Tafsir Alquran Islam Ahmadiyah: Pengantar dan Ringkasan Kajian Surah Az-Zukhruf


Kajian Alquran (al-Qur'ān) saat usai shalat subuh (alāt ubu; صلاة صبح) tadi di mesjid, ‘ngebahas surah (sūrah; سورة) az-Zukhrūf (الزخروف) dari tafsir Khalifah Ahmadiyah yang kedua Ḥaḍrat Mirzā Basyiru'd-Dīn Maḥmūd Aḥmad r.a. hasil editan Ḥaḍrat Mālik Ghūlām Farīḍ r.h..

Surah az-Zukhrūf ini, seperti ketika surah sebelumnya (asy-Syūrā), mulai dengan pernyataan bahwa Alquran diturunkan oleh Allāh, Tuhan Pemilik segala kemuliaan dan pujian. Dan selanjutnya, ‘ngebahas masalah monotheisme (Keesaan Tuhan)—pembahasan dasamya—dengan cara dan bentuk yang berlainan dari pembahasan dalam surah-surah lainnya dari kelompok surah yang diawali kalimat “Ḥā Mīm” ini.

Surah az-Zukhrūf ini mengatakan, untuk menegakkan keesaan-Nya, Allāh mengirimkan terus-menerus sejak zaman yang jauh lagi silam—(saking lamanya, wkwkwk…!)—rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya. Mereka (‘alaihimu's-salām; peace be upon them!) menganjurkan dan mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa. Tapi, ya begitulah, mereka ditolak dan ditentang serta dianiaya.

Namun, hal itu tidak menyebabkan Allāh berhenti mengirim nabi-nabi baru dan wahyu-wahyu baru. Nabi-nabi terus-menerus datang pada saat yang ‘mustari’—(beuh, sastranya, ‘cuy!). Dan yang terbesar dari antara mereka itu datang dalam wujud Kanjeng Nabi Besar Ḥaḍrat Muammad-musṭofa Rasūlu'l-Lāh saw..

Surah az-Zukhrūf ini mengemukakan dalil itu tadi. Surah ini mengatakan bahwa Allāh telah menciptakan seluruh langit dan bumi untuk berbakti kepada umat manusia, dan Allāh telah melengkapi persediaan untuk keperluan jasmani kita. Bilamana Allāh begitu telaten melengkapi keperluan kebendaan dan kesenangan jasmani kita, maka tidak masuk akallah Dia mengabaikan atau meremehkan jaminan serupa untuk keperluan akhlak dan ruhani kita.

Guna memenuhi kebutuhan akhlak itulah, maka Allāh menurunkan wahyu baru. Tetapi, dari kejahilan dan kebodohan mereka, orang-orang ingkar yang mempersekutukan Tuhan dalam berbagai macam dan bentuk—dan malahan begitu jauh. Sehingga, mereka memindahkan
pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan syirik mereka kepada Tuhan. Mereka mengatakan dengan sombong dan tanpa malu bahwa bila Tuhan menghendaki, mereka pasti tidak akan menyembah berhala. Dalih demikian adalah bertentangan dengan kecerdasan dan pikiran sehat manusia dan tidak Kitab Suci yang mendukungnya.

Penyebab hakiki keingkaran orang-orang yang tidak beriman ini terletak pada kecongkakan dan keangkuhan mereka; sebab, Alquran, demikian dikatakan mereka, tidak pernah diturunkan kepada orang-orang besar. Sebagai jawaban kepada kesombongan orang-orang ingkar, yang menganggap diri mereka paling unggul, mereka mendapat teguran keras bahwa apa yang mereka katakan kebesaran itu tidak ada artinya pada pandangan IIahi.

Sekiranya bukan karena pertimbangan bahwa dengan lenyapnya kesenjangan atau ketidakseimbangan dalam kekayaan, pangkat, dan kedudukan, tertib masyarakat mustahil bisa terjamin dan pasti akan menimbulkan kekacauan; niscaya, Tuhan memberikan kepada orang-orang kufur berton-ton emas dan perak begitu banyaknya sehingga bahkan tangga rumah mereka pun akan terbuat dari emas. Sebab, benda itu bukan apa-apa dalam pandangan Ilahi.

Muka Ḥaḍrat Nabi ‘Īsā a.s.
di kain kafan turin;
pic: sexysatan.blogspot.com;
lihat: TombOfJesus.com.
Seperti dinyatakan di atas, maka pembahasan utama surah az-Zukhrūf  ini ialah pencelaan atau kritik keras terhadap kemusyrikan (polytheisme). Tetapi, sementara Alquran mengutuk polytheisme, Alquran menghormati Ḥaḍrat Nabi ‘Īsā a.s.—yang menurut orang-orang Kristen adalah yang menjadi tujuan ibadah—sebagai seorang rasul Tuhan yang agung dan mulia. Dan, Alquran menambahkan bahwa beliau berseru kepada kaum beliau untuk beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tapi, mereka melalaikan ajaran beliau dan malahan mempertuhankan beliau sendiri. Maka, kesalahan itu terletak pada mereka, bukan terletak pada beliau.

Surah az-Zukhrūf ini berakhir dengan pembahasan singkat, tetapi jelas lagi meyakinkan, tentang monotheisme.[]

Surah Az-Zukhrūf—surah yang ke-43 dalam Alquran; diturunkan pada tahun sebelum Ḥaḍrat Rasūlu'l-Lāh saw. hijrah; 90 ayat termasuk dengan basmalah; 7 ruku.