Ringkasan khotbah jumat Khalifah Islam Jamaah Muslim Ahmadiyyah 1 Desember 2023


BERIKUT ini merupakan petikan ringkasan khotbah jumat yang disampaikan Imam Jama‘ah Muslim Aḥmadiyyah Sayyidinā Amīrul Mu’minīn Ḥaḍrat Khalīfatul-Masīḥ V Mirza Masroor Ahmad (Ḥuḍūr)–ayyadahul-Lāhu Ta‘ālā binaṣrihil-‘azīz (atba.); 📍 Mesjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Inggris (UK); Jumat, 1 Desember 2023. 👓Perkiraan baca normal ≈12 menit (1843 kata).

SETELAH mengucapkan dua kalimah syahadat serta menilawatkan ta’awud dan Al-Qur’ān Sūrah (QS) Al-Fātiḥah, Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa beliau akan menceritakan akhlāq dan suriteladan Ḥaḍrat Rasūlullāh selama Perang Uhud.

*AKHLĀQ luar biasa Rasūlullāh pada masa peperangan*. Kita telah melihat bagaimana Rasūlullāh memperlakukan para tawanan selama Perang Badar dan memberi mereka kemudahan. Rasūlullāh memerintahkan para sahabatnya r.a. untuk memperlakukan mereka dengan baik, dan para tawanan itu sendiri membuktikan fakta bahwa para sahabat akan memberi mereka makanan yang lebih baik daripada apa yang mereka makan sendiri. Rasūlullāh juga membebaskan mereka dengan syarat yang sangat sederhana. Bahkan, bagi sebagian orang, tebusan mereka adalah dengan mendidik dan membimbing orang lain supaya pandai membaca dan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa Rasūlullāh tidak memiliki rasa permusuhan pribadi terhadap siapa pun, melainkan perjuangan beliau adalah menaklukkan-hati mereka yang ingin memberangus syiar dakwah Islām.

Di pihak lawan, ada orang-orang yang sebenarnya tidak ingin berperang melawan umat Islām, namun terpaksa melakukannya karena keadaan mereka. Ḥaḍrat Rasūlullāh juga akan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Banyak dari orang-orang tersebut yang kemudian menjadi Muslim. Kemudian Rasūlullāh juga menetapkan aturan perang dan meratifikasi perjanjian, yang akan beliau patuhi. Hal ini tidak seperti dunia saat ini, di mana banyak aturan dibuat namun tidak dipatuhi karena adanya standar ganda.

Perikehidupan Ḥaḍrat Rasūlullāh adalah cerminan amalan dari perintah-perintah dalam kitab suci Al-Qur’ān yang menetapkan prinsip-prinsip dasar seperti keadilan dan perdamaian. Misalnya, Al-Qur’ān memfirmankan,

“Hai, orang-orang yang beriman! Jadilah kamu orang-orang yang teguh karena Allāh, dengan menjadi saksi yang adil; dan janganlah kebencian suatu kaum mendorongmu bertindak tidak adil. Berlakulah adil, itu lebih dekat kepada taqwa. Dan, bertaqwalah kepada Allāh. Sesungguhnya, Allāh Mahawaspada dengan apa-apa yang kamu kerjakan. (QS 5–Al-Mā’idah: 9)”

Ḥaḍrat Rasūlullāh memberikan contoh paling mulia dalam hal ini yang mencakup semua aspek. Ada banyak aspek sejarah mengenai topik akhlāq dan teladan Rasūlullāh selama peperangan yang juga dapat menjadi rangkaian khotbah. Dalam khotbah ini, beliau berbicara tentang topik tersebut sehubungan dengan Perang Uhud.

*PERISTIWA Menjelang Perang Uhud*. Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa pertempuran ini diprakarsai oleh lawan karena permusuhan mereka sehingga memaksa umat Islām untuk ikut berperang. Tercatat, pertempuran ini terjadi pada hari Sabtu, bulan Syawal tahun 3 hijriah, menurut sebagian besar ahli sejarah. Uhud adalah nama sebuah gunung yang letaknya sekitar tiga mil dari Madinah.

Dalam Kehidupan dan akhlāq Ḥaḍrat Nabi Muḥammad Sang Khātamannabiyyīn , Ḥaḍrat Mirza Bashir Ahmad r.a. telah mencatat tanggal pertempuran Uhud bulan Syawal 3 hijriyyah adalah tepat bulan Maret tahun 624 masehi.

Salah satu faktor terbesar yang berkontribusi terhadap Perang Uhud adalah setelah kekalahan orang-orang Makkah dalam Perang Badar. Beberapa pemuka Quraisy pergi ke Abu Sufyan, karena kekayaan mereka juga diinvestasikan dalam kafilah dagang yang berujung pada Perang Badar. Karenanya, mereka berkata kepada Abu Sufyan bahwa banyak dari pasukan mereka yang terbunuh, bahwa kekayaan yang dibawa oleh kafilah tersebut harus digunakan untuk membalas dendam terhadap Rasūlullāh , dan bahwa pasukan bersenjata harus dibentuk. Abu Sufyan menerima usulan ini, setelah itu pihak Quraisy memperoleh keuntungan sebesar 50.000 mata uang emas (dinar) dari kafilah tersebut dan menggunakannya untuk mempersiapkan pasukan. Allāh SWT menyebutkan hal ini dalam Al-Qur’ān sebagai berikut,

“Sesungguhnya, orang-orang yang ingkar membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia dari jalan Allāh. Maka, mereka akan senantiasa membelanjakannya; kemudian hal itu akan menjadi sumber penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan ditaklukkan. Dan, orang-orang yang ingkar akan dihimpun ke dalam Jahanam. (QS 8–Al-Anfāl: 37)”

Ada juga faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya Pertempuran Uhud, seperti kegagalan dan rasa frustrasi mereka dalam ekspedisi lain setelah Pertempuran Badar.

Ketika pasukan telah dibentuk untuk membalas dendam terhadap Ḥaḍrat Rasūlullāh , kaum Quraisy juga menyusun strategi agar suku-suku di sekitarnya pun bergabung dengan mereka. Beberapa suku didekati secara pribadi, sementara yang lain pada konvoi dikirim ke suku lain. Salah satu orang yang didekati adalah Abu Uzza Jam‘i, belakangan hari adalah yang termasuk di antara tawanan Badar dan kemudian dibebaskan oleh Rasūlullāh tanpa uang tebusan apa pun karena memiliki tanggungan anak perempuan yang harus diurusnya. Abu Uzza Jam‘i bersumpah bahwa dia tidak akan pernah berperang melawan Rasūlullāh atau membantu siapa pun melawannya. Namun, ketika didekati oleh kaum Quraisy, dia melanggar sumpahnya dan setuju untuk bergabung dengan kaum Quraisy melawan Rasūlullāh. Dia tidak hanya membantu, tetapi dia juga menghasut orang lain melalui puisinya.

Ḥaḍrat ‘Abbas r.a. mengetahui persiapan kaum Quraisy dan memberi tahu Rasūlullāh .

“Pendapatan yang dihasilkan oleh kafilah dagang yang disebutkan dalam peristiwa Perang Badar berjumlah 50.000 dinar. Jumlah ini masih diamankan (didepositokan) di Dārun-Nadwah sesuai keputusan para kepala suku Makkah, guna mempersiapkan serangan terhadap kaum Muslimin. Sekarang, uang ini telah dikeluarkan dan persiapan perang dimulai dengan kekuatan dan usaha penuh. Jika bukan karena kewaspadaan dan tindakan pencegahan dari Rasūlullāh , umat Islām tidak akan mengetahui persiapan ini dan tentara kafir akan sampai di depan pintu umat Islām.

“Dengan kata lain, Rasūlullāh dengan tegas memerintahkan paman dari pihak ayah, ‘Abbas bin ‘Abdil-Muṭṭalib, yang dalam hatinya bersama Rasūlullāh untuk tetap tinggal di Madinah, dan beliau akan memberitahukan kepada Rasūlullāh tentang pergerakan kaum Quraisy.

“Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut juga, ‘Abbas bin ‘Abdil-Muṭṭalib mengirim seorang penunggang kuda cepat dari Bani Ghifar menuju Madinah, menjanjikannya pahala yang besar. Dan dengan demikian, memberitahukan kepada Rasūlullāh tentang motif kaum Quraisy ini melalui surat.

“Lebih jauh lagi, beliau dengan tegas menekankan kepada utusan ini bahwa beliau harus menyampaikan surat ini kepada Rasūlullāh dalam waktu tiga hari. Kebetulan, ketika utusan tersebut sampai di Madinah, Rasūlullāh sedang pergi ke Quba' yang letaknya di pinggiran Madinah. Utusan itu mengejar Rasūlullāh ke Quba' dan menyerahkan surat tertutup ini kepadanya. Rasūlullāh segera menyerahkan surat ini kepada juru tulis pribadinya Ubayy bin Ka‘b Anṣari r.a., dan memerintahkannya untuk membacakan surat tersebut.

“Ketika Ubayy r.a. membacakan surat itu, di dalamnya terdapat berita mengerikan bahwa pasukan Quraisy yang ganas sedang mendekat dari Makkah. Mendengar hal ini, Rasūlullāh dengan tegas memerintahkan Ubayy bin Ka‘b r.a. untuk merahasiakan isi surat itu.” (The Life and Character of the Seal oof Prophet (sa) Vol. 2, halaman 320—321)

Tentara Quraisy berangkat dari Makkah di bawah pimpinan Abu Sufyan dengan 3.000 tentara. Ada juga perempuan yang ngotot menemani laki-laki karena hasrat balas dendamnya sendiri. Di antara mereka adalah Hindun, istri Abu Sufyan, yang mampu meyakinkan para lelaki untuk mengizinkan perempuan menemani mereka, sehingga tercatat 15 perempuan menemani balatentara.

Hindun bersekongkol dengan Wahsyi, yang memiliki tombak tajam yang dapat membunuh siapa pun yang terkena sasarannya, dan Hindun memerintahkannya untuk membunuh Ḥaḍrat Hamzah bin ‘Abdil-Muṭṭalib r.a., karena dia telah membunuh pamannya dalam pertempuran.

*PASUKAN Berangkat Menuju Uhud*. Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa baik pasukan Quraisy maupun pasukan Muslim berangkat menuju Uhud. Sebuah sensus dilakukan di kalangan umat Islām dan diketahui bahwa terdapat 15.000 Muslim yang tinggal di Madinah pada saat itu, dianggap sebagai jumlah yang besar pada saat tersebut.

“Mungkin, menjelang akhir bulan Ramadhan tahun 3 hijriyyah, atau awal Syawāl, pasukan Quraisy berangkat dari Makkah. Banyak milisi dari suku-suku Arab lainnya juga menjadi bagian dari tentara. Abu Sufyan adalah panglima tentara. Ini adalah pasukan yang terdiri dari 3.000 orang, di antaranya 700 prajurit mengenakan baju besi. Sarana angkutan juga memadai, ada 200 kuda dan 3.000 unta. Perlengkapan perang juga lebih dari cukup.

“Beberapa wanita juga ikut serta, di antaranya Hindun, istri Abu Sufyan, juga para istri dari Ikramah bin Abu Jahal, Safwan bin ‘Umayyah, Khalid bin Walid, 'Amr bin Al-‘As, dan ibunya Mus‘ab bin ‘Umair r.a. sang penyembah berhala yang patut disebutkan secara khusus. Menurut adat istiadat Arab kuno, para wanita pengiring perang inilah yang masing-masing membawa alat musik mereka. Sehingga, mereka dapat menyanyikan bait-bait motivasi dan menabuh genderang, guna membangkitkan semangat para lelaki mereka.

“Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh atau sebelas hari, pasukan Quraisy ini sampai di dekat Madinah, berputar ke utara Madinah dan berhenti di dekat Gunung Uhud. Ladang hijau subur ‘Arid terletak di dekatnya, tempat hewan-hewan Madinah merumput, dan beberapa peternakan juga dilakukan di sini. Terlebih lagi, kaum Quraisy menyerbu padang rumput ini dan membuat kekacauan di dalamnya puas-puas. Ketika Ḥaḍrat Rasūlullāh menerima kabar dari informannya bahwa pasukan Quraisy telah sampai di dekatnya, beliau mengutus seorang sahabat bernama Habbab bin Mundzir r.a. untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan kekuatan musuh. Selain itu, Rasūlullāh pun menekankan bahwa jika kekuatan musuh lebih besar daripada kekuatan mereka sendiri dan umat Islām berada dalam bahaya. Habbab r.a. tidak boleh mengumumkan berita ini secara terbuka saat dia kembali dalam pertemuan tersebut. Sebaliknya, dia harus menyampaikan berita ini secara pribadi sehingga tidak ada yang berkecil hati. Habbab diam-diam pergi dan kembali dengan sangat tangkas dalam waktu singkat, menyampaikan laporannya kepada Rasūlullāh .

“Saat itu adalah hari Kamis dan berita kedatangan pasukan Quraisy sudah menyebar ke seluruh Madinah. Serangan mereka terhadap ‘Arid juga telah diketahui secara luas. Meskipun masyarakat luas belum diberi pengetahuan rinci mengenai pasukan kafir, namun malam ini di Madinah adalah malam yang sangat mencekam dan berbahaya. Para Sahabat terpilih melakukan ronda keamanan pada rumah Rasūlullāh sepanjang malam.” (The Life and Character of the Seal oof Prophet (sa) Vol. 2, halaman 321—322)

*MIMPI Nabi Muḥammad tentang Perang*. Ketika berkonsultasi dengan para Sahabat r.a. tentang pertempuran ini, Rasūlullāh menceritakan sebuah ru’ya atau mimpi kepada mereka di mana beliau diperlihatkan bahwa beliau sedang menyembelih seekor sapi dan ujung pedangnya patah. Beliau menjelaskan bahwa hal ini berarti bahwa menyembelih sapi berarti sebagian sahabatnya akan syahid, dan mematahkan pedangnya berarti seseorang dari keluarga Rasūlullāh akan syahid. Rasūlullāh menyarankan agar mereka tetap tinggal di Madinah dan agar perempuan serta anak-anak tetap aman di benteng-benteng. Jika musuh menyusup ke Madinah, mereka akan berperang bersama mereka di jalan-jalan, yang mereka lebih tahu daripada musuh, dan mereka dapat melempari mereka dengan batu dari atas bukit.

Para Sahabat senior menyetujui saran Rasūlullāh . Namun, ada sekelompok umat Islām yang tidak ambil bagian dalam Perang Badar dan ingin mati syahid, sehingga meminta agar Rasūlullāh membawa mereka keluar dari Madinah untuk berperang. Beberapa sahabat lainnya juga mengamini, jangan sampai musuh mengira umat Islām ketakutan. Mereka yang berpendapat demikian begitu mendesak sehingga Rasūlullāh menerima saran mereka, dan mengumumkan bahwa umat Islām harus bersiap-siap berperang. 

Menjelang akhir khotbah, Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa beliau akan terus merinci kisah Rasūlullāh ini pada khotbah berikutnya.

*HIMBAUAN Doa Bagi Warga Palestina*. Ḥuḍūr atba. mendesak untuk terus berdoa bagi warga Palestina. Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa setelah jeda pertempuran, akan terjadi pemboman tanpa pandang bulu lagi terhadap mereka, yang mengakibatkan lebih banyak orang yang tidak bersalah akan kehilangan nyawa. Sejauh manakah kekejaman ini—wal-Lāhu a‘lam! Niat negara-negara besar sangat berbahaya bagi mereka. Oleh karena itu, kita harus banyak berdoa untuk mereka, semoga Allāh SWT merahmatinya.•

 

PETIKAN ringkasan ini kami kutip dan sunting dari ringkasan khotbah jumat Ḥaḍrat Khalīfatul-Masīḥ V atba. yang disusun oleh The Review of Religions melalui laman resminya, https://www.reviewofreligions.org/44710/friday-sermon-summary-1st-december-2023-incidents-from-the-life-of-the-holy-prophet-sa-factors-leading-to-the-battle-of-uhud/ (rilis 1-Des-2023; akses 3-Des-2023, 14.34); penyunting ulang: Rahmat Ali (📍Ciampea, Senin, 4-Des-2023, 04.01).

*diposting via blogger.com