Khotbah Jum'at Imam Jamaah Muslim Aḥmadiyyah 9 Juni 2023 :: Perikehidupan Ḥaḍrat Rasūlullāh ﷺ: Ekspedisi-ekspedisi awal

MKH 9-JUNI-2023  RINGKASAN Khotbah Jumat Sayyidinā Amīrul Mu’minīn Ḥaḍrat Khalīfatul-Masīḥ V Mirza Masroor Ahmad (Ḥuḍūr) ayyadahul-Lāhu Ta‘ālā binaṣrihil-‘azīz (atba.), 📆 9 Juni 2023, 📍 Mesjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Surrey, Inggris, Britania Raya (UK).

Ringkasan dipetik dari The Review ofReligions (akses: Ciampea, 23:55 9-JUN-2023). Penyuntingan kembali dan terjemahan bebas oleh *Rahmat Ali Daeng Mattiro* (Ciampea, 11:45 10-JUN-2023).

Perkiraan baca normal 12 Menit (1871 kata)

 

SETELAH mengucapkan dua kalimat Syahadat serta menilawatkan ta‘awwuḏ dan Al-Qur’ān Sūrah (QS) Al-Fātiḥah, Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa pada khotbah sebelumnya, diriwayatkan berbagai keadaan paska hijrahnya Ḥaḍrat Rasūlullāh ṣaw. (), yaitu tentang kejadian-kejadian yang melatarbelakangi Perang Badar dan bagaimana upaya umat Islām didalam mempertahankan diri dari serangan kaum kufar. Khotbah jumat kali ini, mengisahkan beberapa ekspedisi yang dilaksanakan pra Perang Badar serta persiapan perang yang dilaksanakan umat Islām dalam rangka mempertahankan diri dari serangan kaum kufar Makkah.

 SARIYYAH (ekspedisi) Ḥaḍrat Hamzah–raḍiyal-Lāhu ‘anhu (r.a.) atau ekspedisi Sīf al-Bahr adalah pelaksanaan ekspedisi pertama. Ḥaḍrat Rasūlullāh mengirim utusan tigapuluh pengendara ini pada bulan Ramaḍān tahun 1 Hijriyyah di bawah kepemimpinan Ḥaḍrat Hamzah bin ‘Abdul Muṭallib r.a.. Utusan ini melakukan perjalanan ke Īs, berjarak sekitar 240 kilometer dari Madinah. Kafilah dagang sering lewat di sini. Dan ketika utusan Muslim sampai di sana, kebetulan, ada kafilah Makkah yang lewat. Mereka nyaris bertempur, namun itu dihindari.

EKSPEDISI berikutnya adalah ekspedisi ‘Ubaidah bin Ḥāriṯ r.a. yang berlangsung pada bulan Syawal tahun pertama hijriyah. Enampuluh muslim dikirim ke Sani'ah al-Mar'ah di bawah kepemimpinan Ḥaḍrat ‘Ubaidah bin Ḥāriṯ r.a.. Di sana, umat Islām bertemu dengan sekelompok orang Makkah. Meskipun tidak ada pertempuran, tapi ada pertukaran panah. Karena hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, Ḥaḍrat Sa‘ad bin Abi Waqqāṣ r.a. yang mendapat kehormatan untuk melemparkan anak panah pertama dalam Islām.

KEMUDIAN, ada ekspedisi Ḥaḍrat Sa‘ad bin Abi Waqqāṣ r.a.. Menurut sebagian orang, ini terjadi pada tahun pertama hijriyah. Sementara, yang lain mengatakan pada tahun kedua hijriyah. Duapuluh muslim dikirim di bawah kepemimpinan Ḥaḍrat Sa‘ad bin Abī Waqqāṣ r.a.. Instruksinya adalah untuk tidak melewati Lembah Kharar. Tujuan mereka adalah untuk menghentikan kafilah dagang Quraisy. Namun, begitu tiba, mereka menyadari bahwa mereka baru saja melewatkan kafilah sehari.

EKSPEDISI lain adalah Ḡazwah Waddān yang berlangsung pada bulan Safar tahun kedua hijriyah. Sejarawan mengatakan bahwa ini adalah ekspedisi pertama yang diikuti oleh Ḥaḍrat Rasūlullāh . Nabi menunjuk Ḥaḍrat Sa‘ad bin ‘Ubādah r.a. sebagai pemimpin Madinah menggantikannya. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk menghentikan kafilah dagang kaum Quraisy, namun umat Islām melewatkannya. Namun, selama perjalanan ini, Nabi membuat perjanjian damai dengan Bani Ḍamrah. Seluruh ekspedisi ini berlangsung selama 15 hari. Waddān adalah sebuah tempat antara Makkah dan Madinah, dan sekitar 100 kilometer dari Juḥfa dan merupakan tempat dikuburkannya ibunda Nabi . 

Ḥaḍrat Khalīfatul-Masīḥ V atba. menerangkan bahwa beliau memberikan perincian dari berbagai tempat di mana peristiwa ini terjadi, sehingga bagi mereka yang berziarah ke berbagai situs saat pergi Umrah dan juga ingin mengunjungi tempat-tempat ini, dapat mengetahui sejarahnya.

PATROLI atau Ḡazwah Buwāt adalah ekspedisi lain yang terjadi pada bulan Rabi‘ul-Awwal tahun 2 H. Ḥaḍrat Rasūlullāh juga melakukan ekspedisi ini, mengangkat Ḥaḍrat Sa‘ad bin Mu'aḏ r.a. sebagai pemimpin Madinah menggantikannya. Nabi berangkat dengan dua sahabat untuk menghentikan kafilah dagang Quraisy yang terdiri dari 100 orang Quraisy dan 500 ekor unta. Setibanya di Buwāt, mereka menyadari bahwa mereka telah ketinggalan kafilah dan dengan demikian kembali ke Madinah. Buwāt terletak sekitar 100 km dari Madinah.

Patroli atau Ḡazwah Ḏul-Usyairah. Ḥaḍrat Rasūlullāh mengetahui bahwa kafilah dagang Quraisy telah meninggalkan Makkah di mana orang Makkah telah menginvestasikan semua kekayaan mereka. Niat mereka adalah menggunakan keuntungan kafilah dagang ini untuk membekali diri mereka melawan umat Islāmin. Oleh karena itu, pada tahun 2 H, Nabi berangkat ke Usyairah bersama 150—200 Muslim, namun mereka tidak dapat menemukan kafilah dagang.

 

ADA juga Ḡazwah Badrul-Ūlā. Setelah kembali dari Usyairah, seseorang menyerang ladang penggembalaan di Madinah. Bersama dengan beberapa Ṣaḥābat r.a., Ḥaḍrat Rasūlullāh mengejarnya. Tetapi mereka tidak dapat menangkapnya. Ḥaḍrat Mirza Bashir Ahmad r.a. menulis:

 “Penyerangan terhadap Kurz bin Jabir ini bukanlah tindakan perampokan Badui kecil-kecilan, melainkan, sudah pasti bahwa dia telah menyerang umat Islām atas nama kaum Quraisy dengan motif tertentu.

“Faktanya, sangat mungkin bahwa dia secara khusus datang dengan maksud untuk mencederai pribadi Ḥaḍrat Rasūlullāh , tetapi setelah menyaksikan kewaspadaan umat Islām, dia memutuskan untuk merampok unta-unta mereka dan melarikan diri. Ini pun menunjukkan bahwa suku Quraisy Makkah telah merencanakan untuk menyerang Madinah guna menghancurkan umat Islām.

“Juga harus diingat bahwa umat Islām telah diizinkan berjihad dengan pedang sebelumnya dan dalam arti membela/mempertahankan diri. Mereka telah mulai menggunakan rencana aksi awal dalam hal ini juga.

“Namun, hingga saat tersebut, mereka praktis tidak menderita kerugian dalam hal kekayaan atau nyawa. Akan tetapi, penyerbuan Kurz bin Jabir adalah salah satu yang praktis merugikan umat Islām. Dengan kata lain, bahkan, setelah menerima tantangan kaum Quraisy, orang-orang kafirlah yang memulai peperangan.” (The Life & Character of the Seal of Prophets, Volume II, halaman 102)

EKSPEDISI Nakhlah. Kemudian, ada akspedisi dari ‘Abdullāh bin Jaḥš r.a.. Ḥaḍrat Rasūlullāh mengutus Ḥaḍrat ‘Abdullāh bin Jaḥš bersama dengan delapan migran menuju Nakhlah.

aḍrat Rasūlullāh memberikan surat kepada Ḥaḍrat ‘Abdullāh bin Jaḥš dan meminta untuk membukanya hanya setelah bepergian selama dua hari. Saat membukanya, Ḥaḍrat ‘Abdullāh bin Jaḥš membaca bahwa Nabi telah menginstruksikan mereka untuk melakukan perjalanan ke Nakhlah dan memperoleh informasi tentang pergerakan kaum Quraisy.

Ḥaḍrat ‘Abdullāh bin Jaḥš r.a. kemudian memberitahu orang-orang yang menemaninya tentang perintah yang telah diterimanya. Dia juga memberitahu mereka bahwa sebelum berangkat, Ḥaḍrat Rasūlullāh menyuruhnya untuk tidak memaksa siapa pun untuk menemaninya dalam misinya. Namun, meski diberi pilihan, tidak ada yang memutuskan untuk pergi, dan mereka semua bergerak maju. Sesampainya di Nakhlah, mereka melewati kafilah Quraisy. Saat melihat umat Islāmin, mereka menjadi takut, namun begitu melihat salah satu kepala umat Islāmin dicukur, mereka mengira bahwa mereka hanya sedang dalam perjalanan umrah dan meninggalkan mereka sendirian. Kelompok Muslim memutuskan setelah berkonsultasi untuk menyerang orang Quraisy, akibatnya salah satu orang Quraisy tewas, dua ditangkap, dan satu lolos.

Sekembalinya ke Madinah dan bertemu dengan Ḥaḍrat Rasūlullāh , Nabi mengatakan kepada Ḥaḍrat ‘Abdullāh bin Jaḥš r.a. bahwa beliau tidak memerintahkan mereka untuk berperang dan dengan demikian tidak menerima apa pun yang mereka bawa kembali kepadanya. Kaum Quraisy juga mengeluhkan bahwa serangan ini terjadi pada bulan terlarang dan dengan demikian juga memulai persiapan untuk menyerang umat Islām. Perang Badar sebagian besar merupakan hasil dari persiapan ini.

Setelah kejadian ini, turunlah ayat Al-Qur’ān sebagai berikut:

“Mereka bertanya kepada engkau tentang berperang dalam bulan suci. Katakanlah, ‘Berperang di dalam bulan ini adalah suatu dosa besar, tetapi menghalangi orang dari jalan Allāh, ingkar kepada-Nya, menghalangi ke Masjidilḥaram dan mengusir penghuninya dari tempat itu adalah suatu dosa yang lebih besar lagi di sisi Allāh, dan fitnah itu lebih besar dosanya dari pembunuhan. Dan, mereka tidak akan berhenti memerangimu hingga mereka dapat memalingkan kamu dari agamamu jika mereka sanggup.’ …” (QS 2–Al-Baqarah: 218)

Allāh Maha Mengetahui keadaan musuh yang terus-menerus mencoba menyerang umat Islām sehingga Dia tidak menunjukkan ketidaksenangan atas kejadian ini. Allāh juga tahu bahwa para penentang terus berupaya menyerang umat Islām bahkan selama bulan-bulan terlarang. Oleh karena itu, turunnya ayat ini menjadi sumber kelegaan bagi umat Islām.

PERANG Badar. Kemudian, ada Ḡazwah Badr al-Kubra, yang dalam Al-Qur’ān juga disebut Hari Pembedaan. Ḥaḍrat Rasūlullāh telah mengetahui bahwa Abu Sufyān kembali dari Suriah dengan kafilah dagang Quraisy yang terdiri dari 1.000 unta. Ini adalah kafilah yang sama yang telah dicegat oleh Nabi menuju Usyairah tetapi tidak mampu. Sebagian orang yang tidak berilmu mengatakan bahwa umat Islāmin hanya tertarik untuk menjarah kafilah dagang kaum Quraisy. Namun, dugaan ini hanya dilontarkan oleh mereka yang tidak mengetahui kondisi saat itu.

Menanggapi hal ini, Ḥaḍrat Khalīfatul-Masīḥ V atba. mengutip tulisan Ḥaḍrat Mirza Bashir Ahmad r.a.:

“Berangkat untuk mencegat kafilah sama sekali tidak dapat ditolak. Alasannya karena—pertama, kafilah khusus yang dikejar umat Islām ini bukanlah kafilah biasa. Setiap laki-laki dan perempuan dari kalangan Quraisy memegang saham di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa sehubungan dengan kafilah ini, niat para pemimpin Quraisy adalah bahwa keuntungan ini akan digunakan untuk berperang melawan umat Islām. Sejarah membuktikan bahwa keuntungan ini digunakan untuk mempersiapkan Perang Uḥud. Dengan demikian, pencegatan kafilah ini merupakan bagian penting dari taktik perang.

Kedua, secara umum pun penting untuk mencegat kafilah Quraisy ini karena mereka bersenjata dan akan lewat sangat dekat dengan Madinah. Umat Islām tetap berada dalam bahaya terus-menerus dari mereka dan hal ini perlu diakhiri.

Ketiga, kemanapun kafilah ini akan melakukan perjalanan, mereka akan sangat menghasut suku-suku Arab melawan umat Islām, yang menyebabkan keadaan umat Islām menjadi kian rentan; dengan demikian, menghalangi jalan mereka adalah bagian dari program perlindungan dan pertahanan diri mereka.

Keempat, mata pencaharian kaum Quraisy terutama bergantung pada perdagangan. Dan karena alasan ini, pencegatan kafilah-kafilah ini adalah cara yang sangat baik untuk menyadarkan kaum Quraisy, menghentikan mereka dari tindakan perang, dan menekankan mereka ke arah rekonsiliasi dan perdamaian.” (The Life & Character of the Seal of Prophets, Volume II, halaman 120—121)

Ḥaḍrat Rasūlullāh telah mengutus dua Ṣaḥābat untuk mengumpulkan informasi tentang kafilah ini. Ketika mereka kembali ke Madinah dengan membawa informasi, mereka mengetahui bahwa Nabi telah pergi dan bertemu dengannya. Hanya, ketika beliau kembali dari Perang Badar, kedua nama ṣaḥābi tersebut termasuk dalam pembagian harta rampasan.

Ketika Abu Sufyān mengetahui bahwa Ḥaḍrat Rasūlullāh telah berangkat untuk mencegat kafilah. Dia menjadi sangat ketakutan dan mengirim pesan ke Makkah untuk menghasut kaum Quraisy. Sementara itu, Abu Sufyān berusaha sekuat tenaga menghindari umat Islām. Dia mengambil jalan alternatif dan melanjutkan dengan cepat.

Tiga malam sebelum pesan Abu Sufyān mencapai Makkah, bibi dari pihak ayah Ḥaḍrat Rasūlullāh , yaitu ‘Atiqah binti ‘Abdul-Muṭallib melihat sebuah mimpi yang membuatnya takut akan kejatuhan Makkah. Dia melihat seorang laki-laki sedang menunggang unta dan berhenti di antara Makkah dan Mina sambil berteriak bahwa setiap orang harus berkumpul di tempat kematian mereka dalam tiga hari. Orang-orang berkumpul di sekelilingnya, dan kemudian dia melihat untanya ada di atas Ka’bah, dan dia memanggil sambil mengatakan hal yang sama. Dia kemudian melihatnya di atas gunung terkenal memanggil hal yang sama. Dia kemudian melihatnya melempar batu dari gunung, yang pecah berkeping-keping, dan tidak ada satu rumah pun di Makkah di mana sepotong batu itu tidak jatuh.

Akhirnya, kabar tentang mimpi ini tersebar di antara orang-orang Makkah. Ketika Abu Jahal mendengar hal ini dan mulai menghukum keluarga ‘Abdul-Muṭallib, Ḥaḍrat ‘Abbās r.a. merasa harus menyangkal bahwa mimpi seperti itu telah terlihat. Dia merasa sangat menyesal melakukannya, dan tiga hari setelah mimpinya, dia memutuskan untuk pergi ke Abu Jahal dan meluruskannya. Ketika dia pergi, dia melihat Abu Jahal berlari menuju Ka’bah. Hal ini terjadi karena utusan Abu Sufyān telah tiba dan memberitahukan penduduk Makkah tentang penyadapan kafilah dagang mereka oleh Ḥaḍrat Rasūlullāh .

Setelah mendengar berita ini, Abu Jahl mulai mempersiapkan orang Makkah untuk berperang. Oleh karena itu, persiapan dimulai, dan apakah mereka berangkat berperang sendiri, atau mensponsori orang lain untuk berperang melawan umat Islām. Meskipun pembawa pesan telah mengumumkan kepada orang Makkah untuk pergi dan membantu kafilah mereka, mereka malah pergi setelah beberapa hari, setelah membuat persiapan untuk pertempuran. Bahkan, beberapa orang Makkah telah menarik undian apakah mereka harus pergi berperang, yang hasilnya mereka simpulkan adalah menasihati mereka untuk tidak pergi. Namun, atas desakan Abu Jahal mereka terpaksa pergi.

Sebelum khotbah berakhir, Ḥuḍūr atba. bersabda bahwa beliau akan meneruskan lagi kisah peristiwa-peristiwa ini kemudian.•


*diposting via blogger.com☺ Suka video musik lagu ini? Enjoy ya!