Happy birthday

JELANG subuh, saya sudah terjaga. Jam masih menunjukkan sekitar pukul empat lewat duapuluh menit.

Di handphone, sebuah pop up reminder muncul: Reni' BD.

Aku tulis: "HBD ya. GBY. WYATB too. Aamiin."

Reni membalas: "iyaaa aminnnn.. 😭".

Delapanbelas menit kemudian, aku sedang menyelesaikan mandi, Reni membalas lagi: "gtu ajh ngucapinnyaaa".

Aku balik membalas:

"Iya. Terjemahannya:

"Semoga di hari kelahiran ini, kamu berbahagia.
Semoga Allah Ta'aalaa memberikan keberkatan-Nya.

"Aku berdoa untuk segalanya yang terbaik bagimu.

"Semoga Allaah berkenan menjadikannya demikian--Aamiin."

Namun Reni kembali membalas: "gk so sweet..".

Aih. Rada panas. Pikir punya pikir, aku menulis ini:

"Setidaknya itu mewakili perasaan aku yang gembira karena hari ini adalah tanggal kamu dilahirkan.

"Tanggal di mana pemaknaan hidup kian menjadi, lebih dari sekadar sebuah harapan dan doa.

"Kita lahir dari sebuah dan lebih dari dua-tiga-empat-lima-dan seterusnya harapan-harapan yang saling menyambung.

"Bayangkan, kita terlahir dari buah cinta dan harapan yang Allāh titipkan melalui benih ayah maupun rahim (kasih sayang) ibu.

"Sedangkan kedua orang tua kita, mereka pun terlahir dari penyebab atau kearifan yang sama.

"Saat kita lahir ada ikatan dan jalinan kasih yang sudah terbentuk.

"Ada cinta yang membuat kita masih bisa berada di dunia ini.

"Reni. Spirit ini harus kita kembangkan terus.

"Karena cinta Tuhan maka kita terlahir.

"Karena cinta Tuhan maka kita sedang dipersatukan: untuk melahirkan episode ikatan cinta berikutnya.

"Happy birthday to you. God bless you. Wishing you all the best too."

Akhirnya, saat saya merenung lagi, kelahiran kita adalah sebuah pencapaian besar dari orang tua kita, dalam hal ini khususnya adalah ibu atau mama kita.

Maka di suatu hari atau tanggal kelahiran, teramat layaklah bila doa-doa baik yang di panjatkanlah, itu didedikasikan bagi kedua orangtua kita khususnya ibu dengan disertai rasa syukur yang tiada terhingga ke haribaan Allāh Ta‘ālā.