LAGI-lagi... Entah Dia Letakkan Di Mana Otaknya Itu?

INGAT, dia hanya seorang manusia. Berusaha dengan berat hati kunyatakan: Tidak sudi dia berdiri di hadapan maupun di belakangmu untuk sebagai pecundang.

Ya. Ada kesan, kau sengaja mempermainkannya. Lihainya bermanis madu di pelupuk mata, indah merdu suara kau perdengarkan; tapi sebenarnya, layaknya sembilu telah kau piciskan pada badan. Sadarkah kau?

Sangat disayangkan, jika benar yang kau tempuh ini hanya coba-coba, maka "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Cukup sampai di sini saja kalau begitu. Dan aku hanya akan berpura-pura baik terhadapmu di depan mereka. Meski pada kenyataannya, kau telah menikam entah-dari-mana-berasal, entah-bagaimana-caranya.

Teganya, teganya. 'Kau, memang jahat!

Namun percayalah. Ini bukan sesuatu yang akan berujung dengan melulu kebencian. Tidak. Bagaimanapun, ini terlahir dari rasa cinta, yang pula berakhir dengan kata sama: Cinta.

Yakinlah, dirinya akan senantiasa dihadapkan pada kenyataan untuk terpaksa harus MENCINTAI, meski ada banyak jutaan kali alasan untuk bisa MEMBENCI. Dia mencintaimu.

Dan sekarang, apa alasanmu? Kerelaanmu memohon maaf nanti atas luka yang telah kau toreh ini, patut pula kupertanyakan: "Apa iya? Apa mau?"

Titik.[]