Pendiri Ahmadiyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad a.s. Tidak Naik Ḥāji

Mekkah al-Mukaramah
HAJI merupakan suatu ibadah wajib dan termasuk rukun Islam, tetapi untuk melaksanakannya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

“Syarat-syarat tersebut adalah: 1. Bekal Perjalanan; 2. Kemudahan sarana Angkutan; 3. Kesehatan; dan, 4. Keamanan Perjalanan.” —Fiqih Amadiyyah, oleh Ḥaḍrat Ḥāfiz Rōsyan ‘Alī


PADA saat Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Amad a.s. berniat menunaikan ibadah āji, pada saat itu, majelis ulama di Saudi Arabia-Mekkah telah membuat fatwa bahwa Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Amad a.s. adalah kafir dan murtad serta wajib dibunuh.

Dengan demikian jelaslah bahwa syarat untuk menunaikan ibadah āji tidak terpenuhi pada diri beliau.

Apakah mungkin ketika nyawa beliau di negeri sendiri saja terancam, lalu beliau pergi ke tanah suci Mekkah? Atas dasar itu, Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Amad a.s. tidak dapat menunaikan ibadah Ḥāji.

Dalam hal rukun Islam seperti itu, terjadi juga pada diri nabi kita Ḥaḍrat Muammad-Rasūlu'l-Lōh saw., yaitu: kewajiban membayar Zakat.

Zakat adalah ibadah wajib dan merupakan Rukun Islam.

Akan tetapi, Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lōh saw. seumur hidup tidak pernah melaksanakannya.

Hal itu terjadi, karena beliau tidak pernah memiliki kekayaan yang lebih dari tiga hari.

Jadi, tidak adanya haul sebagai syarat untuk melaksanakannya pada diri Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lōh saw..[]