Dalam Agama Islam, para Muslim Memerlukan Takwa

Dalam agama Islam, para Muslim memerlukan takwa.1 Khususnya, dengan pandangan dan atau pemikiran bahwasanya mereka « telah, sedang dan akan terus » menjalin hubungan kecintaan rohani dengan Wujud Suci Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw. dalam silsilah keimanan dan keislamannya.2 Supaya, orang-orang—tidak perduli apakah mereka tenggelam di dalam berbagai macam syirik, dengki, kebencian, atau betapapun orientasi mereka kepada penyembahan duniawi—dapat memperoleh « keselamatan, kedamaian, ketentraman hati, cinta kasih, dan keberkatan Allah swt. » dari segala cobaan dan bala musibah yang menerpa.

Kita tahu, bila seseorang sakit, tak peduli ringan atau berat, jika penyakit itu tidak diobati serta tidak bersusah payah untuk menyembuhkannya, bagaimana bisa sembuh? Sebuah noda hitam yang muncul di wajah menimbulkan suatu keresahan mendalam: Jangan-jangan noda ini berkembang dan berkembang, sehingga menghitamkan seluruh wajah. Seperti itu pula sebuah noda hitam dosa3 yang ada di dalam hati. Dari helah-helah kecil mampu menjadi perkara-perkara besar. Perkara-perkara kecil itu yang merupakan suatu noda atau titik kecil yang menjadi besar; lalu pada akhirnya: Menghitamkan seluruh wajah.[]


Adaptasi penerjemahan MI dari « Malfûzhât Jilid I—Himpunan Sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Additional Nâzhir Isyâ’at, London, 1984, halaman 10 » dalam « Lembaran Malfuzhat, Nomor 1 Tanggal 2 Agustus 1994, Dewan Naskah, Kemang-Bogor, halaman 1».


Kata kunci: takwa, iman, islam, dan dosa.


-------oooOooo-------

1 Dalam bahasa Arab, “takwa” diserap dari akar kata waqo; yang berarti menjaga diri terhadap apa-apa yang merugikan dan memudaratkan. Arti lain adalah “perisai” jika kata waqo diberi beberapa partikel sehingga menjadi wiqoyah. Atau, berarti “ia menganggap dia atau sesuatu sebagai perisai” yakni ittaqo. Muttaqi (orang yang bertakwa) merupakan bentuk Isim Fa’il dari ittaqo. Lihat: « Lane, E.W., Arabic-English Lexicon ».

2 Sejak saya masih kecil para guru agama kita telah menanamkan doktrin bahwa yang dinamakan orang Islam adalah yang percaya kepada Rukun Iman yang enam perkara (Percaya kepada: Allah; Malaikat-Malaikat Allah; Kitab-kitab Allah; Para Nabi/Rasul Allah; Kiamat pasti akan terjadi; dan, Takdir dari Allah) serta mengerjakan Rukun Islam yang lima perkara (wajib mengucapkan 2 kalimat syahadat; mendirikan shalat; berpuasa; berzakat; dan naik haji jika mampu) dengan ketulusikhlasan hati. Bandingkan: « Syekh Khursyid Ahmad, Jalan Menuju Keimanan (Urdu: Râh-i-Îmân), JAI, Bogor, 1987 (5), halaman 15—20 ».

Makna Islam dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 112 (QS 2:112) memberi isyarat kepada ketiga taraf penting ketakwaan sempurna, ialah: fana atau menghilangkan diri; baqo atau kelahiran kembali; liqo atau memanunggal dengan Allah. Pertama—Islam yang bermakna “menyerahkan dirinya kepada Allah” memiliki maksud bahwa segala kekuatan dan anggota tubuh kita, dan apa-apa yang menjadi bagian diri kita, hendaknya diserahkan kepada Allah seutuhnya dan dibaktikan kepada-Nya. Keadaan itu dikenal sebagai fana atau “kematian” yang harus ditimpakan seorang Muslim atas dirinya sendiri. Kedua—Ihsan atau perbuatan baik, kerja keras, atau amal saleh, menunjuk kepada keadaan baqo. Sebab, bila seseorang telah fana dalam cinta kepada Allah dan segala tujuan serta keinginan duniawi telah lenyap, maka ia seolah-olah dianugerahi kehidupan baru, yang dapat disebut baqo atau kelahiran kembali; dan, seseorang tersebut adalah hidup untuk Tuhan dan mengabdikan diri kepada kemanusiaan. Ketiga—taraf Liqo adalah ‘jiwa yang tentram’ sebagaimana diukiskan dalam « QS [Al-Fajr] 89:28—31 » sebagai jiwa yang senantiasa rujuk dan rida kepada Allah. Inilah tingkat perkembangan rohani tertinggi; ketika manusia rida kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun rida kepadanya (QS [Al-Mujâdalah] 58:23).

Asas-asas pokok Islam ada diisyaratkan dalam QS 2:1—7. Di dalamnya memberikan pernyataan mengenai tiga dasar keimanan: Beriman kepada Tuhan, wahyu dan kehidupan sesudah mati, dan dua peraturan amal salat dan zakat. Lain-lainnya berupa pemekaran dan penjelasan asas-asas dan peraturan-peraturan itu. Sebagai jawaban terhadap doa untuk mendapat petunjuk, Alquran mengemukakan peraturan-peraturan hukum, yang meliputi segala kebenaran yang terdapat dalam Kitab-kitab samawi terdahulu, dengan lebih banyak lagi kebenaran yang tidak termuat dalam Kitab-kitab itu dan mendakwakan pula, membimbing manusia ke puncak-puncak tertinggi keagungan rohani. Lihat: « Alquran Dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, JAI, 2002, halaman 16 ».

3 Sesungguhnya segala doa merupakan akibat kekurangan iman yang hidup kepada Tuhan. Akar semua soda dan kejahatan di alam dunia ini adalah pengingkaran terhadap hari kebangkitan dan akhirat, baik secara lisan ataupun amalan. Tidak akan ada suatu pencegahan sebenar-benarnya lagi ampuh terhadap dosa, atau tidak akan ada perangsang untuk hal-hal kesalehan tanpa adanya keimanan sejati dan hakiki kepada kehidupan sesudah mati. Lihat: « Alquran Dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, JAI, 2002, halaman 1634 dan 1842 ».