Isi paketnya tidak mahal. Satu paket kami kenakan harga Rp. 35 ribu. Berasnya nggak begitu wangi, tapi lumayan pulen, minyak gorengnya bukan curah tapi bermerek, dan gulanya adalah gula lokal. bukan gula rafinasi.
Tapi, pas membaca Kompas Cetak hari ini, aku agak terhenyak membaca berita pada Link berikut ini. "KLIK!" Gimana nih Tata Niaga Gula negeri ini!
--
Gula Petani Menumpuk
KOMPAS/RADITYA HELABUMI / Kompas Images Pekerja memindahkan gula yang telah dikemas di Pabrik Gula Tersana Baru, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (17/8). Tidak terserapnya gula produksi lokal di pasar adalah akibat kalah bersaing dengan gula rafinasi sehingga gula produksi lokal menumpuk di gudang. |
Senin, 18 Agustus 2008 | 03:00 WIB
Cirebon, Kompas -- Sebanyak 170.000 ton gula petani menumpuk di gudang milik sejumlah pabrik gula di Jawa Barat. Hal itu antara lain disebabkan oleh maraknya gula rafinasi yang membanjiri pasar dan menurunnya daya beli masyarakat. Jumlah gula yang menumpuk di gudang diperkirakan terus bertambah.
Itu terjadi karena penyerapan lebih rendah dibandingkan dengan produksi. Padahal, musim giling tahun ini masih akan berlangsung hingga September.
Menumpuknya pasokan gula itu terlihat di gudang penyimpanan PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Babakan, Cirebon.
Hingga Minggu (17/8) petang, tercatat pasokan gula hasil produksi tahun 2007 masih tersisa 6.500 ton. Di gudang yang lain, tampak tumpukan karung berisi gula hasil produksi musim giling tahun 2008.
Kepala Bagian Pabrikasi PG Tersana Baru Sukarman mengatakan, kondisi seperti itu belum pernah dialami. ”Saya sudah 21 tahun bekerja di pabrik gula, baru kali ini saya melihat gula menumpuk. Kondisi itu juga terjadi di beberapa pabrik gula lainnya,” tutur Sukarman.
Staf Gudang PT Pabrik Gula (PG) Rajawali II Unit PG Tersana Baru, Faridz Rohim, mengatakan, produksi gula mencapai 300 ton per hari.
Namun, jumlah gula yang keluar gudang rata-rata hanya 100 ton per hari. Hingga saat ini, hasil produksi gula musim giling tahun ini telah mencapai 13.450 ton.
Pasokan gula
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat Anwar Asmali menambahkan, dari total sekitar 170.000 ton gula yang menumpuk, 70.000 ton di antaranya merupakan sisa produksi tahun 2007.
Sebanyak 100.000 ton sisanya diproduksi pada musim giling 2008. ”Masih ada sekitar 70.000 ton lagi yang akan diproduksi hingga September nanti. Jika penyerapan tetap tidak lancar, produsen akan kesulitan menyimpan gula,” ujar Anwar.
Anwar mengatakan, beberapa produsen terpaksa memanfaatkan lahan terbuka di luar gudang untuk menyimpan gula. Sebab, kapasitas gudang tidak mampu menampung produksi yang masih terus berjalan. ”Selama lebih dari 20 tahun saya menjadi petani tebu, baru kali ini ada penumpukan gula,” katanya.
Menurut Anwar, kebijakan pemerintah yang membuka impor raw sugar untuk industri gula rafinasi juga menyumbang kejenuhan pasokan gula.
Yang juga memperparah keadaan adalah dimungkinkannya industri makanan dan minuman mengimpor sendiri gula rafinasi hingga 600.000 ton. Pemerintah juga mengimpor gula sebanyak 110.000 ton sebagai cadangan.
Roza, Sekretaris APTRI Cabang Tersana Baru, juga menyatakan, maraknya peredaran gula rafinasi di pasar-pasar tradisional, pertokoan, hingga kios telah menyebabkan penurunan permintaan gula lokal. Padahal, gula rafinasi seharusnya hanya untuk industri makanan dan minuman yang memiliki izin. (mkn/jos)