ENGGAK boleh tidak ada pertanyaan

TIAP Sabtu, sudah satu tahun lebih berjalan, saya memberikan pelajaran Al-Qur’ān kepada Wildan, putera dari kawan dekat saya di bilangan Pasar Minggu.

Umur Wildan belum genap 13 tahun. Dia meminta kepada ibundanya berhenti dari SMP negeri yang baru dijalani satu semester. Wildan mau home schooling saja.

Sebelum pelajaran dimulai saya bertanya kepada Wildan, “Hal apa yang ingin kamu tanyakan?”

Pun menjelang berakhirnya pelajaran, saya bertanya, “Mau ada yang ditanyakan sebelum pertemuan kita minggu ini berakhir?”

Pertanyaan pagi tadi adalah mengenai 17 ayat pertama Al-Qur’ān Sūrah Al-Baqarah. Ia membukanya dengan pertanyaan, “Boleh, ya Kak, seluruh 17 ayat pertama Sūrah Al-Baqarah itu dibacakan sekaligus dalam bacaan shalat?”

Hi hi hi... Jawabannya adalah panjang. Karena saya membayangkan dan berpura-pura bahwa Wildan mempertanyakannya dengan kata "mengapa".

Di depan ibunya, saya pernah menekankan kepada Wildan: Enggak boleh tidak ada pertanyaan di setiap pertemuan.

Kalau saya tidak bisa menjawabnya, ya akan saya jadikan Pe-eR dong.