[BLOG] [PREVIEW] Jeruji Perempuan di Ruang Publik


Ruang publik tidak selamanya nyaman bagi perempuan. Ruang publik acapkali menempatkan perempuan dalam kondisi keterpaksaan. Serangkaian norma, peraturan hingga alasan religius secara sadar atau tidak telah menjadi jeruji bagi perempuan. Bukan berarti jeruji keterpaksaan itu selalu menyiksa. Ada pula perempuan yang berserah dan lantas menikmati saja keterpaksaannya di ruang publik. Untuk merespon isu ini Komunitas Salihara akan menyelenggarakan acara pemutaran dua film dokumenter dan diskusi pada hari Rabu 7 Desember 2011 pukul 16.00 dan 19.00.

Film Atas Nama karya Abduh Aziz (Indonesia) dan Aku Siapa? karya Yati Kaprawi (Malaysia) membidik fenomena perempuan dan ruang publik beserta batasan-batasan berbuah keterpaksaan itu. Yati Kaprawi menyodorkan fakta tentang para perempuan di Malaysia dan fenomena tudung (jilbab). Tentang bagaimana sosok perempuan negeri jiran secara masif diberondong ide-ide yang merujuk pada nilai religius agar mengenakan kerudung di ruang publik dan kemudian sebagian di antaranya malah menanggalkan kerudung Yati rangkum dalam film berdurasi 55 menit berjudul Aku Siapa?. Yati juga menyentuh pemaknaan Islam yang bergeser menjadi alat politik dan bersinggungan hingga menggerus budaya Melayu di Malaysia.

Film yang sudah 20 kali diputar di berbagai wilayah Malaysia ini memantik pro dan kontra. Yati dianggap anti-Islam. Di lain pihak, Yati dianggap menyuarakan suara-suara perempuan yang merasa terkekang.

Beda lagi dengan Film Atas Nama. Film karya Abduh Aziz yang berdurasi 40 menit ini juga menyuguhkan singgungan antara perempuan dan ruang publik beserta aturan bagi perempuan dengan tidak menyentuh fenomena jilbab. Korban salah tangkap di Tangerang atas dasar Perda perempuan tak boleh di jalanan saat malam, kekerasan terhadap perempuan pasca penerapan Syariah Islam dan kekerasan pada jamaah perempuan Ahmadiyah terdokumentasikan dalam film hasil kerjasama dengan Komnas Perempuan ini.

"Walau tidak sama, dua film ini menunjukkan persamaan atas adanya kontrol bagi perempuan di ruang publik," ujar Nong Darol Mahmada. Aktivis perempuan ini menjadi pembicara dalam diskusi Perempuan dan Ruang Publik pada Rabu (07/12) pukul 19.00 di Salihara. Nong melihat adanya kontrol sedemikian rupa yang sering tak dirasakan perempuan itu sendiri di ruang publik. Kontrol tersebut bermula dari ketidakpahaman orang banyak bahwa bagi perempuan, ruang publik dan privat pada dasarnya sama dan ruang publik sudah seharusnya nyaman bagi perempuan dan laki-laki tanpa kekangan.

"Apakah perempuan yang berada di jalan saat malam adalah pelacur? Tentu tidak. Jika kemudian keberadaan perempuan saat malam di jalan diidentikan sebagai pelacur dan ketentuan itu dibuat menjadi Perda, tentu itu bermasalah," kata Nong.

Sebelum diskusi, film Atas Nama dan Aku Siapa? Diputar pada pukul 16.00 di hari yang sama. Diskusi dan pemutaran film mengambil tempat di Serambi Salihara.(*)

Hendromasto, Salihara

-------------------------------------------------------------------------

Pemutaran Film dan Diskusi
Perempuan dan Ruang Publik
Serambi Salihara | Rabu, 7 Desember 2011
Terbuka untuk umum | Pendaftaran selambatnya 06 Desember 2011 melalui email: daftar@salihara.org

Pemutaran Film
Rabu, 07 Desember 2011, 16:00 WIB

Atas Nama
Sutradara: Abduh Aziz (2010, 40”)
Bahasa Indonesia, teks bahasa Inggris

Aku Siapa?
Sutradara: Norhayati Kaprawi (2011, 55”)
Bahasa Malaysia, teks bahasa Inggris

Diskusi
Rabu, 07 Desember 2011, 19:00 WIB
Perempuan dan Ruang Publik
Pembicara: Norhayati Kaprawi (peneliti dan pembuat film dokumenter Malaysia) & Nong Darol Mahmada (aktivis)

http://salihara.org/community/2011/12/05/jeruji-perempuan-di-ruang-publik