Salah satu ancaman serius untuk seorang bayi yang terlahir di negara tropis adalah nyamuk. Mahluk kecil yang mempunyai sayap dan sangat mengesalkan kalau terbang dekat telinga, akan menjadi momok bagi para orang tua jika tidak mempersiapkan tempat yang nyaman bagi bayi ketika tidur.
Kelambu menjadi solusi yang paling ampuh untuk menangkal serangan nyamuk. Jangan sampai anda sampai lupa barang yang satu ini. Obat nyamuk semprot atau listrik? Banyak yang tidak menyarankan. Pukulan nyamuk yang menggunakan baterei? sangat saya sarankan. Selain ampuh karena bisa dengan jelas melihat hasilnya. Melayangkan pukulan ini selama lima menit akan membuat badan semakin segar
Tapi sampai kapan anda akan bergaya Jet Li untuk melawan teman-temannya yang lain. Tetap saja kelambu menjadi barang yang wajib untuk dipersiapkan.
Karena tempat tidur bayi saya tidak termasuk kelambunya, jadi kita beli di ITC Fatmawati yang model bisa dipaku diatas (di Ace Hardware juga ada). Letakkan jangan persis diatas tempat tidur, tapi lebih ke arah kaki tempat tidur. Untuk memastikan tidak ada nyamuk yang tertinggal. Ketika menutup kelambunya, saya ayunkan sekali lagi pukulan nyamuk didalamnya.
Lebih baik anda berdua istri tidur nyenyak tanpa memikirkan si bayi akan terkena demam berdarah. Selamat tidur…
--
LINK.
"Hari gini pakai kelambu ?? Kok ada ya ?"
Itulah pertanyaan2 yang aku dengar ketika aku mencari kelambu di pasar tradisional Depok. Ternyata tidak susah mencari kelambu, hampir semua toko yang menjual gorden dan sprei menyediakannya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, aku sudah menyiapkan jawaban jitu "Hari gini, nyamuknya ga sembuh-sembuh. Di kasi obat segala macam, kok ya masih sakit aja" He he he .. dan yang bertanya akan langsung cengar-cengir sambil mulai berpikir-pikir untuk memasang kelambu di rumahnya.
Sebuah kelambu untuk ukuran nomer 1 aku dapat dengan harga Rp 48,000(Juni 2008). Saat ini harga obat nyamuk berkisar Rp 250/hari. Jadi aku akan balik modal setelah kelambu ini aku pakai selama 7 bulan. Dan setelah itu praktis aku tidak akan mengeluarkan biaya apapun untuk mengobati sang nyamuk.
Ide mencari kelambu ini aku dapatkan setelah mengalami kemarau di Depok. Kebetulan kamarku terletak di lt 2 dan sirkulasi udaranya tidak terlalu bagus. Bila aku menggunakan obat nyamuk semprot atau elektrik, kamar harus tertutup. Bila musim kemarau, bisa dibayangkan alangkah gerahnya kamar bila pintunya harus di tutup. Manalagi kami tidak memasang AC, jadi komplitlah penderitaan tidur di musim kemarau.
Nyamuk2 sekarang entah mengapa juga hanya efektif diberi obat selama 2-3 hari, sesudah itu akan kembali menjadi ganas. Contohnya aku menggunakan obat nyamuk elektrik merk A, setelah 3 hari maka nyamuk2nya sudah terbiasa dengan bau-nya dan akan kembali aktif. Jadi setelah 3 hari aku harus ganti merk obat nyamuk. Begitu seterusnya.
Bila menggunakan obat nyamuk semprot, memang cukup efektif, tapi aku tidak suka karena lantai kamar akan terasa licin, seperti ada residu yang menempel di lantai. Bayangkan bila residu itu menempel di bantal2 kita .. hiiii
Menggunakan obat nyamuk bakar juga sama tidak efektifnya, bila asapnya melenceng, maka nyamuk2 tetap leluasa menggerayangi tubuh kita.
Menggunakan lotion anti nyamuk juga memiliki masalah sendiri. Karena muka biasanya tidak dikasih lotion, ee.. si nyamuk kok ya tau aja ya, yang digigit malah mukanya. Dasarrr !!!
Akhirnya aku teringat kelambu, benda yang biasa aku pakai waktu aku masih kecil di kampung.
Begitu kelambu aku dapatkan, aku siapkan paku-paku di kamar dan tali di ujung2 kelambu. Memang sedikit ribet, karena harus memasang dan merapikan kembali sesudah tidur. Yah mirip2 memasang tenda-lah. Tapi karena sudah terbiasa, aku paling butuh waktu 5 menit untuk menyiapkan dan merapikan kelambu.
Begitu kelambu terpasang, semua permasalahan langsung terselesaikan. Tidak ada bau artifisial lagi, tidak ada asap, dan tidak juga residu. Kalau udara sedang panas, pintu kamar bisa aku buka untuk mengalirkan udara, kalau tidak ya ditutup saja.
Anakku senang sekali dengan kelambu ini, karena ia juga tidak suka dengan bau obat nyamuk elektrik. Aku selalu katakan padanya
"Kelambu ini adalah teknologi masa depan, karena kelambu ini ramah lingkungan. Lihat, kita bisa hemat listrik karena tidak perlu pasang AC dan obat nyamuk elektrik. Juga tidak ada polusi udara, polusi asap dan bekas-bekas obat nyamuk"
Kebetulan anakku rajin membaca majalah anak2 yang berisi pengetahuan2 praktis.
Dan bila kami melihat orang tuaku yang masih berkutat soal bekas gigitan nyamuk dan terbatuk-batuk akibat bau artifisial obat nyamuk, maka ia akan berkata "Nenek memang kuno, masih memakai obat nyamuk jadul. Kayak aku dong, sudah memakai teknologi masa depan"
Ha ha ha ha ...
--
LINK.
Teknologi Nuklir
Nyamuk Mandul Pembasmi DBD
Senin, 18 Agustus 2008 | 01:01 WIB
Gesit Ariyanto
Ali Rahayu bukan juru pemantau jentik sekalipun tiga tahun terakhir aktivitasnya tak jauh dari nyamuk. Kaca pembesar selalu dibawanya. Bukan alat bantu baca, melainkan alat untuk membedakan nyamuk jantan dan betina.
Sejak intens meneliti nyamuk, khususnya penular (vektor) demam berdarah dengue (Aedes aegypti), banyak pertanyaan membedakan jantan dan betina. Kaca pembesar diandalkan.
Sebenarnya proyek besar sedang dikerjakan Ali dan koleganya pada Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-Batan). Namanya, teknik serangga mandul (TSM).
Rencana pengendalian DBD dengan TSM digagas Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan (Depkes). Mereka meminta Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Batan meneliti empat tahun lalu.
Sesuai dengan namanya, nyamuk jantan dimandulkan. Caranya, iradiasi sinar gamma yang membuat produksi sperma menjadi tidak normal.
Di laboratorium, hanya butuh tiga menit memandulkan 1.500 nyamuk jantan. Lima belas tabung (vial), masing-masing berisi 100 ekor nyamuk, dimasukkan sekaligus ke dalam tabung iradiator (Gamma chamber).
Dosis iradiasi 65-70 Gy memandulkan nyamuk jantan sekitar 98-100 persen, sedangkan si betina mati. TSM pernah diterapkan pada puluhan jenis serangga di Indonesia.
Namun, belum sekali pun pelepasliaran di alam. ”Baru akan dilakukan pertama kali untuk nyamuk,” kata Ali. Empat bulan ia mendalami teknik pemeliharaan nyamuk di Vienna, Austria.
Ia mengatakan, nyamuk hasil iradiasi aman bagi lingkungan. Tidak ada penyuntikan berdampak ”super” atau mutan pada nyamuk.
Bioinsektisida
Di alam, pelepasan nyamuk jantan mandul akan menimbulkan persaingan kawin. Secara alami, populasi nyamuk merosot karena kian banyak telur tak menetas.
Cara itu diyakini lebih efektif ketimbang model penyemprotan dan penyebaran abate. Penyemprotan tak membunuh jentik, malah membunuh hewan nontarget. Jangkauan penyebaran abate terbatas.
Tiga kali pelepasan uji coba di sekitar laboratorium PATIR Batan, populasi nyamuk menurun drastis. Seratus persen telur dari betina kawin jantan mandul tak menetas.
Di dunia, Italia merilis 900 nyamuk jantan mandul setiap minggu di kawasan seluas 10 hektar. Hasilnya positif dan masih berlangsung.
Melalui cara serupa, kasus ledakan DBD di Indonesia diharapkan turun signifikan. Begitu pula kasus chikungunya dengan nyamuk penular yang sama.
Rencananya, pelepasan perdana akan dilakukan tahun 2009 pada sebuah desa di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Desa itu endemik DBD dan malaria.
Kini, serangkaian sosialisasi dilakukan Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit Depkes. Bersama Batan, mereka akan melatih warga penerima transfer teknologi.
Potensi kesalahpahaman patut diantisipasi. Jangan sampai pelepasliaran nyamuk justru dinilai warga sebagai pemicu DBD.
Biaya murah
Dibandingkan dengan penyemprotan, pengendalian nyamuk dengan TSM lebih murah. Ongkos pembesaran per ekor nyamuk paling mahal satu rupiah.
Mengacu sensus dan tipe penularan virus DBD, ledakan DBD tak identik dengan populasi nyamuk betina berjumlah besar. Namun, hal itu lebih disebabkan efektivitas penularan.
Nyamuk betina mengisap darah berulang atau berpindah untuk mematangkan telur. ”Bisa cukup sekali isap, bisa juga setelah beberapa orang,” kata peneliti lalat dan nyamuk (diptera) Puslit Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Awit Suwito.
Karena itu, Italia hanya melepaskan 900 nyamuk jantan mandul per pekan pada kawasan 10 hektar. Untuk satu rukun tetangga (RT), setiap bulan bisa jadi di bawah 1.000 ekor.
Di lapangan, efektivitas TSM pada nyamuk Aedes aegypti memang butuh bukti. Namun, Ali dan koleganya sudah meneliti pengendalian nyamuk penular malaria, Anopheles maculatus, dan penular penyakit kaki gajah (filariasis) dengan cara sama. Hasilnya, patut diajungi jempol.