[FPN] Menuju Penerapan Gaya Hidup Posmodern

...Fase rasionalitas materi (modernisme) sudah sampai titik jenuh. Kini tiba waktunya dunia memasuki fase non rasial materi (post-modernisme) secara historis kritis.


Setelah Perang Dunia II, pertengahan abad XX, terdapat dua gejala yang sangat kuat mendominasi dunia modern, yaitu “uang dan minyak”. Uang yang pada azasnya merupakan nilai tukar terhadap barang, telah berkembang semakin kompleks dan tumbuh sebagai komoditas dengan nilai independen, artinya tidak mewakili nilai barang melainkan nilai jualnya sendiri. Uang memilikinya nilainya sendiri yang inheren. Mulailah era perdagangan uang dan pasar uang yang kemudian mendominasi dunia sepanjang abad 20 hingga awal abad 21 ini.

Sementara, peran minyak menjadi semakin dominan dengan berkembangnya infra struktur teknologi dunia yang berbasis minyak fosil atau minyak bumi. Dapat dikatakan abad XX adalah abad uang dan minyak. Bahkan sistem politik disusun atas dasar dominasi uang dan minyak yang sudah menjadi mitos peradaban modern.

Prestasi buruk peradaban modern nampak jelas dengan terjadinya perang diberbagai belahan dunia, konflik sosial, eksploitasi lingkungan yang berlebihan, pencemaran, kesenjangan ekonomi, eksploitasi kapital, penindasan dan penjajahan ekonomi. Banyak penderitaan di muka bumi, kerusakan lingkungan dan kemiskinan menjadi trauma sehari-hari yang tak terpecahkan. Perdaganan anak dan perdagangan perempuan masih berlangsung, menandakan betapa buruknya budaya manusia di era peradaban uang dan minyak ini. Kalkulasi akhir dari kinerja uang dan minyak sebagai faktor determinan, sudah banyak ditengarai oleh para ahli akan bersifat bunuh diri, yaitu membinasakan bumi ini sendiri dengan pencemaran, kehancuran lingkungan, kemerosotan kualitas kesehatan, kemiskinan dan perang. Keadaan inilah yang ingin dirubah. Tapi kedigdayaan uang dan minyak yang menguasai infra struktur dunia modern nyaris tak terlawan, tidak memberikan peluang apapun untuk terjadinya perubahan. Nah, krisis finansial global yang berlanjut dengan krisis ekonomi global yang melemahkan posisi uang dan mengancam kelangsungan industri manufaktur yang berbasis minyak-fosiel, telah memberikan peluang terjadinya perubahan peradaban.

Aramco, kilang minyak patungan Arab Saudi-Amerika Serikat, Industri minyak fosil terbesar di dunia. Bisa bankrut, jika harga minyak terus anjlok.

Hancurnya pasar uang memang tidak serta merta menghancurkan nilai mata uang dan fungsi uang, tetapi memperjelas sisi-sisi negatif uang yang mengancam peradaban. Mitos uang sebagai sumber kekayaan dan kebahagiaan menjadi runtuh oleh kenyataan bahwa uang justru berfungsi sebaliknya, yaitu menjadi penyebab kemiskinan dan penderitaan. Krisis finansial yang diikuti dengan kegoncangan sosial ekonomi merefleksikan kegagalan mitos uang dalam membentuk keberhasilan dan kebahagiaan kehidupan.

Sebaliknya, menggambarkan posisinya sebagai problem strategis itu sendiri yang sulit teratasi, dan terus membawa kemerosotan sosial di segala bidang. Gelombang pengangguran dan kekacauan sosial membayangi dunia. Diperkirakan, bakal ada sekitar 30 juta penganggur baru, dan lebih dari 120 juta kaum miskin baru di dunia.

Tentang energi minyak non-fosil, selama ini dunia sudah banyak melakukan penelitian dan sudah berhasil menemukan energi pengganti minyak fosil. Teknologi energi matahari misalnya, sudah cukup lama dikembangkan. Bahkan terakhir, energi arus laut juga sudah cukup maju dikembangkan. Tapi semuanya tidak dapat diproduksi secara massal untuk menggantikan teknologi minyak fosil, karena infra struktur teknologi yang berbasis minyak fosil memang secara masif mendominasi dunia terutama di sektor teknologi industri dan militer yang menyangkut investasi dana yang sangat besar. Inilah perpaduan antara uang dan minyak yang benar-benar mendominasi dunia.

Kini peluang itu tiba. USA dapat menjadi centrum baru perubahan peradaban dunia atau ditinggalkan hancur, menuju episentrum baru yang sudah lebih siap. Peluang itu dimiliki oleh negara-negara Swedia, Finlandia, Norwegia, Denmark dan Skandinavia yang sudah lebih dahulu menerapkan teknologi dan energi ramah lingkungan. Tetapi kekuatan USA dan keunggulannya sebagai pusat perekonomian dunia lebih banyak diharapkan untuk menjadi lokomotif peradaban baru. Inilah era posmodernisme (bukan istilah filsafat) yang berintikan kepada cyberteknologi, energi non fosiel dan poin kehidupan. Dalam kaitan dengan hal ini, maka penting sublimasi sains-teknologi dengan etik-ideal kolektif yang akan membentuk keseimbangan nilai kehidupan.

Lalu, bagaimana menggantikan peran uang? Ada pikiran uang digantikan oleh poin yang mewakili prestasi efektif setiap individu yang berkarya. Poin dapat digunakan untuk transaksi barang dan jasa. Dunia yang gagal diciptakan oleh agama-agama dan ideology-ideologi social sebagai tempat yang adil, damai dan makmur, mungkin dapat dicapai di zaman posmodernisme ekonomi ini di mana tidak ada lagi eksploitasi kapital, eksploitasi sumberdaya alam dan minyak bumi secara berlebihan dan destruktif. Perubahan era teknologi dari prinsip mekanik kepada prinsip cyber akan menciptakan efesiensi presisi tinggi yang lebih memperkecil eksploitasi, manipulasi dan korupsi. Dengan demikian harapan pencapaian kemakmuran dan keadilan lebih dimungkinkan.

Dapat dikatakan, fase rasionalitas materi (modernisme) sudah sampai titik jenuh. Kini tiba waktunya dunia memasuki fase non rasial materi (post-modernisme) secara historis kritis.

Suatu perlawanan interpretasi terhadap kapitalisme demokrasi global, perlu dilakukan untuk memulai peradaban baru yang bersih dari konflik peradaban lama, dalam rangka menuju kepada kesatuan eksistensi universal yang bebas dari pemilahan biner yang dikotomik seperti manusia dan alam, mutlak dan nisbi, tetap dan berubah yang menjadi penyebab fundamental perpecahan dunia selama ini. Dengan demikian diharapkan manusia dapat kembali pada otoritasnya dan memberikan alam rasionalitas dan makna yang memungkinkan manusia sampai pada satu kebenaran yang lebih tinggi.[] (Agus Miftach/A. Shaheen)

Persatuan.web.id