikan negara Israel modern dan berkuasa dalam pemerintahan Israel, menjelang akhir abad 20 menyaksikan kenyataan bangkitnya kaum fundamentalis Yahudi yang menjadi opponent pemerintah. Kaum fundamentalis itu membentuk budaya tandingan hingga meliputi gaya berpakaian, musik, hiasan, buku-buku, bahkan pilihan nama anak-anak dan gaya bahasa yang sesuai dengan ajaran Gush Emunim.

Dengan budaya tandingan itu Gush menarik diri dari Israel yang sekuler. Kelompok Gush menganggap dirinya sebagai Yahudi dan Zionis yang lebih murni daripada para anggota Partai Buruh yang berkuasa. Mereka mempertalikan diri mereka dengan para icon suci seperti Daud, Sulaiman, Maccabees dan para pahlawan Zionis seperti Theodore Herzl dan David Ben Gurion. Kelompok Gush Emunim menduduki kawasan Palestina di situs Nablus di sektor kota tua Shechem yang disebut Al-Kitab yang dipertautkan dengan Ya’qub dan Yoshua. Para penjarah itu bertekad mensakraklan kembali tanah yang menurut mereka telah dikotori oleh bangsa Palestina. Mereka lalu menyebut situs pemukiman itu Elon Moreh, sebuah nama kota biblikal.

Pemerintah Israel yang dikuasai partai-partai sekuler menganggap mereka ini pemukim illegal,dan berusaha mengeluarkan para fundamentalis ini dari kawasan Palestina. Kelompok Gush Emunim yang tidak merasa terikat dengan hukum diluar agama Yahudi itu tidak memperdulikan deklarasi pengunduran diri Israel dari wilayah pendudukan. Kita dapat melihat kaum fundamentalis atau kaum fanatis dengan konformitas dogmatisnya di Israel, di Palestina dan di belahan Arabia merupakan sumber konflik nihilisme yang merusak peradaban. Dengan mitos perang pembebasan akhir zaman yang disebut perang armagedon yang dipercaya kaum fundamentalis ketiga agama Semit, Yahudi, Kristen dan Islam, maka konflik fundamentalis yang nihilis itu akan tetap menyala di bumi Palestina sepanjang masa.


Perang Israel vs Hamas.

Ditengah resesi ekonomi AS dan dunia, akhir Desember 2008 Hamas melancarkan serangan roket ke wilayah-wilayah pemukiman Israel. Tidak kurang dari 100 roket setiap hari diluncurkan Hamas menimbulkan banyak kerusakan di wilayah pemukiman penduduk. Pemerintah PM Ehud Olmert memperingatkan bahwa Israel akan membalas dengan keras. Seperti biasa Hamas justru meningkatkan serangan roket ke wilayah Israel. Akhirnya tgl. 27 Desember Isreal melancarkan serangan balasan yang dahsyat, berupa gabungan serangan udara dan altileri ke wilayah Gaza.

Serangan itu intensif selama tiga hari hingga 29/12 dengan bombardemen, yang akan segera disusul dengan serangan darat untuk menghancurkan posisi-posisi Hamas. Sedikitnya 318 warga palestina tewas, 57 warga sipil dan selebihnya para militant. Dunia termasuk Indonesia memprotes. Presiden SBY sibuk mengirim surat-surat ke badan-badan internasional, termasuk Sekjen PBB untuk menghentikan perang di Gaza itu.

Tetapi benarkah ini perang seperti yang tampak ? Karena perang Hamas vs Israel itu dapat memperbaiki posisi industri militer dan harga minyak. Dua hal yang Presiden Obama dan kaum posmodernis ekonomi ingin melepaskan diri. Presiden Obama bertekad membebaskan AS dari tirani minyak dan membebaskan dunia dari industri militer yang berkelebihan. Perang ini dapat mereposisi industri militer dan minyak pada posisi tawar yang menguat dalam percaturan ekonomi dunia. Artinya tatanan baru ekonomi yang diimpikan Obama dan para pendukungnya bisa kandas. Maka Barack Obama terdiam menyaksikan perang yang tidak menguntungkan arah pembaruan ekonomi yang diinginkannya ini. Pernyataan Gabriel Shavet, Dubes Israel di PBB yang menuduh Iran dibelakang Hamas, sementara Hamas menyerukan jihad Islam, memperluas perang ini ke basis-basis peradaban dunia, seperti diramalkan Samuel Huntington dalam the War of Civilization.

Presiden Obama dan komunitas dunia beradab harus berusaha keras menghentikan perang ini. Kalau perlu dengan tekanan militer juga. Kita harus mencegah perluasan perang ini agar tidak berkembang ke arah Albert Pike-plan yang menuju kepada Perang Dunia ke III untuk membangun “Tata Dunia Baru” Novus Ordo Seclorum, sesudahnya. Kita, seperti empat kali bahasan posmodernisme dapat mencapai Tata Dunia Baru tanpa melalui Perang Dunia ke III, melainkan dengan perubahan peradaban ekonomi yang lebih adil.[]