efek sarapan susu segar

KEMARIN pagi, Sabtu (14/6), usai shalat subuh, kira-kira pukul setengah enam, dan saya saat itu tengah melepas tamu-tamunya Pak Pontoh yang pada mau pergi nyekar atau ziarah kubur di bilangan Karawang-Bekasi , saya dan Pak Pontoh membeli susu sapi segar dari seorang penjual susu sapi segar keliling.

Penjual susu itu mengendarai sepeda motor, datang begitu saja di depan Masjid Alhidayah Petojo Utara. Ia menawarkan dagangannya.

Pak Pontoh berminat. Ia menawarkan kepada isterinya dengan obrolan berbahasa Urdu. Tapi, isterinya tidak tertarik.

Saya sih mau, alias pengen. Akhirnya, saya dan Pak Pontoh masing-masing membeli dua kantong kecil.

Sekantong berharga delapan ribu rupiah. Susunya hangat. Enggak panas-panas banget.

Penjual susu bernama Pak Gendut. Ia tinggal di Mampang Prapatan.

Saya meminta nomor telepon Pak Gendut. Saya tertarik sekali berlangganan susunya. Sudah lama saya tidak mengkonsumsi susu secara rutin.

Ini nomor Pak Gendut: +6281902051449.

Menurut pengakuan Pak Gendut, dia pagi itu masih harus mengantarkan susu-susu yang ada ke beberapa rumah sekitar kawasan Cideng--juga Ciledug.

Dua kantong susu yang saya beli itu langsung saya pakai untuk diminum. Langsung habis.

Saya antusias sekali meminumnya. Saya pikir, mungkin hari itu adalah hari di mana saya melakukan sarapan dengan susu segar.
Saya berpikir, dengan minum susu sebanyak itu pasti bakal banyak beser atau akan sering mondar-mandir ke toilet.

Ternyata benar. Akibatnya, saya telat ngajar Didan.

Namun saya tetap mesti ngajar. Karenanya, saya memberitahukan kak Kiki--ibunya--bahwa saya datang pada siang hari, tidak jam sembilan atau sepuluh seperti biasanya.

Ketika saya sampai di stasiun Pasar Minggu sekitar jam sebelasan, saya masih merasakan betapa tidak bisa diajak komprominya perut saya, terasa mulas ingin buang air besar atau BAB.

Makan waktu lama untuk BAB. Tapi lega rasanya pas sudah keluar dari toilet.

Sensasi BAB karena minum susu banyak-banyak itu masih terasa saat saya tiba malam hari bersama Didan dari Pasar Minggu di Kebayoran Lama Selatan.

Dorongan alam untuk BAB kembali datang pas belum ada setengah jam saya tiba di masjid Alhidayah Kebayoran Lama Selatan.

Lemas sekali badan saya. Tapi, ya gitu deh. Tetap ada leganya. Lega juga bahwa saya merasa isi perut seperti sudah pada keluar. Perut seperti rada entengan setelah beberapa hari terakhir ini kagak tuntas-tuntas BAB-nya.[]