[Friday Sermon Summary--18 April 2008] PERINTAH Ibadah Kepada Allah swt.

KHOTBAH Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia


IMAM Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. menyampaikan Khotbah Jumat dari Bâgh-e-Aĥmad dekat kota Accra, Ghana, Jumat tiga minggu lalu (18/4). Pada awal khotbah, beliau bersabda bahwa kemarin dalam Amanat Pembukaan Jalsah Salanah Ghana, telah disinggung mengenai ibadah kepada Tuhan. Dikatakan, hal tersempurna mengenai ibadah kepada Tuhan bagi umat Islam adalah mendirikan salat lima waktu sehari-semalam. Alquran Karim dipenuhi perintah-perintah mengenai hal ini.

Cara mendirikan salat adalah dengan tepat waktu dan dengan berjamaah di mesjid maupun di ‘salat centre’. Salat harus murni dari motif-motif duniawi. Namun bagi wanita, jika cukup beralasan dapat dilaksanakan di rumah saja. Singkatnya, salat merupakan inti dan hal sangat mendasar bagi keimanan kita sebagai Muslim. Selama pelaksanaan Jalsah, para jemaah dari dari kaum lelaki, perempuan hingga anak-anak, mendirikan salat. Ini harus tetap dilaksanakan hingga kepulangan mereka ke rumah dan tetap dawam di sela-sela kesibukkan mereka sehari-hari.

Di tengah-tengah zaman yang umat manusia di dalamnya sudah mulai melupakan Tuhan-nya dan meredupnya ajaran-ajaran suci Alquran di kalbu, Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengajarkan, mendirikan ibadah salat merupakan sarana penjalin ikatan yang hidup antara sang hamba dengan Tuhan. Sehingga tujuan Ahmadiyah yang untuk mendirikan kerajaan Ilahi pada hati orang-orang dapat tercapai, dan ibadah-ibadah salat yang telah kita dirikan tersebut merupakan bentuk bakti kita yang menempatkan Tuhan di atas segala-galanya.

Ibadah-ibadah tersebut harus mampu membawa kepada perubahan rohani yang revolusioner dan suci. Tanpa hal tersebut, berarti kita telah keliru dan tidak akan memiliki makna apa pun dalam setiap aktivitas tablig kita mengajak umat manusia ke jalan Tuhan maupun menyebarluaskan indahnya ajaran Islam ke setiap orang.

Di dunia ini, terdapat ratusan juta umat Islam. Beberapa di antara mereka mendiami negeri yang dikaruniai kekayaan sumber daya alam berupa ladang-ladang minyak bumi. Sayangnya, mereka tidak mampu mengendalikan diri, sehingga tidak menempatkan nikmat-nikmat dunia tersebut sebagai khadim untuk tegaknya Tauhid di muka bumi. Memang mereka menunggu turunnya Imam Mahdi, tetapi dengan pemahaman Mahdi yang bakal menyebarluaskan tauhid melalui kekerasan serta penumpahan darah, adalah sesuatu yang tidak akan pernah terwujud.

Tapi pada sisi lain, kini ada sebuah jemaah kecil namun memiliki tujuan baiat dan visi serta misi Islam di Akhir Zaman. Banyak umat Islam asal negeri-negeri Afrika dari Burkina Faso Kongo, Liberia, Pantai Gading, Guyana dan Gambia yang hadir pada Jalsah Salanah Nasional Ghana. Mereka berasal dari negara-negara miskin, tapi merekalah yang berhasil mengibarkan panji-panji kebesaran Islam ke seluruh pelosok dunia.

Berkat meneladani sang Uswatun Hasanah Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw., jemaah kita memiliki kekuatan, yaitu berupa nikmat dan karunia yang pernah Allah swt. berikan kepada para Nabi-Nya. Dia-lah Tuhan Sang Penguasa alam-alam semesta, Tuhan Yang mengutus Masih Muhammadi untuk membumikan lagi keindahan ajaran-ajaran Islam yang kini terlupakan.

Sekarang, adalah tugas kita untuk senantiasa rujuk kepada Allah swt. dan berdoa kepada-Nya, yaitu melalui ibadah-ibadah salat yang senantiasa kita dirikan dengan sungguh-sungguh. Sehingga, kita siap menerima kesuksesan demi kesuksesan. Tiada kekuatan dunia apa-dan-mana pun yang dapat kita pelihara dalam rangka meraih kejayaan di seluruh muka bumi. Setidak-tidaknya, Ketauhidan tidak akan pernah kita sebarkan melalui bentuk kekayaan dan kekuatan duniawi.

Adalah suatu kesalahan bahwa ada pihak-pihak tertentu yang mengemukakan keberatan-keberatan tanpa bukti bahwa Islam disebarkan melalui kekerasan. Pada hakikatnya, bila melihat sejarah Perang Badar dan Uhud, bukanlah daya kekuatan yang mereka maksud mengingat keadaan saat itu yang kekurangan makanan. Hanya kekuatan doa Hadhrat Rasulullah saw.-lah hingga Allah swt. menganugerahi kemenangan. Melalui doa seseorang-lah suatu revolusi hakiki bisa diraih. Kita harus memenangkan hati setiap orang, karena hanya itu yang bisa kita persembahkan ke hadapan Allah swt.. Sarana untuk kemajuan rohani tersebut dapat kita capai melalui ibadah-ibadah salat yang kita dirikan dan doa-doa yang sering panjatkan.

PERINTAH Pengorbanan Harta

Tahun ini kita tengah memperingati tasyakur Seabad Khilafat Ahmadiyah. Di dalamnya tidak sekedar merayakan, membuat berbagai cinderamata dan merancang berbagai macam kegiatan, karena itu semua memiliki makna yang sempit. Ada tujuan yang lebih lebih luas lagi, yaitu sebuah janji yang mesti kita ikrarkan dan harus kita sempurnakan mengenai keberkatan Khilafat sebagaimana Allah swt. telah memenuhinya kepada kita dalam QS [An-Nûr] 24:56. Inilah wujud kedekatan yang telah Allah swt. manifestasikan kepada kita dan ini harus kita manifestasikan—sesuai perintah-Nya dalam QS 24:57—melalui ibadah-ibadah salat yang kita dirikan, di samping penunaian zakat, dengan penuh kekhusyukan dan keitaatan, sebagai tanda syukur dan demi meraih kasih sayang-Nya serta tingkat kemajuan yang tidak terbatas.

Dalam QS 24:57, di sini menyinggung perintah pengorbanan harta. Dengan karunia Allah swt., pengorbanan harta Jemaat Ahmadiyah Ghana semakin meningkat. Ini disebabkan, bahwa setiap saat selalu diingatkan. Dan tiap kali seruan datang, Jemaat Ghana senantiasa memberikan respon yang terbaik. Pengorbanan harta yang Jemaat canangkan, sebagaimana yang Alquran Karim gariskan, adalah demi mencapai kemajuan dan kesucian hati. Allah swt. sendiri tidak pernah menyia-nyiakan amalan yang semata-mata dikerjakan demi meraih rida-Nya.

Kemudian, Hudhur atba. mengungkapkan rasa syukurnya. Kita harus bersyukur bahwa Jemaat Ghana mampu meningkatkan pengorbanan hartanya. Ini ditandai dengan banyaknya para warga Ahmadi mukhlis yang mendirikan mesjid-mesjid yang megah. Di tengah-tengah zaman sekarang yang terkondisikan umat manusianya bisa saja menghambur-hamburkan harta kekayaannya demi tujuan duniawi semu, namun di Ghana yang jaraknya ribuan mil dari Qadian, Allah swt. telah menganugerahi sebuah jemaah yang di dalamnya banyak terdapat orang-orang yang tulus ikhlas mengorbankan hartanya. Terkait berkat-berkat Khilafat yang telah kita terima, maka perintah pengorbanan harta ini—di samping perintah-perintah Allah swt. yang lain—harus ditanamkan ke dalam hati setiap Ahmadi, terutama para pemuda Ahmadi dan yang baru baiat atau bergabung baik laki-laki maupun perempuan.

UTAMAKAN Menikah dari Kalangan Sesama Ahmadi

Masih berhubungan dengan perintah ibadah, Hudhur atba. mengajak para warga Ahmadi sedunia agar memperhatikan perintah Allah swt. tentang menikah. Di sini, Hudhur atba. menyerukan agar para pria maupun wanita Ahmadi yang masih lajang, hendaknya menikah dengan lawan jenis yang sesama Ahmadi. Ini dimaksudkan, supaya generasi atau keturunan masa depan Ahmadiyah dapat terpelihara. Sehingga di masa depan, jangan ada kejadian bahwa anak-anak Ahmadi mesti dikacaukan untuk memilih di antara dua keyakinan. Bila sang ayah bukan seorang Ahmadi, tentunya bisa saja ia memiliki pengaruh lebih besar, sehingga sang anak lebih mengenyampingkan sang ibundanya sebagai Ahmadi. Runyamnya lagi, bila sang ayah dan ibu terjerumus ke dalam konflik rebutan pengaruh anak dalam menentukan pilihan status agamanya.

Hudhur atba. mengungkap, memang, ada wanita-wanita Ahmadi terutama dari Ghana dan negara-negara Afrika yang memohon agar dapat menikah dengan pria Non Ahmadi pilihan mereka. Akan tetapi, Hudhur atba. mengingatkan tentang keutamaan martabat rohani seorang wanita muda Ahmadi—demikian halnya pria. Artinya, akan banyak berkat-berkat yang bisa kita raih, bila kita memperhatikan atau mengutamakan ‘perintah menikah’ dengan lawan jenis yang sesama Ahmadi.

Untuk itu, setiap Ahmadi harus berjanji demi genapnya nanti Seabad Khilafat Ahmadiyah di mana kita akan senantiasa mempersembahkan segala sesuatu demi meraih rida Allah swt.. Sedapat mungkin, menempatkan perintah-perintah-Nya pada kedudukannya yang tinggi, dalam rupa amal-amal atau ibadah-ibadah saleh dan sosial, dan juga berusaha keras menghormati syarat-syarat dan tujuan baiat kita kepada sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s..

Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengajarkan kita bahwa kita harus menempuh jalan-jalan kesalehan. Kita harus mendirikan salat lima waktu, berpuasa, berzakat dan naik haji yang sekhusyuk-khusyuknya. Ini semua harus kita terus upayakan, dan ini bakal terwujud bila kita menerapkan takwa. Dari situ, kita harus bergembira dan bersenang hati bahwa betapa Allah swt. bersama kita. Jika seseorang tetap teguh dalam keimanan dan kebenaran, maka ia akan dibimbing oleh para malaikat, ia akan diliputi kedamaian samawi berupa pertolongan dari ruh suci. Allah swt. bersamanya dalam setiap langkah. Tak seorang pun yang akan melampauinya.

Dengan demikian, semoga Allah swt. senantiasa menjaga keimanan kita dan ibadah-ibadah kita, terus-menerus memberkati kita dengan cinta kasih-Nya, selalu menjadikan kita sebagai pewaris anugerah dan keberkatan-keberkatan-Nya. Amin.[] (Alislam/Rahmat Ali)