[Regional.Kompas.com] Sulawesi Selatan-WAJO: Bayi Hydrocephalus Ditinggal Orang Tua

From: SunnyDate: 2012/5/10

Refl.: Di setiap sudut kota dan desa di NKRI terdapat rumah ibadah untuk menyelamatkan umat dari roh jahat dan dosa untuk kelak tidak masuk neraka tetapi surga yang penuh kelimpahan, demikian kepercayaan yang diharuskan kepada warganegara NKRI. Tetapi untuk menyelamatkan dan menyehatkan bayi dari penderitaan seperti pada gambar dan artikel di bawah ini tidak ada, karena keluarganya miskin. Ini bukan pertama kali keadaan demikian bagi keluarga tidak berada ditolak, malah sering terjadi. Jadi apa faedahnya NKRI? Untuk penguasa tukang copet dan bandit?
 
Sebagai catatan bahwa pelayanan kesehatan di Cuba tidak ada perbedaan karena isi dompet guna mendapat pelayanan kesehatan, semuanya gratis. Malah dokter-dokter mereka bekerja dalam ramah solidaritas internasional di 66 negara. Ketika gempa di Jawa Tengah 27 Mei 2004, Cuba mengirim team bantuan dari 140 dokter dan jururawat dengan 2 rumah sakit lapangan (field hospital).
 
Untu informasi silahakan lihat rumah sakit di India, click : http://www.aljazeera.com/programmes/indianhospital/
 
--
http://regional.kompas.com/read/2012/05/08/0921079/Bayi.Hydrocephalus.Ditinggal.Orang.Tua
 
Abdul Haq | Glori K. Wadrianto | Selasa, 8 Mei 2012 | 09:21 WIB

KOMPAS.com/ABDUL HAQ Nurul Ariqah Yusriani, balita (4) asal Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan masih terus terbaring lantran penyakit hydrocephalus yang menggerogotinya dan tak kunjung tertangani medis. Selasa,(08/05/2012)

WAJO, KOMPAS.com - Nurul Ariqah Yusriani, seorang bayi berusia empat tahun asal Dusun Impaimpa, Desa Pakanna, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, menderita hydrocephalus, yang berujung pada perceraian kedua orang tuanya. Hari-hari sulit sang bayi kini dilalui dengan perawatan dari sang nenek.

Sitti Hadijah, sang nenek yang seorang diri merawat cucu mungilnya ini telah mengupayakan berbagai jalan demi kesembuhan, namun terbentur masalah biaya. Ditemui di rumahnya, Selasa (8/5/2012), Nurul masih terlihat terbaring lemah.

"Saya bawa ke Makassar untuk dioperasi, tapi karena biayanya Rp 20 juta, jadi saya disuruh dulu pulang urus Jartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sampai di sini katanya tidak ada lagi pengurusan kartu Jamkesmas, makanya saya kembali ke Makassar, tapi tetap ditolak," kata Sitti Hadijah sambil menangis.

Tak mau putus asa, dan sempat mendengar soal adanya layanan kesehatan gratis, Hadijah sempat membawa cucunye ke Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. "Tapi tidak ada yang mau terima saya di sana," ujar lirih.

Kini, Nurul hanya mendapatkan perawatan seadanya di rumah neneknya. Nenek balita malang ini juga mengharapkan uluran tangan dari para dermawan agar bisa menanggung biaya operasi cucunya.[]