[20091015] Rangkaian Akhir Stadium General Filsafat Kota; Kota Harta: Perihal Jarak antara Jakarta dan Indonesia

Tadi malam, saya 'abis 'ngikutin Rangkaian Stadium General Seri yang ke-5 Filsafat Kota. Judul—(kok "judul", kayak film aja, hehehe...)—topiknya adalah «Kota dan Harta; Perihal Jarak antara Jakarta dan Indonesia». Tempatnya di Goethe-Institut Jakarta, Jalan Sam Ratulangi Nomor 9—15, mulai pukul 19.00—22.00. Sebagai pembicaranya adalah Romo B. Herry-Priyono (SJ) dari Program Pascasarjana STF Driyarkara., dosen saya yang 'ngajar Filsafat Ilmu-ilmu Sosial.

Menarik banget. Romo Herry meneropong Jakarta bukan hanya bagi kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi tata politik, cuaca kultural, dan tataruang kota Jakarta. Wawasan saya benar-benar beliau buka. Namun sayangnya, teman-teman sekomunitas yang dengan sepenuh hati dan ikhlas saya undang tidak ada satu pun yang datang, perhapsly sibuk. Dan memang ada yang sibuk tugas kampus. Tidak apa-apalah! Mungkin emang dasar bukan rezeki mereka. Hahaha... Toh, aku sudah terhibur banget dengan hadirnya Sajidah (adik kandungku sendiri) dan teman lelakinya, Ridwan.

Yaahh... Mudah-mudahan tahun depan ada Stadium General macam ini lagi. Tentunya, dengan tema yang berbeda-lah! Amin, ya Allah.

«Kutipan Goethe-institut»"Sebagai kota yang mengaku diri metropolis modern, Jakarta seakan-akan seperti mesin cuci. 'Cari duit di situ, cuci duit di situ, cari nama di situ, cuci nama di situ, tempat cari onar pun di situ. Tapi setelah selesai ditinggalin!,' kata Mandra, pelawak, pemain sinetron, dan juga warga asli Jakarta. 'Kata sebagian besar warganya, Jakarta sudah gagal jadi tempat tinggal yang lebih baik bagi manusianya,' begitulah penegasan Marco Kusumawijaya pada pengantar bukunya, 'Jakarta: Metropolis Tunggang Langgang'. Pertanyaannya, seperti apakah kota yang baik itu? Apakah kota yang baik itu bisa direalisasikan ataukah hanya tinggal dalam ilusi konsepsi belaka?

"Sejak manusia hidup bersama dalam sebuah lokasi yang tertentu dengan aturan dan kesepakatan bersama, pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menggali inspirasi konseptual perihal apa itu kota yang baik kiranya selalu berjalan seiring dengan usaha mengatasi problematika kota yang buruk. Sokrates dan Platon, dua filsuf Yunani kuno, misalnya, telah merefleksikan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk menemukan pemahaman yang berbeda perihal kota yang baik (kallipolis) dan kota sekawanan babi. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut tetap hidup di sekitar kita, apakah ini mengisyaratkan suatu kegelisahan bersama perihal sulitnya untuk merealisasikan apa itu kota yang baik?"

Untuk itu, Studium Generale “Philosophy in the City” yang diadakan Goethe-Institut Jakarta bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, adalah untuk merefleksikan apa itu kota yang baik dalam kaitan masalah kerja, budaya, kata, harta, dan alam.

Pada kesempatan ini, saya akan berbagi 5 ebook dari—tentunya—5 rangkaian Studium Generale “Philosophy in the City”. Berikut linknya:

1. http://www.scribd.com/doc/21197348/Filsafat-teks-Kota-Dan-Harta
2. http://www.scribd.com/doc/21197359/Filsafat-teks-Kota-Dan-Budaya
3. http://www.scribd.com/doc/21197357/Filsafat-Kota-Dan-Kata
4. http://www.scribd.com/doc/21197112/filsafat-Kopie-von-Goethe-Kota-dan-Alam-Ags09-1
5. http://www.scribd.com/doc/21197032/Filsafat-kota-Dan-Kerja-Teks

Selamat menikmati![]