[Friday Sermon Summary--4 April 2008] AJARAN Sang Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah Menghadirkan Kesabaran dan Kehalusan Budi Pekerti Luhur

SARIPATI/Kutipan Khotbah Jumat Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. di Mesjid Baitul Futuh London Tanggal 4 April 2008


MENGAWALI khotbah tiga minggu lalu, Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. mengingatkan para Ahmadi agar kita harus memahami maksud Allah swt. mengutus Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai Imam Mahdi-dan-Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) a.s.. Kita pun harus paham makna tujuan baiat atau sumpah kesetiaan yang telah kita ikrarkan saat bergabung ke dalam Jemaat ini. Diutusnya Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah untuk membimbing umat manusia ke jalan Allah swt. melalui pencerahan dalam memanifestasikan atau menghadirkan atau membumikan sifat-sifat-Nya di dunia ini. Ajaran-ajaran beliau tidaklah membawa syariat baru, melainkan sama, yaitu berpedoman pada Alquran Karim sebagai kitab suci dan Sunah Hadhrat Rasulullah saw. yang memberi teladan sebagai wujud agung berbudi pekerti luhur, sebagaimana tercantum dalam firman QS [Al-Qalâm] 68:5.

Alquran Karim sendiri telah mengkonfirmasi akan kedatangan Sang Iamm Mahdi pada Akhir Zaman dalam QS [Al-Jumu’ah] 62:4 sebagai representasi Sang Uswatun Hasanah Kanjeng Nabi Rasulullah saw.. Akhir Zaman merupakan Era Hadhrat Rasulullah saw.. Dan seorang mukmin yang menjalani konsekuensi baiat dengan sungguh-sungguh sesuai kemampuan terbaiknya ke dalam haribaan Jemaat Muslim Ahmadiyah, berarti telah menggenapi perintah Kanjeng Nabi saw. itu sendiri.

Kesabaran dan kehalusan budi pekerti yang merupakan keteladanan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah, mampu membawa umat manusia pada kemajuan maupun pencerahan menuju jalan Allah swt. yang tidak terbatas. Kini, kewajiban utama setiap Ahmadi adalah menyampaikan kembali dakwah ilallah tersebut kepada setiap orang di mana pun berada. Sehingga, sebagaimana dengan spirit tersebut, kita mampu memenangkan hati setiap orang. Bukan dengan kekerasan, melainkan kelemahlembutan yang sarat dengan ilmu dan kearifan, tanpa kemunafikan serta kontradiksi.

Ajaran Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah menganjurkan kita agar senantiasa menanamkan kebaikan kepada setiap orang dan memperlakukannya bagaikan kerabat dekat. Berdasar banyaknya surat yang Hudhur atba. terima setiap hari, beliau menilai, kini terdapat ketiadaan rasa sabar dan kehalusan budi pekerti luhur di antara sesama. Ini peringatan, sehingga diperlukan bimbingan berupa nasihat-nasihat. Akan tetapi pada beberapa warga Jemaat, beberapa penyakit sosial bertambah. Di sini, sambil menukil QS [Al-Ĥujurât] 49:12-14, Hudhur atba. memberikan nasihat-nasihat sekaligus menyinggung peranan badan atau institusi antara lain Komite Islah, Dewan Qada dan Waqfi Nau disertai upaya-upaya penyelesaiannya yang mesti Jemaat tempuh.

Dalam buku Kasytî Nûĥ, Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah menasihatkan agar kita berbelas kasih kepada sesama hamba Allah swt.. Kita jangan berbuat zalim baik secara lisan maupun tindakan. Selamanya, kita harus berusaha menyampaikan kebaikan bagi sesama. Jangan berlaku sombong terhadap siapa pun, sekalipun terhadap bawahan kita. Jangan mencaci-maki seseorang meski pada awalnya dia telah mencerca kita. Hendaknya kita bersikap rendah hati, lemah-lembut, berkeniatan suci, dan kasih sayang terhadap sesama makhluk.

Banyak orang menampakkan perangai santun, namun dirinya tak ubah bagaikan serigala. Banyak orang lahiriahnya bersih, namun lubuk hati mereka layaknya terdapat ular-ular berbisa. Kita tidak akan dapat diterima di hadirat Allah selama lahiriah dan batiniah tidak sejalan. Kita harus berbelas kasih terhadap orang-orang kecil dan jangan menghina mereka.

Bagi orang-orang yang berilmu, berilah nasihat orang-orang yang kurang berpengetahuan. Jangan merendahkan mereka dengan menonjolkan kepandaian diri. Seorang hartawan harus mengkhidmati orang-orang miskin. Janganlah takabur menunjukkan sikap keaku-akuan. Takutilah langkah-langkah yang dapat membawa kenistaan. Takuti Allah dan tempuhlah jalan ketakwaan.

Menjelang akhir khotbah, Hudhur atba. menekankan bahwa sekedar baiat saja atau menjadi bagian dari keturunan Sahabat Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah, tidaklah mencukupi bagi seorang Ahmadi. Kehormatan seseorang dinilai bagaimana pelaksanaan maupun penghayatannya terhadap tujuan serta syarat-syarat baiat ke dalam Jemaat. Seseorang dinilai dari upaya-upaya gigihnya dalam memperbaiki diri atau mensucikan kalbu.

Sementara itu, terkait banyaknya rangkaian acara menjelang dan selama Tasyakur Seabad Khilafat Ahmadiyah tahun ini, Hudhur atba. bersabda, bahwa hal-hal selebritas lahiriah itu jangan menjadi tujuan. Melainkan, aspek yang harus kita tekankan adalah ketakwaan; yakni, berupa doa syukur dan amal-amal saleh atau kebaktian sosial yang mesti kita manifestasikan.

Di akhir khotbah, demi memenuhi tujuan-tujuan tersebut, Hudhur atba. menyiratkan tentang pentingnya Jemaat mempersiapkan khazanah rohani berupa penerbitan buku-buku yang bersumber dan dikutip dari berbagai tulisan maupun sabda-sabda Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Contoh kongkrit atas ‘nawaitu’ tersebut, Hudhur atba. menyinggung keikhlasan, upaya gigih dan dedikasi seorang warga Ahmadi Pakistan yang menakjubkan, bernama Chaudhry Muhammad Ali dari Rabwah.

Bilakhir, demi memenuhi tujuan dan makna berbaiat, kita harus mencari manfaat keindahan ajaran Allah swt. dan Hadhrat Rasulullah saw. melalui tulisan-tulisan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Semoga Allah swt. memperkenankannya demikian. Amin.[] (Alislam/Ali)