[FSS20100730ID-PPSi] [KHOTBAH Jumat Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah] Nasihat kepada para Tetamu dan Petugas Jalsah



“Attâ`ibuuna`l-‘âbiduuna`l-ĥaamidûna`s-saa`iĥûna`r-rôki’ûna`s-sâjidûna`l-âmirûna bi`l-ma’rûfi wa`n-nâhûna ‘ani`l-muŋkari wa`l-ĥâfizhûna li ĥudûdi`l-Lâhi, wa basysyiri`l-mu`minîn[a].

“Mereka orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian di jalan Allah, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh pada kebaikan dan melarang keburukan, dan yang menjaga batas-batas hukum Allah; dan, sampaikanlah kabar suka kepada orang-orang yang beriman.” (QS [At-Taubah] 9:112)

Ayat itu dikutip ketika Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah Internasional Hudhur (Sayyidina Hadhrat Khalifatul Masih Mirza Masroor Ahmad) atba. menyampaikan Khutbah Jum’at tanggal 30 Juli 2010 di Hadeeqatul-Mahdi, area jalsah salanah atau pertemuan tahunan warga Jemaah Muslim Ahmadiyah Inggris Raya di Alton, Hampshire.

Hudhur atba. bersabda bahwa ayat ini berlaku bagi orang-orang yang beriman (mukmin) yang mendahulukan keimanan dan keyakinan mereka di atas segala urusan duniawi. Untuk orang-orang semacam itu ada kabar suka dari Allah swt.. Para mukmin sejati adalah orang-orang yang mengamalkan ibadah mereka dengan cara sebaik-baiknya, dengan jiwa tulus memohon tobat dengan penuh penyesalan, menundukkan diri di hadapan Allah swt., dan sudah seharusnya mengikuti ajaran-ajaran Islam dan menjadi teladan dengan mengamalkan ajaran-ajaran yang mereka sebarkan. Inilah orang-orang yang mendapatkan status sebagai penjaga batas-batas hukum yang ditetapkan Allah swt..

Hudhur atba. menyatakan bahwa banyaknya peserta Jalsah yang telah melakukan perjalanan dari tempat yang jauh-jauh adalah untuk mendapatkan bagian dari kesempatan yang menguntungkan tersebut. Perjalanan itu dilakukan semata-mata meraih keberkatan dari Jalsah Salanah. Bahkan, yang dari Inggris sendiri telah banyak melakukan pelbagai perjalanan dengan berbagai kesulitannya—li`l-Lâhi ta’âla. Mereka yang berhasil datang di jalsah salanah adalah para tamu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang meninggalkan tujuan-tujuan duniawi demi meraih manfaat rohani.

Walau Jemaat telah mengambil langkah-langkah untuk melayani semua peserta jalsah; orang-orang yang datang ke jalsah salanah dengan maksud untuk memperkaya rohani mereka, tidak akan merasa khawatir dengan kesenangan fisik dan kemewahan duniawi; pamrih mereka hanya difokuskan pada bagaimana cara untuk memperkaya, meninggikan, dan mengembangkan jiwa mereka; dalam hal ini, yang harus mereka ingat adalah bahwa kesenangan duniawi tidak dijadikan permasalahan, maka kekurangan-kekurangan yang terdapat pada urusan penerimaan tamu tidak akan menjadi berarti dan akan dapat dimaklumi begitu saja.

Kadang-kadang, ada keluhan bahwa terdapat tamu-tamu yang dilayani lebih baik daripada yang lain. Haruslah diingat bahwa panitia telah berusaha dengan sekuat tenaga untuk memberikan pelayanan yang layak dengan kepedulian yang besar dan sama-rata kepada semua tamu. Namun, ada kalanya kepada beberapa tamu ada diberikan pelayanan terpisah, yang memadai dan pantas pada beberapa keadaan tertentu.

Berangkat dari hal itu, Hudhur atba. meminta perhatian kepada warga Ahmadi bahwa tujuan hakiki menghadiri jalsah adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki keadaan rohani mereka, sehingga mereka terus maju di jalan mereka sebagai para mukmin sejati. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selalu memberikan pelayanan secara pribadi kepada semua dan kepada setiap orang dari tamunya. Namun, pada keadaan jalsah salanah, seluruh panitia memberikan perlakuan sama kepada para tamu.

Selama di jalsah salanah itu, anggota-anggota keluarga yang berdatangan dari berbagai Negara di dunia, datang berkumpul bersama dan hal ini memberikan kesempatan untuk sebuah reuni. Dalam kesempatan tersebut, keluarga-keluarga yang hadir ingin menghabiskan waktu bersama satu sama lain. Ini adalah satu tanda kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa beliau telah berhasil membentuk suatu jemaat yang tanpa batas, yang merupakan satu persaudaraan yang besar dan yang memperlihatkan satu ikatan unik dari persaudaraan dan sebuah kesatuan untuk menjadi satu bangsa.

Hudhur atba. mengingatkan bahwa para peserta jalsah tetap disiplin dan peduli dan mengikuti keseluruhan acara jalsah hingga selesai. Kedatangan dan kehadiran mereka adalah untuk satu tujuan khusus. Mereka perlu memperbaiki diri. Diri seorang mukmin adalah untuk menciptakan keseimbangan di dalam kehidupannya. Yang Mulia Nabi Muhammad—Rasulullah saw. telah menasihatkan agar kita memelihara baik-baik waktu yang dimiliki dari kesia-siaan. Tak ada salah menggunakan waktu untuk berbincang-bincang dengan keluarga, tetapi ia harus tetap ingat untuk salat dan akan tujuan hakiki dari keikutsertaannya dalam jalsah salanah.

Para tamu dan tuan rumah atau panitia jalsah harus menyadari akan tugas-tugas prinsip mereka selama jalsah. Tamu harus memperlihatkan kesabarannya dan dapat menahan diri. Para petugas jalsah pun harus dapat mengendalikan emosi dan gairahnya. Dengan cara ini, situasi sesulit apa pun dapat ditangani.

Hudhur atba. mengingatkan bahwa semua tamu yang berada di sini adalah bertujuan meraih ketakwaan yang hanya akan diperoleh jika mempraktekkan rasa cinta dan menzahirkan kasih-sayangnya serta kelembutan perangainya terhadap yang lain. Lupakan kelemahan-kelemahan kecil dengan menaruh perhatiannya pada tujuan yang lebih besar, yakni beribadah kepada Allah. Buatlah perjalanan yang warga Ahmadi lakukan ini merupakan semata-mata demi meraih kedekatan Ilahi.

Para petugas di jalsah, sebenarnya tengah melakukan tabligh secara diam-diam. Dengan cara itu pula, setiap tamu adalah seorang duta dari Jemaah Ahmadiyah. Orang-orang yang pertama kali datang ke Jalsah Salanah mendapatkan kesan pertama yang selalu baik. Mereka memiliki kesan bagus tentang Islam. Dari sini, para Ahmadi tidak hanya mendapatkan manfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga sedang melakukan pengkhidmatan dan pengabdian besar kepada hadirin yang baru pertama kali ikut. Mereka memperlihatkan teladan diri sebagai seorang Ahmadi Muslim yang baik. Kebajikan-kebajikan yang terbaik itu harus senantiasa dimanifestasikan sehingga kita akan menjadi penerima dan pewaris doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Kepada para tamu Ahmadi dari mancanegara, Hudhur atba. mengatakan bahwa sehubungan dengan jalsah, jangan sampai ada yang overstay di tempat tinggal tuan rumah yang menjamu mereka atau di tempat akomodasi yang disediakan Jemaat. Mereka harus membatasi waktu hingga paling lama dua atau tiga minggu saja. Panitia Jalsah pernah mendapatkan pengalaman yang sangat kurang enak dari mereka yang tidak mengikuti instruksi ini.

Orang-orang yang datang dari luar negeri harus ingat bahwa akomodasi yang disediakan oleh panitia jalsah adalah sebuah tempat tinggal sementara. Anggota-anggota yang menyediakan rumah mereka pun harus kembali pada pekerjaan rutin sehari-hari mereka. Petugas-petugas Pemerintah pun menaruh pengawasan atas tempat tinggal sementara yang didirikan Jemaat ini. Jemaat harus mengikuti ketentuan dan peraturan yang dikenakan kepada mereka.

Jika ada tamu-tamu yang memerlukan untuk terus tinggal di luar batas waktu yang diberikan, mereka harus membuat pengaturan sendiri. Dalam hal keputusan mereka untuk tinggal di tempat kenalan atau keluarganya, mereka harus terlebih dahulu meminta izin mereka. Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda bahwa seseorang itu janganlah tinggal terlalu lama di rumah yang menjamunya dan jangan memaksa tuan rumah untuk terus melayani dia. Perbuatan semacam itu adalah sama saja dengan merampok rumah tersebut. Seorang mukmin adalah seorang yang tidak menyulitkan tuan-rumahnya, tetapi adalah yang membuat sebuah sumber keberkahan baginya.

Tuan rumah dan tamu haruslah membentuk hubungan yang menyenangkan satu sama lain, saling mendoakan, serta mengirimkan keberkahan dari satu kepada yang lainnya, juga menanamkan nuansa damai dan harmoni. Bila gagal dalam memanfaatkan kesempatan tersebut dalam meraih keberkahan-keberkahan Allah, maka kita akan termasuk orang yang kurang beruntung.

Yang Mulia Rasulullah saw. sangat menganjurkan keharmonisan, menggunakan setiap kesempatan untuk menebar amanat kebaikan, dan membuka jalan-jalan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan akhlak kepada para Sahabat-nya yang akan menjadi panutan bagi generasi berikut.

Hudhur atba. juga menyatakan bahwa pengkhidmatan terhadap tamu adalah peluang yang bagus untuk mempromosikan kecintaan dan persaudaraan, mempromosikan tradisi Islam dengan mengucapkan salam dengan ucapan Islami—Assalâmu’alaikum—apakah mereka kita kenal atau tidak. Tradisi ini akan menciptakan suasana masyarakat Islam yang hakiki.

Ucapan salam adalah satu cara yang paling istimewa untuk menebarkan pesan amanah kedamaian dan kecintaan. Sungguh menakjubkan bila orang-orang yang tadinya tidak mau berbicara satu sama lainnya dikarenakan ada sesuatu perselisihan, kemudian cara ini diterapkan, maka niscaya akan dapat mengakhiri kebekuan mereka, dan bakal ada saling memaafkan satu sama lain, kemudian akan menjadi bersatu kembali di dalam ikatan persaudaraan.

Ada sebuah kejadian di masa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. beapa setiap saat kehidupan seorang Nabi itu didedikasikan kepada Allah swt. dan setiap perjalanan itu dilakukan demi-Nya.

Pada satu hari, tahun 1893, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang berada di kota Amritsar, sibuk dalam dialog Jangg-i-Muqaddas (Perang Suci). Dialog ini berlangsung antara orang-orang Kristen dan Muslim. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mewakili orang-orang Muslim dan dengan bukti-bukti yang jelas, beliau itu telah berhasil di dalam menegakkan ketinggian dan supremasi Islam. Pada satu hari, dikarenakan jumlah para tamu yang hadir itu membludak, panitia itu –entah bagaimana—sampai lupa menyediakan makanan untuk Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Setelah menunggu sekian lama, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bertanya tentang makanan tersebut, dan hal ini membuat panitia sadar akan kelalaiannya dan terjadilah kepanikan. Dalam kejadian ini, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menghibur mereka dengan mengatakan tidak perlu panik. “Lihatlah di dapur! Tentu masih ada makanan yang tertinggal. Dan cukuplah itu.”

Ketika mereka kembali ke dapur, mereka hanya menemukan beberapa kerat roti yang tersisa, dan dihidangkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yang beliau makan tanpa mengeluh. Bagi para pengikut Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di sana ada satu pesan bahwa kita itu harus mempraktekkan kesabaran dan ketahanan diri; bahkan, ketika perkara itu tidak berjalan sesuai rida kita. Jika terdapat kelemahan, berusahalah untuk mengingatkan kembali pada tujuan kedatangan ke jalsah yang sudah menempuk perjalanan yang jauhnya ratusan atau ribuan kilometer itu.

Menjelang akhir khobtah, Hudhur atba. menyampaikan bahwa adalah tugas dari setiap peserta Jalsah untuk menjaga dan mengawasi keadaan sekitar lingkungan. Jika melihat sesuatu kegiatan yang mencurigakan, sampaikanlah hal ini kepada para petugas jalsah. Pun untuk menjaga kebersihan, adalah tugas dan kewajiban semua peserta jalsah. Terlebih, semua peserta harus selalu sibuk di dalam salat dan doa selama jalsah tersebut.[] (Alislam.org/PPSi20100801/Rahmat Ali)