Pengertian Wahyu


“DAN tidaklah mungkin bagi manusia agar Allah berfirman kepadanya, kecuali dengan wahyu langsung atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Rasul guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya, Dia Maha Luhur, Maha Bijaksana.” QS [Asy-Syûrâ] 42 : 52

WAHYU, menurut Kamus Al-Mufrâdât fî Ghara`ibi`l-Qur`ân, makna aselinya adalah al-‘Isyaratu`s-sarî’ah. Artinya, isyarat yang cepat yang dimasukkan ke dalam hati seseorang atau ilqâ’un fi`r-rau`i, maksudnya yang disampaikan dalam hati.

Alquran menyebutkan Allah Taala berbicara kepada para hamba-Nya dengan tiga cara. Pertama, Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.

Kedua, Dia membuat mereka menyaksikan pandangan gaib (kasyaf) dalam keadaan tidur, yang dapat ditakwilkan atau tidak atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka (ilham). Inilah makna kata “dari belakang tabir”.

Ketiga, Tuhan mengutus seorang rasul atau seorang malaikat yang menyampaikan amanat-Nya. Dalam prakteknya, semua cara Allah Taala bercakap-cakap kepada para hamba-Nya itu, pada umumnya orang menyebut dengan istilah ‘wahyu’. Dengan wahyu itu, Dia menampakkan wujud dan keagungan-Nya kepada mereka.

Allah Taala dapat dibuktikan sebagai Tuhan Yang Maha Hidup hanya jika Dia bercakap-cakap dengan hamba-hamba-Nya. Tidak masuk akal bahwa Allah Taala tidak lagi berbicara kepada hamba-hamba pilihan-Nya di masa yang lalu.

Anugerah wahyu ilahi dapat diterima bahkan sekarang ini juga, seperti halnya telah diraih oleh manusia pada masa lampau. Pula, wahyu dimaksudkan untuk memberikan kesegaran dalam kehidupan rohani manusia dan untuk memungkinkan manusia bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta.

Dalam firman-Nya, Alquran ibarat air.


“Dia-lah yang menurunkan air dari awan dengan kadar tertentu. Dan dengannya, Kami hidupkan negeri yang mati. Dengan cara demikian pulalah, kamu pun akan dibangkitkan.” QS [Az-Zukhruf] 43 : 12

Kata-kata ini berarti, seperti halnya tanah yang kering dan gersang pun, mulai hidup kembali dengan segar bila hujan jatuh di atas tanah itu. Demikian pula kaum yang secara akhlak dan ruhani telah mati, memperoleh hidup baru dengan perantaraan wahyu Ilahi Yang Maha Suci.[]