jumpa mas Budi orang Surabaya

PAGI-pagi setelah shalat subuh dan deras Alquran, ya gitu deh, saya sarapan.

Sarapan saya pada Selasa pagi itu, biasa, nasi dari beras putih organik dan telur dadar sebagai lauknya.

Alakadarnya.

Usai sarapan saya beberes sedikit di dapur. Cuci piring, juga buang sampah yang sudah menumpuk di tong.

Saya membuang sampah ke depan masjid di mana terdapat tong besar penampung sampah.

Setelah selesai buang sampah, saya melihat ada seorang warga Ahmadi yang belum saya kenal. Rupanya ia adalah tamu di masjid ini.

Saya menyempatkan diri bersalaman dan berkenalan. Namanya adalah Budi. Perawakannya besar. Saya bersalaman dengan Mas Budi.

Mas Budi berasal dari Surabaya. Ia sedang singgah di Masjid Alhidayah untuk kepulangannya ke Surabaya.


Saya mengenalkan diri bahwa saya adalah anggota jemaat cabang Kebayoran. Saat mendengar 'Kebayoran', ia bertanya tentang orang yang namanya Sutrisno Abdul Malik.

Saya katakan kepada Budi bahwa saya mengenalnya. Kebetulan Mas Trisno adalah warga jemaat di Kebayoran. Mas Trisno juga pengurus majelis eksekutif (amilah) lokal dan badan 'Khuddam' (pemuda laki-laki berumur 15-40 tahun) sebagai 'sekretaris' dan 'nazim' San'at wa Tijarot. CMIIW.

Rupanya, mas Trisno itu berkerabat dekat dengan mas Budi. Jadi, isterinya mas Budi adalah sepupu dari isterinya mas Trisno. Begitulah. Pahamlah saya.


Mas Budi adalah warga Ahmadi jemaat cabang Surabaya. Ia juga seorang pengurus majelis amilah lokal. Kami ngobrol sedikit dengannya tentang kegiatan kejemaatan di Surabaya.

Mas Budi singgah di Masjid Alhidayah karena ia kehabisan tiket perjalanan kereta api. Siang ini ia dipastikan akan berangkat ke Surabaya. Mungkin ia sudah dapat tiketnya.

Mas Budi senang sekali jika bepergian antar kota itu dengan menumpang kereta. Ada rasa lebih nyaman yang bisa ia dapatkan ketimbang mesti naik pesawat terbang.

Naik pesawat telah membuat mas Budi trauma. Biasalah turbulensi.

(Saya juga pertama kali naik pesawat begitu. Bukannya nyaman naik kapal terbang, eh, malah serasa kayak naik angkot. Udah gitu, penerbangannya yang Lion Air lagi. Enggak apa-apa deh. Lumayan bisa terbang. He he he.)

Dengan naik kereta, mas Budi bisa lebih santai menikmati perjalanan antar kota. Jadwalnya pun pasti kayak di penerbangan pesawat.

Saya katakan ke Mas Budi bahwa perkeretaapian di Indonesia emang lagi bebenah. Saya saja sampai ingin banget ber-backpacker-an keliling Jawa naik Kereta Krakatau yang rutenya dari Pelabuhan Merak di Banten hingga Kediri di Jawa Timur.

"Hah? Ada ya Jadwal keberangkatan Kereta Api Krakatau? Baru dengar saya tuh!" seru Mas Budi.

Dengan antusias mas Budi mengatakan betapa jalur rel selatan pulau Jawa sedang dipasang dua jalur sebagaimana yang telah dilakukan pemerintah pada jalur utara Jawa.

Saya bilang ke mas Budi kalau saya juga senang banget naik kereta. Karena, naik kereta itu adalah salah satu sunah dari sang pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah Hadhrat Masih Mau'ud a.s..

Sepanjang hidupnya, pendiri suci Ahmadiyah melakukan perjalanan antar kota adalah dengan moda kereta api saat itu.


Mas Budi sangat konsern dengan kegiatan jemaat di bidang taklim. Ia ingin sekali bila Jamiah menyelenggarakan semacam extension course yang temanya variatif di tiap semester.

Menurut Mas Budi dengan paket kegiatan taklim seperti itu, warga Ahmadi bisa memperdalam kerohanian maupun ilmu-ilmu keagamaan lain.

Saya senang senang sekali dengan pemikiran Mas Budi tersebut. Sepertinya, IMHO, memang sudah saatnya Jemaat Ahmadiyah Indonesia untuk memikirkannya.

Di samping Jamiah merupakan sebuah lembaga di dalam Jemaat Ahmadiyah yang melahirkan para muballigh atau misionaris, ia alangkah baiknya juga menelurkan kader-kader yang matang dan siap sebelum mereka diterjunkan untuk berkiprah di masyarakat.


Obrolan saya dengan mas Budi enggak sampai sepuluh menit. Saya mesti permisi. Mas Budi mesti meneruskan kegiatannya.

Kebetulan, hidangan sarapan paginya sudah tersedia. Nasi uduk panas. Belinya di Jalan Balikpapan III yang jaraknya sekitar limapuluh meter dari Masjid Alhidayah.

Dan saya pun, mesti meneruskan kerja saya di pagi hari. Juga mandi serta "ritual-ritual" lain--tentunya. ;-)

*diposting via blogger.com