POTRET Sosial dalam Angkutan Umum Antar Kota

SENIN (11/8) siang itu, penulis melihat suguhan sebuah film berdurasi pendek buatan salah seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Film [yang merupakan salah satu nominasi Eagle Award 2007 lalu] itu menceritakan kegiatan selama seharian penuh seorang pengemudi angkutan umum antar kota di Provinsi Sumatera Utara.

Di awal film, suguhan keindahan alam sepanjang perjalanan trayek antar kota yang penuh kelak-kelok itu, tampak nyata. Namun, di dalam menyasari kelokan tersebut, tersimpan suatu kegigihan anak manusia: Membawa selamat para penumpang hingga sampai tujuan.

Bukannya tidak berresiko, bapak pengemudi ini terlihat demikian mudah dan lincah mempermainkan ketangkasan dua tangannya menyupir mobil angkutan tersebut. Maut senantiasa mengintai di tiap sudut tikungan jalan, di setiap serunya arena susul-menyusul bagi tiap kendaraan bermotor satu sama lain: motor, mobil hingga aneka macam truk dan angkutan antar kota serta antar provinsi.

Lebih lanjut, film memperlihatkan—sekaligus menceritakan, tentunya—realitas latar belakang strata sosial tiap penumpang, antara lain ada yang berprofesi sebagai mahasiswa, guru, pegawai pemda, anak sekolah, buruh, tani, pedagang bahkan pelancong domestik dan mancanegara. Semuanya, diceritakan dengan olah tutur kata khas Batak sang pengemudi ini. Sehingga, mau tak mau, kita akan terpaksa tersenyum.

Durasi pendek film tersebut, bukannya tidak memiliki makna mendalam akan sebuah pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak. Banyak hikmah yang bisa kita petik ternyata. Ya, film ini adalah potret muram situasi dan kondisi sarana dan fasilitas yang ada hubungannya dengan angkutan rakyat. Di sana ada pergulatan hidup yang bahkan bisa mengundang resiko kematian. Di angkutan umum itu pula, tercermin mendesaknya kebutuhan transportasi massal yang efektif dan efisien.

Lagi, film ini akan memaksa pemerintah yang berada di daerah, provinsi maupun pusat untuk lebih jernih memikirkan nasib rakyatnya. Film ini meminta mereka untuk lebih peduli dan untuk lebih banyak turun langsung ke tempat-tempat maupun situasi-situasi serupa yang banyak terdapat di seluruh tanah air.

Well, untuk human interes-nya, film pendek tersebut ‘emang dapet banget (!). Bravo![]