Bertentangankah pengakuan pendiri jemaah muslim Aḥmadiyyah Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad a.s. tentang Ḥaḍrat Nabī ‘Isyā a.s.?
PENDIRI jemaah muslim Ahmadiyah |
Hal itu juga terjadi pada diri Kanjeng
Nabi kita Ḥaḍrat Muhammad—Rasūlu'l-Lāh saw. dan sebagian imam penerus beliau. Karena,
dalam beberapa hal para utusan Allah swt. mempunyai dua periode kehidupan atau
dua masa, yaitu: Masa sebelum mendapat wahyu atau ilham dan masa sesudah
menerimanya.
Sebelum turunnya wahyu kepada Ḥaḍrat
Rasūlu'l-Lāh saw. yang memerintahkan menghadap Ka’bah, beliau dan umatnya
menunaikan shalat menghadap ke arah Baitu'l-Maqdis di Yerusalem yang letaknya
berada di utara kota Madinah sampai sekitar 16 bulan lamanya.
Demikian pula halnya, Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmad a.s. yang pernah berpendapat bahwa Ḥaḍrat Nabī ‘Isyā a.s. itu masih hidup di langit.
Tapi, setelah beliau menerima
wahyu yang menyatakan bahwa Ḥaḍrat ‘Isyā a.s. sudah wafat, dan ternyata wahyu tersebut didukung dengan lebih
dari duapuluh ayat al-Qur'ān dan Ḥadīts, maka sejak saat itu beliau mengubah
pendiriannya.