CATATAN ICHIYO; Resensi Buku


  http://anastasia0107.wordpress.com/2012/05/24/resensi-buku-catatan-ichiyo/

ImageHal  yang membuat saya tertarik untuk membeli buku ini awalnya adalah tulisan yang ada di cover depan novel ini, ‘Catatan Ichiyo:Perempuan miskin di lembar uang Jepang’. Dari kalimat itu, membuat aku berfikir, apa yang dilakukan olehnya sehingga wajahnya diabadikan di lembar mata uang Jepang. Terus terang saya tidak tahu mengenai Ichiyo. Lantas aku membaca ringkasan di  halaman belakang, yang menyebutkan bahwa Ichiyo merupakan seorang penulis Jepang yang terkenal dan merupakan satu-satunya perermpuan yang wajahnya diabadikan di mata uang kertas 5000 yen Jepang. Saya terusik untuk mengetahui, penulis seperti apakah Ichiyo itu, sehingga mendapatkan kehormatan yang tidak pernah didapat oleh perempuan-perempuan Jepang lainnya.
Kisah hidup Ichiyo dicoba diceritakan oleh Rei Kimura dalam bentuk catatan harian Ichiyo yang menjadi salah satu sarana Ichiyo untuk menumpahkan segala frustasi dan pikiran-pikirannya yang paling pribadi. Dalam novel ini dikisahkan bahwa Ichiyo lahir pada tahun 1872 dengan nama Natsuko. Ia merupakan anak ketiga dari pasangan Noriyoshi dan Furuya. Natsuko memiliki dua orang kakak, yaitu Fuji dan Sentaro, serta seorang adik bernama Kuniko. Dari semua saudaranya, Kunikolah satu-satunya saudara yang paling disayang Natsuko. Di masa kecilnya Natsuko hidup dalam keluarga yang berkecukupan, namun juga tidak kaya. Sejak kecil Natsuko sudah memiliki ketertarikan dengan dunia sastra. Satu-satunya orang yang menyadari bakat Natsuko adalah ayahnya, dan setiap hari Natsuko diajarkan sastra dan sajak klasik.Sejak kecil Natsuko bercita-cita menjadi seorang penulis.Namun kakak serta ibu Natsuko kurang suka dengan keinginan Natsuko untuk menjadi penulis, karena di masa itu anak perempuan kurang dihargai dalam dunia sastra. Namun hal itu tidak mengendurkan semangat Natsuko untuk terus maju.  
Pada usia enam tahun Natsuko memulai debut awalnya membacakan sajak di depan teman-teman ayahnya yang merupakan komunitas pencinta sajak dan sastra. Setelah itu Natsuko makin giat untuk membaca buku-buku sastra. Semasa hidupnya Natsuko tidak memiliki memiliki banyak teman, karena ia dianggap terlalu kaku dan serius karena kegiatan sehari-harinya hanya membaca buku. Teman masa kecilnya yang cukup dekat dengannya adalah Masao, yang gemar membaca buku seperti dirinya juga. Teman dekat Natsuko di masa dewasanya adalah Nakarai Tosui, yang juga merupakan pria yang sangat dicintai Natsuko. Namun kisah cintanya tidak berakhir bahagia.
Pada usia 11 tahun Natsuko mengubah namanya menjadi Ichiyo, yang artinya sehelai daun. Ia menganggap bahwa nama Natsuko terlalu biasa dan nama Ichiyo sangat menginspirasinya dalam menulis. Kondisi perekonomian keluarga Ichiyo mulai berubah saat kakaknya, Sentaro menderita sakit TBC dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengobatannya. Ichiyo terpaksa harus berhenti sekolah di usianya yang 13 tahun. Namun saat usianya 15 tahun, ia diijinkan untuk masuk sekolah kembali , namun hanya untuk belajar puisi. Kehidupan keluarga Ichiyo semakin terpuruk dalam kemiskinan pada tahun 1887, setelah ayahnya dipecat dari pekerjaan di Departemen Kepolisian pada usia 57 tahun, dan kakaknya, Sentaro, yang sempat pulih dari sakitnya, kembali sakit dan meninggal pada usianya yang ke-23. Ayah Ichiyo sangat terpukul dengan meninggalnya kakak Ichiyo, dan kesehatannya menurun drastis. Pada tahun 1889, ayah Ichiyo meninggal di usia 59 tahun akibat sakit TBC. Ichiyo yang pada saat itu berusia 17 tahun mencoba untuk menyelamatkan perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai penjahit dan pencuci pakaian karena aktivitas menulisnya belum mampu menghasilkan uang. Namun hal itu sama sekali tidak menolong kehidupan keluarganya dari keterpurukan. Ichiyo dan keluarganya sering berpindah-pindah tempat karena tidak mampu untuk membayar uang sewa. Kuniko, adik Ichiyo merupakan satu-satunya anggota keluarga yang sangat dekat dengannya, dan yang sangat memperhatikan Ichiyo hingga di akhir hidup Ichiyo.  Kuniko sangat percaya bahwa cepat atau lambat, Ichiyo akan menjadi orang terkenal dan diakui karya-karyanya. Dan ternyata apa yang menjadi keyakinan adiknya itu terbukti. Hal yang paling membahagiakan adalah saat orang-orang terdekat kita, terutama keluarga mendukung apa yang menjadi pilihan hidup kita.
Pada usia 19 tahun, Ichiyo mulai terserang sakit TBC, namun ia mengabaikan sakitnya dan tetap berkonsentrasi dalam  menulis puisi dan novel. Novel pertama Ichiyo ‘Bunga di kala Senja’ diterbitkan majalah Musashino pada tahun 1892, diikuti oleh dua novel lainnya. Sejak itu karya-karyanya mulai diperhatikan dan pujian mulai berdatangan kepadanya. Ia dianggap memiliki gaya bahasa klasik dan elegan serta berkesan natural. Ichiyo mulai benar-benar dibayar atas penerbitan novelnya, saat ia menerbitkan novel Umoregi di majalah bergengsi Miyako no Hana. Ia menerima 10 yen untuk penerbitan bagian pertama novel tersebut. Pada rentang tahun 1895-1896, Ichiyo menghasilkan lima novel, yaituOn the Last Day of the Year, Trouble Waters, The Thirteenth Night, Child’s Play, dan Separate WaysChild’s Play merupakan salah satu novelnya yang paling banyak dipuji, dan menyebabkan dia dijuluki sebagai penulis terbesar sepanjang masa. Ichiyo meninggal pada tahun 1896 di usia 24 tahun, dalam perjuangannya yang tanpa kenal lelah melawan sakit TBC nya.
Semasa hidupnya Ichiyo hidup dalam kemiskinan, bahkan saat ia meninggalpun ia belum benar-benar terlepas dari belenggu kemiskinan keluarganya. Namun hal yang sangat mengagumkan dari diri Ichiyo adalah tekadnya yang sangat besar dalam mencapai cita-citanya, apapun rintangan yang menghalanginya. Ia memiliki keyakinan bahwa ia akan dapat meraih apapun yang ia inginkan jika ia bertahan dan bertekad untuk mewujudkan. Pada akhirnya ia dapat mewujudkan cita-citanya, walaupun karya-karyanya justru banyak dikenal orang dan menjadi terkenal setelah ia meninggal. Setelah membaca kisah hidup Ichiyo, saya merasa memang dia memang layak untuk dihormati dan dikagumi karya-karyanya.  

Judul buku: Catatan Ichiyo: Perempan Miskin di Lembar Uang Jepang
Judul Asli : A Note from Ichiyo
Pengarang: Rei Kimura
Penerbit:  PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2012