[khotbah jumat imam jemaah muslim ahmadiyah] [8 April 2011] Riwayat Singkat Beberapa Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud a.s.


KHOTBAH Jumat yang Hudhur (Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad) atba. sampaikan dari mesjid Baitul Futuh London, Inggris Raya pada tanggal 8 April 2011, membahas:

Riwayat Singkat Beberapa Sahabat
Hadhrat Masih Mau'ud a.s..


Tujuan Hudhur atba. mengangkat tema ini adalah agar kita mengetahui riwayat singkat mereka yang berbaiat di tangan beberkat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Mendiang Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h. pernah membawakan sejumlah rangkaian khotbah yang membicarakan hal serupa. Kini, topik tersebut akan Hadhrat Khalifatul Masih V atba. lanjutkan. Di dalamnya, ada penjelasan tentang ketulusan dan kesetiaan para Sahabat r.a.. Mereka mendapat berkat berupa kedudukan dan ketinggian rohani yang diperoleh dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

HADHRAT ‘Hâfizh’ Muhammad Ibrahim r.a.. Ia pertama kali bertemu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada tahun 1900. Saat itu pula, ia baiat di tangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Ia menyatakan baiat melalui surat yang dikirimkan via pos setahun sebelumnya. Muhammad Ibrahim mengenal Ahmadiyah melalui teman dekat dan gurunya. Melalui gurunyalah yang memberikan Muhammad Ibrahim berupa buku-buku bacaan. Lalu, ia bermimpi berjumpa dengan Hadhrat Rasulullah saw. yang mengatakan bahwa pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah benar adanya.

Atas jawaban tegas yang ia dapat dari Hadhrat Rasulullah saw. ini, ia meminta sumpah dari Hadhrat Rasulullah saw. tentang hal tersebut. Hadhrat Rasulullah saw. pun menjawab, “Saya tidak perlu bersumpah, sayalah pemilik langit dan bumi.” Muhammad Ibrahim kemudian menulis surat baiat pada keesokan pagi begitu bangun tidur. Satu tahun kemudian, ia berangkat ke Qadian untuk baiat langsung.

HADHRAT ‘Master’ Khalilur-Rahman r.a.. Ia baiat pada tahun 1896 pada usia empatbelas tahun. Pada 1898, Khalilur-Rahman pergi ke Qadian lebih awal dalam rangka menghadiri jalsah salanah. Ia tinggal di sana menemani Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Ada masa ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. melakukan perjalanan ke Jhelum, Khalilur-Rahman menemani beliau a.s. dan mengkhidmatinya. Pada jalsah salanah tahun 1907, Khalilur-Rahman tinggal di Qadian selama satu setengah minggu. Ia memiliki kesempatan terakhirnya berjumpa beliau a.s..

Selama kunjungan pertamanya ke Qadian, Khalilur-Rahman memiliki kesempatan menunaikan shalat selalu berada pada baris yang searah dari depan meski hanya terhalang satu atau dua orang di belakang Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Saban usai shalat lima waktu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berada di mesjid selama setengah jam dan memberikan nasihat-nasihat berharga. Beliau a.s. biasa makan malam bersama orang-orang yang berada di sana bada shalat maghrib, lalu memberikan wejangan kepada para Ahmadi hingga menjelang shalat isya.

Khalilur-Rahman mendapatkan kesempatan memijat tangan dan kaki Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Saat itu, usia beliau masih terbilang belia. Khalilur-Rahman terkesan dengan keluhuran rohani Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Khalilur-Rahman tidak pernah berkata sepatah kata pun kalau Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang berbicara dengan para Sahabat r.a.. Seolah-olah, Khalilur-Rahman adalah pengawal beliau a.s..

HADHRAT ‘Hâfizh’ Ghulam Rasul ‘Wazirabadi’ r.a.. Ia baiat pada tahun 1897. Ghulam Rasul menceritakan bahwa pernah suatu waktu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkumpul dengan teman-teman beliau a.s. di kediaman beliau a.s.. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memberitahukan mereka bahwa beliau a.s. telah mendirikan institusi pendidikan bagi mereka yang ingin mendapatkan ilmu di sana. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkeinginan menyampaikan ajaran kebenaran kepada umat manusia. Pernah ada beberapa orang yang belajar bahasa Inggris di sana, namun setelah itu terlibat di dalam urusan dunia.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berharap memiliki madrasah atau sekolah yang secara khusus memberikan pelajaran agama. Beliau a.s. meminta agar para warga Ahmadi mengirimkan puteranya ke madrasah agama ini. Ghulam Rasul menyebutkan, pada saat itu putranya yang bernama Ubaidullah masih berusia tujuh tahun. Ia mempercayakan putranya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mendidik Ubaidullah dengan penuh keberkatan. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. meminta salah satu penanggung jawab madrasah tersebut untuk memasukkan Ubaidullah. Kemudian, Ubaidullah meraih gelar ‘Maulwi Fadhil’ dari madrasah tersebut. Ubaidullah dikirim ke negara Mauritius sebagai mubaligh pada masa Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Ubaidullah bertugas di sana selama tujuh tahun. Selanjutnya, Hadhrat Khalifatul Masih II menganugerahkannya gelar kemubalighan ‘Syahîd’ atas dedikasi kepada tugas dan pengkhidmatannya. Ubaidullah adalah mubaligh pertama dari India yang mendapat gelar ‘syahîd’.

Ubaidullah menceritakan bahwa pada suatu kesempatan, ia ingin menemui Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selama perjalanan beliau di distrik Gurdaspur. Ia melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang beristirahat sambil menutup wajah beliau a.s.. Serta merta, ia mendatangi dan langsung memijat beliau a.s..

Saat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. membuka penutup muka, beliau a.s. mengenali Ubaidullah dan menyebut namanya. Ubaidullah sangat gembira saat mengetahui bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengenalnya. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Aduhai sang ‘Hâfizh’, bagaimana saya tidak mengenal Anda?”

Pun, yang merupakan sumber kebahagiaan bagi Ubaidullah adalah saat ia mengenang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pernah bersabda, “Seseorang yang mengenal saya dan yang kepadanya saya mengenalnya, ia akan dilindungi dari wabah penyakit.”

Kemudian, kebetulan hari tersebut adalah hari Jumat, dan Hadhrat ‘Maulwi’ Abdul Karim ‘Sialkoti’ r.a. sedang tidak berada di tempat. Jemaah pada kebingungan, siapa yang akan pemimpin shalat jumat. Tanpa ragu, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Karena Tuan ‘Hâfizh’ ada di sini, maka beliaulah yang akan memimpin shalat jumat.”

Ubaidullah kaget bukan kepalang. Ia merasa tidak layak diri. Ia merasa banyak kelemahan. Apalagi, di dalamnya ada kehadiran Hadhrat Msaih Mau’ud a.s.. Ubaidullah berharap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengubah rencana saat keberlangsungan shalat jumat tersebut. Tapi, hingga saat jumatan itu datang, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tetap memanggilnya.

Ubaidullah membisiki Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa ia merasa banyak kelemahan, tidak memiliki kemantapan untuk berdiri di hadapan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Namun, beliau a.s. memintanya untuk maju, dan meyakinkan bahwa adalah Ubaidullah yang akan menjadi khatib dan imam shalat jumat.

Kemudian, shalat jumat berjalan sesuai rencana. Ubaidullah menilawatkan beberapa ayat QS «Al-Furqân» dan memulai khotbahnya. Ia melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang menyimak sambil berdoa. Ubaidullah merasakan kekuatan yang mengagumkan pada pidatonya. Ia menerangkan bahwa sejak saat itu, selanjutnya, ia tidak pernah ragu di dalam mengisi diskusi-diskusi.

Ubaidullah menceritakan pula, suatu ketika, setelah kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., ‘Khawaja’ Kamaluddin berkata bahwa siapa-siapa yang pernah belajar di Madrasah Ahmadiyah akan menjadi ulama dan menerangkan bahwa apa saja yang mesti mereka lakukan. ‘Khawaja’ Kamaluddin menyarankan agar madrasah itu ditutup.

Mendengar ini, Hadhrat Khalifatul Masih II Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (Mushlih Mau’ud) r.a. langsung berdiri, dan dengan penuh wibawa, bersabda, “Sekolah ini dibuat oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Dan ini akan terus dilanjutkan. Insya Allah, sekolah ini akan mencetak orang-orang terpelajar yang menebarkan pesan kebenaran.”

Sabda Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. membuat Kamaluddin terdiam. Kenyataannya, mereka yang dididik di sekolah inilah yang menjalankan tabligh ke seluruh dunia.

Suatu kali, Ubaidullah menceritakan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dimohon untuk menulis tafsir semua Surah dari Alquran. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjawab bahwa beliau a.s. akan menulis tafsir bila sudah beliau rasakan perlu pada saatnya. Dan jika tafsir lengkap itu ditulis, itu akan ada di masa-masa mendatang, saat akan terjadi banyak perlawanan, dan Allah akan menunjuk orang lain untuk menjawab perlawanan-perlawanan ini.

HADHRAT ‘Khân-Munsyi’ Barkat Ali r.a.. Ia adalah seorang direktur umum pelayanan medis di India. Ia baiat tahun 1901 dan berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada tahun yang sama. Ia bercerita bahwa saat pertama kalinya mendengar tentang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah berasal dari para tetangganya dan saat itu sejumlah tanya jawab tentang tema kewafatan Hadhrat Nabi Isa a.s. sedang marak-maraknya menjadi buah bibir. Secara berlanjut, keimanan Barkat Ali kian bertambah.

Pada hari-hari tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengadakan debat dengan seseorang. Saat itu pula, keperluan untuk pengadaan tafsir Alquran dalam bahasa Arab mendesak untuk ditulis dan diterbitkan. Lawan debat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. membuat poster yang disertai ukuran duapuluh poin yang menyatakan bahwa Allah melarang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan mengatakan beliau a.s. sebagai seorang yang tidak bisa memiliki standar. Poster itu bertulis cuplikan tulisan dari buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Barkat Ali meminta kepada teman-teman Ahmadinya memberikan dan menunjukkan buku-buku asli yang ditulis oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Setelah membacanya, Barkat Ali menemukan tulisan-tulisan itu semuanya telah dipelintir, di luar konteks, dan disalahartikan.

Persis seperti itulah yang sedang terjadi saat ini. Tulisan-tulisan dari buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. diputarbalikkan jauh dari konteks dan dibuat dalam bentuk penggalan-penggalan serta digunakan untuk menentang Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Dalam Muslim Television of Ahmadiyya (MTA) ada program acara bernama Râh-i-Hudâ «راه هدٰى» yang kini dibuat dalam bentuk versi internet online guna menjawab isu dan tuduhan-tuduhan terhadap Jemaah Ahmadiyah. Ini memberikan referensi yang benar. Dengan karunia Allah swt., ada banyak orang di dunia ini yang mencari tahu dan menghasilkan banyak baiat.

Aneka taktik para penentang terhadap Jemaah kita bukan hal yang baru. Saat ini, banyak penentang yang khawatir ketika website tersebut diluncurkan. Saudara Asif, yang bertugas menangani situs internet, melaporkan bahwa situs lelaman itu kebanjiran pengunjung sedangkan respon belum bisa diberikan secara langsung. Kita tunggu dan lihat akan reaksi kegagalan para penentang itu. Begitu jawabannya kita berikan melalui korespondensi, kekuatan perlawanan akan berhenti. Para penentang pergi ke situs-situs lain dan mengatakan bahwa orang Ahmadi tidak memberikan akses yang akurat padahal kenyataannya mereka sedang kecewa.

Barkat Ali bercerita, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menerbitkan buku I’jâzu 'l-Masîĥ «إعجاز المسيح» dan menyerukan kepada para penentang Jemaat untuk menuliskan jawaban dalam periode yang sama. Tetapi, sang lawan menulis buku di dalam bahasa Urdu, bukan bahasa Arab. Kemudian diketahui, buku itu merupakan plagiat. Ketika Barkat Ali semakin tertarik kepada Ahmadiyah, ia membaca kutipan ayat-ayat Alquran dari awal hingga akhir serta membaca terjemahannya di dalam bahasa Urdu. Ia menyadari terdapat banyak ayat-ayat Alquran tentang kewafatan Nabi Isa a.s..

Pada tahun 1901, India mengadakan sensus penduduk. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memerintahkan bahwa mereka yang menyakini dirinya sebagai seorang Muslim Ahmadi di dalam hatinya, harus menyatakan bahwasanya mereka adalah Muslim Ahmadi pada sensus tersebut. Walau Barkat Ali belum baiat ke dalam Jemaah Ahmadiyah, ia sudah membayar iuran candah dan menyebutkan bahwa dia adalah Ahmadi dalam sensus itu.

Suatu hari, Barkat Ali bermimpi. Di dalamnya ditampakkan wujud Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Dalam mimpi tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkata padanya, “Barkat Ali, kapan Anda mengikuti jalan kami?”

Di dalam mimpi itu, Barkat Ali baiat. Kejadiannya persis sama, dan secara ajaib menjadi kenyataan. Pada suatu kesempatan jalsah salanah, ia mendengar sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. agar segenap Ahmadi yang hendak menuju Qadian bisa berjalan melewati pasar, sehingga warga Hindu dan Non Muslim lain dapat menyaksikan datangnya para Ahmadi yang berasal dari luar.

Begitu besar doa yang dipanjatkan para Ahmadi, sehingga keturunan para Sahabat ini berkembang ke seluruh dunia. Setiap keluarga mereka berkembang menjadi ratusan, ditambah dari para Ahmadi pendatang (mubayyi’iin) baru. Dunia ini tahu tentang kita. Kita diberitakan di surat kabar dan televisi. Dengan ini semua, kita tidak pernah cukup untuk bersyukur kepada Allah swt..

Tahun 1900, saat sebuah acara divisi berbahasa Benggali populer diperdebatkan. Barkat Ali menulis sebuah artikel mengenai hak azazi manusia. Ditulis pula tentang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang tidak menyukai perbuatan makar dan pemberontakkan terhadap negara. Barkat Ali menulis artikel yang sesuai dengan ajaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Hasil tulisannya dikirimkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., dan dengan senang hati diteruskan untuk dipublikasikan pada majalah Al-Badr «البدر».

Saat giat-giatnya pembangunan Menara Almasih, Jemaat menghadapi banyak penentangan dari warga Hindu Qadian. Hal itu disampaikan oleh petugas pemerintah setempat yang mendatangi Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memerintahkan Jemaat untuk menerima petugas pemerintah dengan baik. Kepada mereka disampaikan bahwa pembangunan menara sudah jauh-jauh hari diprogramkan dan tak ada seorang pun yang sanggup menghentikannya.

Barkat Ali meriwayatkan bahwa sebelum baiat, ia biasa mengikuti semacam dana arisan atau undian (fortune fund) dengan teman-teman kantornya. Kemudian, begitu Barkat Ali menanyakan hal ini kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., jawabannya adalah bahwa hal itu tidak dapat memberikan jaminan dan memintanya untuk memberikan uang yang diperoleh dari dana ini untuk penerbitan buku Islam.

HADHRAT Muhammad Ismail r.a.. Ia seorang Ahmadi keturunan. Ia jumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. untuk pertama kalinya pada tahun 1904. Saat ia berusia duapuluh tahun, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tiba dan sedang berada di distrik Gurdaspur, menghadiri sebuah pengadilan. Muhammad Ismail bersama ayahnya dan bertemu dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di rumah kediamannya.

Saat itu musim panas. Ia melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menatapnya dan sambil tersenyum kepada ayahnya lalu berkata, “Mia Ismail datang juga. Dan ia mengambil bagian nilai rohani.” Setiap Ismail mengingat ini, ia merasa senang sekali.

HADHRAT Muhammad Akbar r.a.. Ada sebuah mesjid kosong di lingkungan RT dimakmurkan oleh para warga Ahmadi. Kemudian, ada seorang ulama Non Ahmadi yang datang ke lingkungan tersebut buat mempengaruhi orang-orang bahwa para warga Ahmadi harus keluar dari mesjid tersebut. Ulama itu mengumpulkan sejumlah anak laki-laki dan memberikan taklim serta menarbiyati mereka di mesjid ini, melaksanakan shalat terpisah dan pula khotbah-khotbah terpisah.

Lalu, ada seorang pensiunan polisi kerabat Muhammad Akbar mendesak aparat kepolisian. Pensiunan itu melaporkan adanya resiko perpecahan antara orang-orang Ahmadi dengan Non Ahmadi di lingkungan ini. Uang keamanan pun, katanya, dimintai dari para pemimpin kedua pihak.

Muhammad Akbar menuliskan masalah ini kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yaitu permusuhan keluarganya dan laporannya kepada polisi sekaligus memohon doa. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. membalas suratnya dan menasihatinya untuk tidak khawatir, bahwa dengan kekuasaan Allah swt. segala sesuatu akan menjadi baik. Beliau a.s. menasehati untuk menolak membayar uang keamanan. Dan jikapun mesjid harus dikosongkan, maka lakukan saja.

Tak lama setelah itu, pensiunan polisi tersebut jatuh sakit dan meninggal. Pula, terjadi banjir dan air sungai meluap. Sehingga, sebagian kota di mana mesjid itu berdiri menjadi tenggelam, kemudian mesjid itu rubuh. Lalu, kota itu dibangun kembali dan para Ahmadi membangun mesjid baru.

HADHRAT Nazamud-Din r.a.. Ia menceritakan, pada tahun 1904, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengunjungi kota Sialkot dan tinggal di sana. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasihatkan, “Orang-orang mencela saya. Jika Anda membalas dengan cercaan pula, maka mereka akan kembali mencela saya. Dan celaan ini terjadi bukan berasal dari mereka tapi dari Anda. Sebaliknya, hendaknya Anda mendoakan mereka saat mereka mencela, dan bersikap baik serta kasih sayanglah Anda kepada mereka, sehingga mereka menjadi dekat dengan Anda.” Selanjutnya, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyebutkan keteladanan para Sahabat Rasulullah saw. yang tabah saat mereka menghadapi kezaliman kaum kufar Mekkah.

HADHRAT ‘Munsyi’ Abdullah Ahmadi r.a.. Ia baiat pada tahun 1902 dalam usia tigabelas tahun. Baiatnya dilakukan setelah ia mendapat mimpi. Abdullah Ahmadi adalah murid Maulwi Abdul Karim Sialkoti. Saat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pergi ke Sialkot, beliau a.s. meminta daftar orang-orang yang telah menganiaya para warga Ahmadi di Sialkot. Beberapa saat setelah itu, sebuah wabah penyakit menyebar di Sialkot dan—dengan kehendak Allah—keluarga para penganiaya itu mendapat kemalangan karena wabah tersebut.

HADHRAT Muhammad Yahya r.a.. Ia pertama kali jumpa dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah pada tahun 1904. Ayahnya baiat di Ludhiana dan mendapat gelar sebagai ulama aliran Dubandi. Muhammad Yahya mengunjungi Qadian pada tahun 1892 dan tinggal di ruang gol, sebuah ruangan di mana pada masa awal, secara tradisional, tamu-tamu ditempatkan di sana. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. biasa di gol akan bersama para tamunya dan keluar untuk mengkhidmati dan menjamu, menemani mereka makan, bercengkarama dengan mereka sambil makan. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. jarang makan sendirian dan selalu dengan senang hati melayani tamu-tamunya. Saat Muhammad Yahya masih kecil dan belajar di madrasah Ta’limul Islam Qadian, ia menemani isteri Hadhrat Masih Mau’ud a.s. (Hadhrat Ummul Mu’minin atau Amma’ Jan r.a.) untuk berjalan-jalan.

Semoga Allah swt. meninggikan kedudukan para Sahabat ini. Semoga, Allah swt. terus menjaga saripati kebenaran Ahmadiyah di kalangan keluarga mereka. Semoga Allah swt. membuat perhatian kita terarah untuk melakukan perbaikan diri dan memperdalam keimanan kita. Semoga pada tiap hari yang baru, akan tumbuh kecintaan terhadap Rasulullah saw., terhadap Ahmadiyah, dan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s., di dalam diri kita. Dan semoga, kita selalu ditarik untuk mengamalkan ajaran-ajaran Alquran. Amin.[] (ALISLAM/IIN/ALI)


Penerjemah: Iin Qurrotul Ain binti T. Hidayatullah/Bogor, 11 April 2011
Editor: Rahmat Ali ‘Daeng Mattiro’/Kebayoran, 13 April 2011
Link summary versi bahasa Inggris: http://tinyurl.com/3qgh5ye

Subscribe