Khotbah Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia Tanggal 17 April 2009 (Benar-benar Belum Diedit Sama Sekali!)

Inilah Khotbah Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia Tanggal 17 April
Terjemahan Hasan Basri (Singapura)
(Maaf, Masih Belum diedit sama sekali) :-)

--
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

نَحْمَدُهُ وَنُصَلِّى عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى عَبْدِهِ اْلمَسِيْحِ اْلمَوْعُوْدِ
KHUTBAH JUM’AH

HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.

Tanggal 17 April 2009 dari Baitul Futuh London, U.K.
TENTANG : SIFAT AL LATEEF - THE BENIGNANT

(PEMURAH ATAU PERAMAH)


Di beberapa tempat di dalam Kitab Suci Al Qur’an Allah swt telah menguraikan tentang berbagai macam kemurahan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya dan hal itu dikaitkan dengan sifat Latif-Nya. Saya akan terangkan beberapa ayat yang berkenaan dengan hal itu. Namun sebelumnya saya ingin menjelaskan perkataan latif yang telah ditulis didalam Kitab Lughat dimana telah dijelaskan oleh beberapa ahli Tafsir Alqur’an.

Sebuah Kitab Lughat bernama Al Aqrab, di dalamnya telah ditulis perkataan لَطِيْفٌ dari asal kata لُطْفُ artinya orang yang pemurah. لَطِيْفٌ adalah salah satu dari pada nama-nama sifat hasanah Allah swt. Yang artinya Tuhan Yang berlaku sangat pemurah dan lembut terhadap hamba-hamba-Nya dan dengan sangat lemah-lembut menganugerahkan sesuatu yang berfaedah dan membawa keuntungan kepada hamba-hamba-Nya, berlaku santun terhadap hamba-hamba-Nya dan Dia mengetahui perkara-perkara yang sangat kecil dan tersembunyi sekalipun yang dimiliki oleh hamba-hamba-Nya.

Allamah Qurtubi mengatakan bahwa maksud dari perlakuan لُطْفُ Allah swt terhadap hamba-hamba-Nya adalah Dia memberi taufiq kepada hamba-Nya untuk berbuat amal yang sangat santun dan menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa. Allamah Junaid Al Baghdadi r.h.mengatakan bahwa لَطِيْفٌ adalah Dia (Tuhan) yang menerangi kalbu manusia dengan hidayah-Nya, dan memelihara jasmani manusia dengan keridhaan-Nya dan disa’at timbul ujian dan percobaan Dia memberi perlindungan kepada hamba-hamba-Nya. Dan apabila timbul gejolak kekerasan Dia memberi keselamatan kepada hamba-Nya kemudian Dia memasukkan hamba-Nya kedalam surga perlindungan-Nya.

Ahli Tafsir lain mengatakan bahwa لَطِيْفٌ فِيْ عِبَادِهِartinya di dalam memberi perintah dan di dalam perhitungan amal perbuatan hamba-hamab-Nya, Tuhan berlaku sangat santun dan lembut sekali. Kebanyakan mengatakan bahwa لَطِيْفٌ maksudnya adalah Tuhan mempertunjukkan keluhuran dan kemampuan hamba-hamba-Nya. Akan tetapi Dia menyelimuti kelemahan-kelemahan hamba-Nya juga. Perkara ini telah dijelaskan oleh Hazrat Rasulullah saw bahwa مَنْ اَظْهَرَ اْلجَمِيْلَ وَسَطَرَهُ اْلكَبِيْرَyakni Tuhan Yang mendedahkan perkara-perkara yang baik dan menutupi perkara-perkara yang buruk dan tidak disukai.

لَطِيْفٌ juga artinya adalah Tuhan Yang menerima pengurbanan hamba-hamba-Nya walaupun kadar pengurbanan itu sangat kecil sekali, akan tetapi Dia memberi ganjarannya sangat besar sekali. لَطِيْفٌ juga artinya yang memelihara amal-perbuatan yang keadaannya tidak layak dan sudah binasa. Dan لَطِيْفٌ artinya Tuhan Yang memberi karunia kepada orang yang berada didalam kesusahan sehingga keadaannya menjadi sangat baik. لَطِيْفٌ juga artinya adalah Tuhan Yang tidak cepat-cepat bertindak terhadap hamba-hamba-Nya yang bersalah atau berdosa. Dan orang yang mengharapkan sesuatu kebaikan dari pada-Nya, Dia tidak pernah membiarkan harapan-harapannya itu gagal.

02


Banyak juga yang mengartikan لَطِيْفٌ dengan pengertian bahwa untuk menyaksikan keadaan dalaman (interen) pribadinya ia menyalakan pelita dan dia jadikan sirathal mustaqim sebagai jalan kehidupannya. Dan Allah swt menurunkan nikmat-nikmat-Nya kepadanya begitu banyak laksana hujan turun yang sangat deras dan lebat.

Seorang telah menulis bahwa لَطِيْفٌ dikatakan kepada Wujud Tuhan Yang berlaku sangat baik dan lembut terhadap hamba-Nya dan hamba-hamba Tuhan-pun tahu bahwa Dia berlaku sangat santun dan sangat baik dan Dia menyediakan sarana-sarana demi menarik simpathi dan kecintaan-Nya diluar perkiraan hamba-Nya.

Menurut para Ulama salaf لَطِيْفٌ adalah Zat Yang sangat mengetahui perkara-perkara yang sangat halus sekali. Maksudnya bahwa pandangan-Nya begitu tajam sehingga mampu menembus benda-benda yang sangat halus sekali.

Maka ringkasan dari semua penjelasan diatas bahwa sifat Latif Allah swt melingkupi berbagai jenis diantaranya ; pertama, melalui sifat Latif ini Dia menurunkan nur hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kedua, dibawah sifat Latif ini Dia menyediakan sarana untuk perkembangan jasmani dan ruhani manusia. Dan ketiga, diwaktu terjadi cobaan dan ujian terhadap hamba-Nya maka dengan sifat Latif-Nya ini Tuhan menjadi Sahabat atau Wali-nya. Kemudian yang keempat, Dia mengajarkan kepada manusia bagaimana cara-cara menyelamatkan diri dari Jahannam. Yang kelima ialah, melalui sifat Latif-Nya Dia memberi perlindungan kepada manusia dari berbagai macam kesulitan dan kesusahan. Yang keenam, dengan sifat latif-Nya Dia menutupi kelemahan-kelemahan manusia. Yang ketujuh melalui sifat Latif-Nya ini pengurbanan-pengurbanan manusia yang sangat sedikit sekalipun Dia balas dengan ganjaran yang sangat besar dan berlipat ganda. Dan yang kedelapan melalui sifat Latif ini Tuhan tidak cepat-cepat menghukum atau mengazab hamba-hamba-Nya karena perbuatan dosa mereka.

Selain makna yang telah disebautkan diatas salah satu makna dari sifat Latif ini adalah Zat Yang memiliki kemampuan untuk melihat perkara-perkara yang sangat halus dan sangat dalam sekali. Semua perkara yang telah dijelaskan sehubungan dengan sifat Latif ini telah Tuhan beberkan diberbagai tempat didalam Kita Suci Alqur’an. Didalam Alqur’an Surah An ‘Aam ayat 104 Allah swt berfirman sebagai berikut :

لاَ تُدْرِكُهُ اْلاَ بْصَارُ - وَهُوَ يُدْرِكُ اْلاَ بْصَارَ َ‌ۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ‏

Artinya : Penglihatan mata manusia tidak sampai kepada-Nya tetapi Dia (Tuhan) dapat menembut penglihatan manusia. Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui.

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ بَصَارَات اور بَصِيْرَات basaraat dan basiraat manusia tidak mampu menembus Zat Tuhan melalui akal maupun melalui jangkauan fikiran mereka. Yakni jika manusia berusaha keras sekalipun mencari jalan untuk memandangi wujud Tuhan, tidak mungkin akan tercapai. Sebab Allah swt sendiri berfirman bahwa Dia adalah لَطِيْفٌ artinya sangat halus. Dia adalah Nur yang tidak bisa dilihat oleh mata jasmani manusia. Namun jika Nur itu menyinari seorang hamba-Nya ia menjadi bersinar cemerlang sehingga ia menjadi penampakan turunnya pertolongan dan dukungan Allah swt. Dan Nur seperti itu paling banyak diterima oleh para Anbiya. Dan Nabi yang paling banyak menerima Nur itu adalah Nabi Besar Muhammad saw. Akan tetapi orang-orang buta yang mempunyai pandangan ruhaninya–pun sangat lemah tidak mampu memandangi semua tanda Ilahi itu. Dan mereka menjadi luput secara tetap dari barkat-barkat Nabi Muhammad saw. Sekalipun para pemimpin bangsa yang dianggap sebagai orang-orang yang sangat berakal dan bijaksana diwaktu itu mereka sama sekali tidak bisa melihat Nur Allah swt. Akan tetapi orang-orang miskin dan dianggap hina pada waktu itu kerana usaha-usaha mereka sangat keras dan tekun untuk mendapatkan karunia Allah swt dan mereka menghendaki agar Nur Allah swt

03


menyinari mereka, maka mereka bisa melihat pancaran nur Allah yang turun kepada Hazrat Rasulullah saw. Maka untuk bisa menyaksikan Nur Allah swt yang bersinar cemerlang itu tidak diperlukan kepandaian, tidak diperlukan akal duniawi, atau pendidikan duniawi yang tinggi, atau kedudukan duniawi yang tinggi seperti seorang Raja. Melainkan dibawah sifat Latif-Nya yang sangat halus itu Allah swt menaruh perhatian dan pandangan terhadap kalbu-kalbu manusia. Dan Dia sangat mengetahui keadaan kalbu manusia yang tengah gandrung menginginkan dan mencari Nur-Nya itu, maka Dia dengan sendirinya menyediakan sarana baginya sehingga mereka bisa menyaksikan Nur atau Cahaya yang dibawa oleh para Anbiya. Dan rizki ruhani tersedia bagi mereka itu, sekalipun dari segi pandangan dunia mereka tidak mempunyai sebarang kedudukan yang berarti sedikitpun. Jadi, jika keinginan manusia sungguh-sungguh lurus dan murni maka Allah swt menyediakan Nur itu sabagai sarana hidayah bagi mereka. Sebagaimana telah saya katakan bahwa Allah swt menzahirkan Nur-Nya itu melalui para Anbiya-Nya, yang menjadi perantara untuk menegakkan tauhid Ilahi. Dan Nur Tauhid Ilahi ini telah memancar kesegenap penjuru dunia. Dan Nur Ilahi ini paling banyak telah tersebar kesulurh dunia melalui Hazrat Rasulullah sw. Sebab beliaulah sebagai insan kamil yang paling banyak dan paling sempurna memahami secara mendalam tentang wujud Allah swt. Dan kerana beliau banyak memahami Zat Tuhan secara kamil maka beliau telah menyerap sifat-sifat Tuhan secara kamil dan sempurna. Sehingga beliau menjadi sumber pantulan Nur Allah swt. Sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah bersabda dalam bentuk sya’ir sebagai berikut : “

كه نور لا يا آسمان سے خود بهي وه ايك نور تهے

Dia telah membawa nur dari langit padahal dia sendiri sebuh nur.

Dan didalam zaman ini Ghulam Shadiq Hazrat Rasulullah saw juga yakni wujud Hazrat Masih Mau’ud a.s. telah dilimpahi Nur itu disebabkan beliau telah menjadi hamba Hazrat Rasulullah saw yang kamil dan paripurna. Sebagaimana Hazrat Mau’ud a.s. telah bersabda tentang diri beliau sendiri :

آج ان نوروں کا ایک زور ھے اس عاجز میں

دل کو يہ نوروں کاہررنک ڈلایا ہم نے

جب سے یہ نورملا نور پیمبر سے ھيں

ذات سے خاک کي وجود اپنا ملایا ہم نے

Didalam diri hamba yang lemah ini ada sebuah pancaran nur yang sangat keras membersit,

Setiap jenis dari nur ini telah kami tanamkan didalam kalbu

Nur ini sejak kami terima dia datang dari sang duta kekasih

Wujud hina dina ini telah kami pertemukan dengan Zak kekasihku !


Jadi, pernyataan beliau ini sangat indah sekali. Maka pada hari ini nampaklah Kalam Allah swt, yaitu وَهُوَ يُدْرِكُ اْلاَ بْصَارَ َ‌ۚ

telah sempurna kepada orang-orang yang dengan sesungguhnya ingin mendapatkan Allah swt sambil mensucikan kalbu mereka. Dan kerana telah menjdi hamba-hamba haqiqi Hazrat Rasulullah saw mereka telah menerima kebenaran da’wa Imam Zaman, Hazrat Masih Mau’ud a.s. Dan setiap hari Allah swt menampakkan kebesaran Wujud-Nya kepada mereka dalam sikap dan bentuk yang baru. Sehingga dengan menyaksikan hal itu mereka mengenal tauhid Ilahi yang sesungguhnya. Sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa kerana menjadi hamba yang sejati dan ta’at yang kamil terhadap Hazrat Rasulullah saw beliau telah mendapatkan wujud Allah swt, artinya diri beliau sangat dekat dengan Allah swt. Dan apabila telah mendapatkan kedudukan seperti itu maka beliau telah mendapat sarana utama untuk sampai kepada Allah swt. Dan kemampuan mengenal tauhid yang sesungguhnya itu diperoleh karena beliau telah menjadi hamba sejati Hazrat Rasulullah saw.

Dalam menjelaskan ayat tersebut diatas Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda lagi : “ Zat Allah swt yang sangat tersembunyi dan sangat ghaib, Dia bearada dibelakang tabir, sangat jauh sekali sehingga akal manusia tidak mampu untuk mengenali-Nya. Sebagaimana

04


Dia sendiri berfirman : - وَهُوَ يُدْرِكُ اْلاَ بْصَارَ لاَ تُدْرِكُهُ اْلاَ بْصَار yakni basaarat dan baseerat (pandangan zahir dan pandangan batin) manusia tidak bisa mencapai-Nya. Sedangkan pandangan Dia dengan mudah bisa menembus sampai kepada benda yang sangat halus sekalipun, karena Dia menguasai-Nya. Jadi tauhid Allah swt tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan akal fikiran belaka. Sebab hakikat tauhid adalah sebagaimana manusia menjauhkan diri dari penyembahan terhadap berhala-berhala bathil yang nampak secara zahiriyah, berupa patung-patung atau berupa wujud manusia, mata hari, bulan dan sebagainya, demikian juga manusia menjauhkan diri dari berhala-berhala yang tidak nampak, seperti bertumpu sepenuhnya kepada kekuatan-kekuatan jasmani maupun kekuatan ruhani demi menyelamatkan diri dari bala ataupun bencana atau untuk mencapai maksud-maksud tertentu lainnya. Maka dalam bentuk demikian jelaslah bahwa tanpa meninggalkan kehendak-kehendak nafsu pribadi dan tanpa berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Rasulullah manusia tidak akan bisa memperoleh tauhid yang kamil dan sempurna. Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada kekuatan diri pribadi seseorang tidak mungkin dia bisa disebut seorang yang muwahid (orang yang berpegang kepada tauhid). Maka demikianlah cara untuk memperoleh Nur Allah swt dan untuk menegakkan tauhid Ilahi yang murni seorang hamba harus mengusir berhala-berhala bathil dari dalam dirinya. Seseorang bisa saja menganggap dirinya sebagai orang kaya-raya atau sebagai pemimpin bangsa dan juga sebagai orang Islam lalu dengan itu dia menganggap dirinya sudah mendapatkan Tuhan sehingga dia tidak memerlukan sebarang benda lain lagi. Maka anggapan demikian tidak bisa dibenarkan. Jika seseorang menganggap dirinya sebagai orang ‘alim dalam pengetahuan agama dan telah mencapai kedudukan ruhani yang tinggi sedangkan ia menganggap kaumnya lebih rendah berada dibawahnya, lalu ia menganggap dirinya telah memperoleh pemahaman dan pengertian yang sesungguhnya tentang Allah swt, maka anggapan demikian-pun tidak benar. Sebab dibalik itu semua terdapat sifat takabbur pada dirinya, sehingga pekerjaan apapun yang dia lakukan bukan atas dasar niyyat yang baik dan lurus, sekalipun dia bermaksud untuk menegakkan keadilan diatas nama Tuhan akhirnya menjadi sia-sia belaka. Atau dia bermaksud untuk mengembangkan ajaran Agama atau menda’wakan diri untuk mengembangkan da’wah Agama atau berusaha untuk menegakkan syari’at Agama Islam, kerana sifat takabburnya masih melekat didalam hatinya dan tidak bisa disingkirkannya, dan karena didalam dirinya masih tersimpan berhala-berhala yang bathil, oleh sebab itu ia tidak mendapat taufiq untuk menerima kebenaran bahkan menolak kebenaran da’wa Imam Zaman. Oleh sebab itulah terdapat tabir penghalang dalam usahanya untuk sampai kepada Nur Allah swt. Allah swt berfirman : وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui. Dimana cahaya (Nur) sejati yang masuk kedalam kalbu yang bersih dan suci disana terdapat pandangan bathin yang sangat halus dan suci dan setiap sa’at Dia mengetahui keadaannya. dan Dia mengetahui apa yang terdapat didalam kalbunya itu. Dan barang siapa yang hatinya penuh dengan berhala-berhala bathil yang matanya buta karena keinginan nafsu duniawinya, disana Nur Allah swt tidak akan sampai kepadanya. Maka jika pengertian yang hakiki yakni ingin mendapatkan berkat dari firman Tuhan ini : وَهُوَ يُدْرِكُ اْلاَ بْصَارَ yakni Dia bisa menembus sampai kepada pandangan mata manusia, maka dia haruslah membersihkan kalbunya terlebih dahulu. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita semua untuk meraih karunia seperti itu.

Kemudian didalam surah Yusuf ayat 101 Allah swt berfirman sebagai berikut :

وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَه سُجَّدًا‌ۚ وَقَالَ يٰۤاَبَتِ هٰذَا تَاْوِيْلُ رُءْيَاىَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّىْ حَقًّا‌ وَقَدْ اَحْسَنَ بِىْۤ اِذْ اَخْرَجَنِىْ مِنَ السِّجْنِ وَجَآءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِىْ وَبَيْنَ اِخْوَتِىْ‌ اِنَّ رَبِّىْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَآءُ‌ اِنَّه هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ‏


05


Artinya : Dan ia mendudukkan ibu-bapaknya diatas singgasana, dan mereka semua merebahkan diri bersujud kehadirat Allah untuk dia. Dan ia berkata :” Wahai ayahku ! Inilah ta’wil mipiku dahulu. Sungguh Tuhan telah menjadikannya benar. Dan sesungguhnya Dia telah bermurah hati kepada-ku ketika Dia mengeluarkan daku dari penjara dan membawa kamu sekalian dari padang pasir kepada-ku setelah syaitan menimbulkan perpecahan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhan-ku Maha Dermawan kepada siapa yang Dia kehendaki, sesungguhnya Dialah Yang Mahatahu, Maha Bijaksana.

Didalam ayat ini dibawah sifat Latif Hazrat Yusuf a.s. mengingatkan kemurahan dan kasih sayang Tuhan. Kerana kesucian hati beliau semenjak kecil beliau telah menyaksikan sebuah ru’ya yang baik itu dan ketika semua anggauta keluarga sudah berkumpul bersama-sama, beliau ingat kepada ru’ya yang pernah beliau lihat diwaktu masih kecil itu. Sekalipun adanya perlakuan zalim saudara-saudara beliau, Allah swt telah menjadi Wali dan menjadi Sahabat beliau yang sangat setia Yang selalu melindungi dan memelihara beliau, dan sekarang dari segi duniawi Allah swt melalui sifat Latif-Nya telah menganugerahkan kepada beliau kedudukan yang tinggi sebagai ganjaran dari kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan sejak beliau masih kecil. Dan bukan hanya buah dari pengurbanan Nabi Yusuf as saja namun berkat pengurbanan ayahanda beliaupun ganjaran telah diberikan kepada keluarga beliau semua dan Allah swt telah memberi umur panjang kepada ayahanda beliau sehingga beliau telah menyaksikan kedudukan dan martabah tinggi yang telah diraih oleh putera beliau Hazrat Yusuf a.s. Dan ayat ini menyinggung sifat Amn Allah swt juga yang pada setiap waktu datang percobaan atau ujian Allah swt sebagai Wali (Pelindung) datang menolong hamba-hamba-Nya. Bapak dan anak keduanya telah dilindungi oleh Allah swt sebagai Wali. Dan Tuhan telah melepaskan mereka dari kesulitan dan kesusahan. Tuhan telah memberi ketabahan dan kesabaran terus-menerus kepada mereka. Kemudian disebabkan kedua bapak dan anak yang sangat dekat dengan Allah swt, bagi saudara-sauadara beliau yang lainnya–pun Allah swt telah menyediakan sarana untuk perbaikan dan perobahan nasib mereka.

Dari kisah tersebut terbukalah satu perkara bahwa karena do’a-mendo’akan satu sama lain maka terbukalah jalan untuk perbaikan. Lebih dekat hubungan satu dengan yang lain maka do’apun semakin banyak dipanjatkan. Oleh sebab itu Hazrat Rasulullah saw banyak sekali memanjatkan do’a bagi perbaikan kaum beliau. Apabila beliau menerima komplain bahwa suatu kabilah disebabkan banyak sekali melakukan perlawanan beliau dimohonkan do’a untuk keburukan kabilah itu, namun beliau mendo’akan bahkan beliau menganjurkan kepada ummat juga untuk mendo’akan mereka itu agar kabilah itu mendapat hidayah dari Allah swt. Maka bagi ummat muslimah pada zaman sekarang juga kita harus banyak-banyak memanjatkan do’a kepada Allah swt, supaya Allah swt meluruskan dan mensucikan hati mereka dan supaya mereka diberi taufiq untuk mengenal kebenaran yang datang dari pada-Nya dan supaya Nur Allah swt bisa sampai kepada baseeraat (pandangan mata ruhani) mereka.

Satu lagi firman Allah swt didalam surah Al Haj ayat 64 sebagai berikut :

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَتُصْبِحُ اْلاَ رْضُ مُخْضَرَّة ً اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْر

Artinya : Tidakkah engkau melihat, Allah menurunkan air dari langit maka bumi-pun menjadi hijau-kemilau ? Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang halus, Maha Mengetahui segala- sesuatu. Didalam ayat ini Allah swt dibawah sifat Latif-Nya itu telah menjelaskan bahwa kehidupan dibumi baik kehidupan jasmani maupun kehidupan ruhani bisa diperoleh dari air. Hal itu harus diingat betuk-betul bahwa untuk kedua macam kehidupan itu diperlukan adanya air. Dan untuk memperoleh kehidupan ruhani diperlukan agar manusia menaruh perhatian sepenuhnya terhadap tauhid Allah swt Yang memiliki seluruh kekuatan. Permisalan dengan turunnya air dari langit dimaksudkan bahwa sebagaimana air hujan turun dari langit menyebabkan bumi menjadi hijau-kemilau maka demikian juga air ruhani apabila turun dari langit menjadi sarana bagi pertumbuhan ruhani manusia yang sangat subur. Apabila air hujan turun dari langit keatas bumi, maka air itu tidak merubah tanah yang berbatu dan kerikil menjadi subur menghijau. Maka air ruhani hanya

06


bisa memberikan kesuburan terhadap kalbu-kalbu manusia yang suci bersih yang didalamnya terdapat benih-benih kebaikan.

Disini terdapat penjelasan bahwa air yang merupakan sarana bagi kahidupan itu, apabila air ini jatuh mengalir diatas tanah yang subur dan menghijau disana binatang-binatang unggas dan binatang-binatang yang berupa ulat-ulat bumi-pun mengambil faedah dari padanya. Dan kehidupan mereka itu tergantung kepada air hujan itu. Namun air hujan yang jatuh ditempat-tempat yang tandus, berbatu karang dan kerikil disana tidak mendatangkan sebarang kehidupan bagi tetumbuhan. Namun air hujan yang jatuh ditempat yang subur disana timbul tetumbuhan yang membuat daun-daunan menghijau. Demikian juga air ruhani yang menyirami hati manusia yang suci-bersih timbul berbagai natijah yang baik laksana putik-putik yang berubah menjadi bunga-bunga yang indah dan harum semerbak. Dengan turunnya air ruhani maka kalbu-kalbu yang bersih dan suci melahirkan bunga-bunga yang baik dan indah. Para penentang juga disebabkan perlawanan mereka bisa mengambil faedah secara jasmani dari air ruhani yang turun itu. Sebagaimana tanaman-tanaman yang menghijau mendatangkan faedah bukan hanya kepada manusia namun memberi faedah kepada binatang-binatang juga, demikian juga tetumbuhan ruhani yang menghijau yang memberikan faedah kepada orang-orang beriman disana air ruhani itu memberi faedah kepada orang-oorang-orang yang berhati keras seperti batu juga. Akan tetapi faedah yang mereka raih dari air ruhani itu hanyalah faedah duniawi sahaja.

Jika kita adakan penelitian maka dimana saja Jema’at kita sedang bergerak maju disana para penentang juga giat melakukan perlawanan terhadap Jema’at kita. Mereka juga berusaha mengambil faedah demi kepentingan politik mereka disamping itu mereka juga berusaha untuk mengambil keuntungan berupa harta. Maka seakan-akan dengan kebangkitan Hazrat Masih Mau’ud a.s Allah swt telah menciptakan sarana bagi keperluan nafkah dan rizki mereka sehari-hari. Sehingga merekla mulai mendapatkan faedah berupa harta duniawi dimana-mana. Pendeknya dengan turunnya air ruhani itu banyak mendatangkan faedah bagi manusia. Sehingga banyak orang-orang yang betul-betul telah menyatakan keadaan demikian. Pendeknya Allah swt apabila melihat kesan-kesan kematian pada manusia maka Dia menurunkan air samawi kepada mereka. Sebagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s bersabda : “ Aku adalah air yang turun dari langit tepat pada waktunya.” Apabila Allah swt melihat bahwa ظَهَرُ اْلفسَادُ فِى اْلبَرِّ وَاْلبَحْر (telah nampak jelas kerusakan dibumi dan dilautan) maka Allah swt menurunkan air ruhani melalui seorang Utusan-Nya. Dan pada zaman kegelapan yang sangat mencekam Allah swt mengutus Hazrat Rasulullah saw kedunia sambil membawa syari’at yang kamil dan paripurna. Kemudian beliau menyirami kalbu-kalbu manusia dengan air ruhani yang telah dianugerahkan kepada beliau. Kemudian setelah itu sesuai dengan nubuwatan Hazrat Rasulullah saw setelah melalui zaman kegelapan selama seribu tahun lamanya, tatkala diatas dunia ini telah terjadi kerusuhan dan berbagai macam fitnah, maka Allah swt mengutus Ghulam Shadiq beliau yakni Hazrat Masih Mau’ud a.s. kedunia, supaya pemandangan seperti yang tersebut didalam ayat ini : يُحْيِ اْلاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا Dia menghidupkan bumi setelah kematiannya akan nampak zahir kembali. Dan Nur Allah swt sampai kepada kalbu-kalbu manusia yang sungguh-sungguh menginginkan Nur Allah swt untuk menyinari kalbu-kalbu mereka. Didalam ayat ini dipergunakan perkataan Latif dan Khabiir untuk memberitahukan bahwa pandangan Allah swt yang sangat halus Maha tahu siapa yang tengah sungguh-sungguh mencari Nur-Nya yang baginya air ruhani itu telah ditetapkan. Selanjutnya didalam surat As Syura ayat 20 berfirman :

اللّٰهُ لَطِيْفٌۢ بِعِبَادِه يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ‌ۚ وَهُوَ الْقَوِىُّ الْعَزِيْز

Artinya : Allah itu lembut terhadap hamba-hamab-Nya. Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dia adalah Yang Maha Kuat, Maha Perkasa.

Sebagaimana telah saya jelaskan didalam surah An ‘Am bahwa pandangan Allah swt bisa menembus segala sesuatu. Kemudian didalam surah Al Haj Dia menurunkan air dari langit, yaitu air ruhani supaya bumi tumbuh menghijau. Didalam surah ini Allah swt

07


menjelaskan bahwa Dia sangat lembut atas hamba-hamba-Nya dan Dia memberi setiap jenis rezki kepada hamba-hamaba-Nya. Akan tetapi yang memperoleh faedah dari padanya adalah orang-orang yang mencari rizki ruhani disamping mencari rizki dunawi. Orang-orang yang mencari rizki ruhani tentu rizki duniawi juga akan diperolehnya sesuai dengan janji Allah swt. Sebagaimana Tuhan berfirman : وَيَرْزقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ artinya Dia memberi rizki kepada hamba-Nya diluar dugaan-nya. Itulah janji Tuhan terhadap orang mukmin. Maka yang selalu berusaha mencari rizki ruhani akan selalu mendapat rizki materi juga. Akan tetapi Allah swt sambil menutupi kelemahan hamba-hamba-Nya dan sambil berlaku lemah-lembut, sambil mema’afkan kesalahan dan dosa-dosa hamba-hamba-Nya Dia memberi taufiq kepada mereka untuk mengenal Nur-Nya yaitu mereka yang selau berusaha mencari air ruhani-Nya.

Didalam ayat ini sambil menyebutkan sifat الْقَوِىُّ dan الْعَزِيْز Allah swt mengisyarahkan kepada perkara ini bahwa sekalipun Allah swt itu Latif (Sangat Lembut) namun manusia tidak menaruh perhatian kepada-Nya maka ingatlah bahwa Dia adalah الْقَوِىُّ yakni Maha Kuat, Maha Perkasa. Hukuman-Nya sangat keras. Dan Allah swt memberi kemenangan terhadap Utusan-utusan-Nya, sesuai dengan janji-Nya kepada para Anbiya dan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga telah diberikan janji serupa. Para penentang sama sekali tidak akan berhasil memadamkan Nur-Nya itu. Jema’at yang telah didirikan oleh Utusan-Nya tidak akan ada orang yang mampu membinasakannya. Karena hal itu merupakan salah satu taqdir Allah swt bahwa Allah beserta Rasul-Nya akan mendapat kemenangan. Jadi untuk mendapatkan berkat dari sifat Latif Allah swt manusia harus berusaha untuk tidak memahrumkan dirinya dari berkat-berkat sifat Latif-Nya dengan melakukan perlawanan terhadap Jema’at yang didirikan oleh Utusan-Nya.

Pada masa sekarang ini keadaan di Pakistan secara umum sangat buruk sekali. Bagi kebaikan mereka sangat diperlukan banyak do’a. Keadaan disana secara keseluruhan sangat buruk sekali. Perhatian dunia juga sedang tertuju kepada mereka. Paling banyak kerusuhan dan pemberontakan tengah terjadi hanya di Pakistan. Sekalipun demikian jelaslah bahwa kekacauan yang sangat keras tengah terjadi diseluruh negeri Pakistan tidak ada yang bisa selamat dari padanya baik Ahmadi maupun ghair Ahmadi. Akan tetapi untuk orang-orang Ahmadi secara khas disebabkan keadaan negara secara keseluruhan sebagai orang Ahmadi Pakistan sangat terpengaruh. Disamping itu orang-orang Ahmadi sangat terpengaruh oleh kejadian yang tengah berlaku di Pakistan. Sekarang para penentang tengah melakukan tekanan-tekanan baru terhadap orang-orang Ahmadi disana. Dan dimana atau kapan saja mereka mendapat peluang para penentang berusaha melakukan tindak kezaliman atau tindak kekerasan terhadap orang-orang Ahmadi. Kesempatan sekecil apapun tidak mau mereka melewatkannya tanpa melakukan penganiayaan terhadap orang-orang Ahmadi. Pada waktu-waktu yang baru lalu, sebagai mana anda sekalian telah maklum, empat orang anak-anak Ahmadi yang berumur empat belas atau lima belas tahun telah ditangkap diatas tuduhan-tuduhan yang sangat keji dan sampai sekarang tidak jaminan yang diberikan kepada mereka. Peristiwa serupa telah terjadi ditempat-tempat lain juga diseluruh Pakistan, dengan malancarkan tuduhan-tuduhan palsu yang sangat jahat, sehingga anak-anak Ahmadi telah ditangkapi atas tuduhan telah menghina Hazrat Rasulullah saw, na’uzubillahi min zalik !! Selain itu banyak lagi persekongkolan yang dilakukan oleh musuh-musuh Jema’at disana untuk menghancurkan Ahmadiyah. Bahkan didalam persekongkolan itu banyak orang-orang yang duduk didalam pemerintahan ikut serta mengambil bahagian didalamnya, sehingga bisa dikatakan pemerintah disana juga menyertai para penentang untuk menghantam Ahmadiyah. Beberapa hari yang lalu telah diselenggarakan Kongres (conference) Tahafuz Khatamun Nubuwat di Badsyahi Masjid, Lahore. Didalam conference itu menteri Waqaf Pusat Maulana Fazlul Rahman telah melancarkan pidato penghinaan terhadap Hazrat Masih Mau’ud a.s. dan telah melancarkan tuduhan-tuduhan kotor terhadap Jema’at Ahmadiyah. Jadi, sekarang Pemerintah disana telah bekerja sama dengan para Mullah dan dengan para pelaku kekerasan

08


anti terhadap Jema’at Ahmadiyah. Pendeknya keadaan orang-orang Ahmadi di Pakistan sekarang sangat berbahaya sekali. Oleh sebab itu orang-orang Ahmadi dimanapun berada harus banyak-banyak memanjatkan do’a untuk mereka, semoga Allah swt melindungi setiap jiwa dan harta orang-orang Ahmadi disana. Dan semoga Dia menjaga setiap orang Ahmadi dari setiap perlakuan jahat musuh-musuh Jema’at disana. Orang-orang Ahmadi Pakistan sebelumnya juga banyak memanjatkan do’a mengingat situasi mereka yang menegrikan, namun sekarang mereka harus berdo’a lebih kuat dan lebih banyak lagi dari waktu-waktu sebelumnya. Orang-orang Ahmadi diluar Pakistan dimanapun berada diseluruh dunia harus banyak memanjatkan do’a untuk keselamatan orang-orang Ahmadi di Pakistan. Semoga Allah swt melindungi mereka dari segala segi. Demikian juga orang-orang Ahmadi di negeri Hindustan dibeberapa tempat dimana terdapat penduduk majority orang Islam, di Indonesia juga keadaan sekarang, timbul saja kejadian-kejadian kerusuhan anti Ahmadiyah dikedua negara itu. Dikedua negara ini pada sa’at ini tengah berlangsung pemilihan umum (pilihan raya) juga, untuk kedua negara ini juga harus banyak memanjatkan do’a semoga Allah swt menciptakan pemerintahan yang adil dan yang betul-betul mampu mengayomi hak-hak rakyat dikedua negara itu. Begitu juga di Kazakhistan dan di Kirgistan yang sebelumnya merupakan Rusian State, disana juga beberapa pejabat pemerintah bekerja sama dengan para Mullah tengah melakukan tekanan-tekanan dan tindak kekerasan terhadap orang-orang Ahmadi. Secara terencana tengah dilakukan kegiatan-kegiatan anti Jema’at disana. Bagi mereka juga sangat diperlukan banyak-banyak do’a semoga Allah swt dengan karunia-Nya melindungi setiap orang Ahmadi dimanapun berada diseluruh dunia dan semoga dibawah sifat Latif-Nya Tuhan selalu menurunkan karunia dan perlingan-Nya kepada kita semua. Dan setiap Ahmadi juga secara khas harus memberi perhatian untuk memanjatkan do’a sebanyak-banyaknya. Semoga Allah swt memberi perlindungan dan keselamatan kepada setiap orang Ahmadi diseluruh dunia. Amin !!!

Alihbasa dari Audio Urdu oleh Hasan Basri