Khotbah Jumat Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah Tanggal 21 Oktober 2011

Khotbah Jum’ah Imam Jemaah Muslim Ahmadiyah

Sayyidina Amirul Mukminin

Hadhrat Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad atba.

(Mesjid «Baitu 'l-Futuĥ» London, Inggris Raya—Jumat, 21 Oktober 2011)

Setelah mengucap tasyahud, ta’awud, dan tilawat QS Al-Fâtiĥah, Hudhur atba. bersabda:

LEBIH DARI satu bulan lamanya saya telah mengadakan lawatan ke beberapa negara di Eropa, di antaranya Jerman, Norwegia, Belanda, Denmark, dan Belgia.

Dengan karunia Allah swt., selama dalam lawatan itu, setiap waktu, kita menyaksikan banyak sekali karunia turun dari Allah swt.. Seperti biasanya, di mana pada jemaah-jemaah pun tampak pemandangan teladan keimanan, keikhlasan, dan kesetiaan para warga Jemaah. Di sana, dengan karunia Allah swt., ada suasana pengaruh Jemaah terhadap orang-orang non Islam dan usaha Jemaah meningkatkan serta menegakkan rabtah (Arab: رَبِطَه «ra·bi·tha·h»; jaringan, silaturahmi, pergaulan, atau kerjasama—Ed.) dengan orang-orang non Islam. Dan, perhatian mereka yang sangat tertarik terhadap Islam pun tampak lebih maju dari sebelumnya. Maka, itu semuanya merupakan karunia khusus Allah swt..

Bila setiap langkah Jemaah bergerak ke arah kemajuan, hasil perkenalan Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. dan penyebaran amanat beliau yaitu Islam hakiki yang sedang sampai kepada dunia sedang banyak kita peroleh, melebihi kekuatan ikhtiar kita. Kebenaran Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. ini semakin memperkuat iman para Ahmadi. Jika hanya mengandalkan usaha manusia, maka keadaan duniawi kita merupakan sebuah Jemaah kecil yang tidak akan ada orang mau memperhatikannya. Jadi, semua perhatian dunia kepada Jemaah Ahmadiyah dan kemajuan-kemajuan yang tengah diperolehnya adalah bukti kesempurnaan janji-janji Tuhan yang tampak kepada kita.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa banyak sekali janji Allah swt. yang demikian besar tentang jemaah kita. Suatu akal manusia atau visi atau sarana-sarana duniawi tidaklah dapat menyampaikan janji-janji itu kepada kita. Orang-orang yang menentang kita menganggap bahwa menurut pendapat mereka dan secara duniawi mereka menganggap, kita ini tiadalah lain sebuah organisasi duniawi sebagaimana pada masa ini kebanyakan orang-orang Islam atau kebanyakan ulama mereka pun mengira Jemaah Ahmadiyah ini barangkali sebuah tatanan duniawi. Dan dengan berbagai macam cara, mereka mencemarkan atau memburuk-burukkan nama baik pendiri Jemaah Ahmadiyah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.. Beliau dipanggil dengan berbagai macam sebutan sekehendak hati mereka. Dan, hal itu membuat hati kita tersinggung sekali.

Walhasil, anggapan apa pun yang mereka kemukakan, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Saya tahu bahwa yang telah mendirikan silsilah Ahmadiyah ini adalah Allah swt.. Dan semata-mata berkat karunia-Nya, jemaah ini sedang tumbuh berkembang.”

Sesungguhnya, selama tidak ada kehendak Allah swt., suatu kaum apa pun tidak bisa maju. Dan tidak pula ia bisa berkembang. Akan tetapi, apabila Allah swt. menghendaki maka kedudukan kaum itu laksana sebutir biji. Sebagaimana sebutir benih, pada permulaannya tidak ada orang yang dapat memahami perkembangan dan kesan-kesan pertumbuhannya. Tentang perkembangan kaum ini pula, mereka menganggap tidak mungkin terjadi. Jadi, jemaah ini adalah jemaah Allah swt..

Tampak kepada kita bahwa setiap waktu pertolongan Allah swt. ada bersama jemaah ini. Karena melihat kemajuan jemaah ini, hati para ahli dunia dan para penentang Ahmadiyah makin terbakar. Oleh sebab itu, sekarang, perlawanan mereka semakin gigih dan kejam terhadap Ahmadiyah.

Pada khotbah jumat yang lalu, saya telah ingatkan juga ke arah situasi seperti ini. Namun, sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sabdakan, “Telah menjadi kehendak Allah swt. bahwa jemaah ini akan maju dan kemenangan Islam akan dicapai melalui jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini; dan ini semua akan sempurna—insyâ' Allâh! Semua upaya para penentang dan permusuhan mereka akan sia-sia. Dan, orang-orang berfitrah suci akan masuk ke dalam pangkuan Jemaah ini—insyâ' Allâh!”

Sebagaimana biasa, setelah kembali dari lawatan ke luar negeri saya menjelaskan dengan ringkas keadaan dan situasi selama dalam lawatan tersebut. Laporannya secara rinci akan dimuat di dalam tabloid Al-Fadhl (الفضل). Namun, akan saya sampaikan beberapa hal secara ringkas pada khotbah ini. Sebagaimana karunia Allah swt. turun dalam berbagai bentuk, beberapa penjelasan tentang itu akan saya sampaikan juga dengan ringkas.

SELAMA LAWATAN pertemuan dengan warga-warga Ahmadi, di mana saja selalu membawa banyak sekali faedah. Terhadap orang-orang non Islam atau orang-orang duniawi yang sedang mempunyai perhatian penuh terhadap Islam, pun membawa banyak faedah. Pada waktu pertemuan dengan mereka itu, terdapat kesempatan untuk menjelaskan gambaran Islam yang sebenarnya kepada mereka. Kebanyakan orang-orang terpelajar dan para politisi maupun para pejabat pemerintah menganggap, semoga, demi faedah urusan duniawi atau demi meningkatkan kebaikan lingkungan masyarakat, para Ahmadi menyampaikan amanat persahabatan dan memperlihatkan teladan Islam yang indah terhadap orang-orang yang dijumpai pada lingkungan mereka masing-masing.

Pada banyak tempat, saya merasa bahwa mereka itu ingin mendengar langsung dari saya “Apa Ahmadiyah itu?” sekalipun sebelumnya telah ada orang yang menjelaskannya kepada mereka. Demi kepuasan hati, mereka ingin mendengar penjelasan langsung dari saya. Maka, berkat pertemuan-pertemuan dengan orang-orang non Islam itu, selain banyak hal-hal yang sangat berfaedah dan kesempatan memperluas rabtah dengan mereka, juga mendapat peluang emas untuk mengklarifikasi berbagai syak-wasangka atau keraguan tentang keindahan ajaran Islam terutama kepada para tamu terhormat dari berbagai lapisan.

Sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya bahwa dengan karunia Allah swt., Jemaah Ahmadiyah Jerman sedang berusaha secara khusus untuk memperluas ruang lingkup pertablighan mereka. Sekarang, usaha dan upaya mereka di bidang tabligh jauh lebih maju dari sebelumnya. Itulah sebabnya amanat Islam dan perkenalan Islam dan Jemaah Ahmadiyah sedang disampaikan sangat luas sekali pada kalangan negara bangsa Jerman.

Pada kesempatan lawatan ini pun, mereka telah menyelenggarakan pertemuan di kompleks mesjid dengan kebanyakan rabtah dari kalangan para cendekiawan atau orang-orang terpelajar. Bahkan, patut diberitahukan bahwa dua orang guru besar universitas di Frankfürt datang untuk bermulaqat. Para pemuda kitalah yang bersemangat mengurus untuk mulaqat mereka dengan saya.

Dengan karunia Allah swt., saya lihat di Jerman, sejak lama terdapat kesadaran sangat tinggi pada kalangan para pemuda kita. Mereka mempunyai rabtah sangat luas sekali dengan berbagai kalangan masyarakat, dari tingkat paling bawah sampai tertinggi. Dengan sendirinya, perhatian mereka terhadap tabligh sangat besar sekali. Bagaimanapun sekarang, saya akan jelaskan peristiwa beberapa pertemuan dan di manapun telah dilaksanakan program-program Jemaah. Kisahnya akan saya jelaskan juga.

DUA ORANG guru besar universitas di Frankfürt datang untuk mulaqat dengan saya. Keduanya menyandang gelar doktor filsafat, guru besar Studi Islam di universitas tersebut. Selain menguasai bahasa Arab dengan fasih, mereka itu memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang agama Islam. Salah seorang di antaranya spesialis dalam bahasa Turki. Subyek yang kedua guru besar kuasai itu adalah sejarah Islam. Itulah sebabnya pembicaraan dengan mereka dimulai dengan masalah sejarah Islam. Dianjurkan kepada mereka untuk memperluas pengetahuan sejarah Islam dengan banyak membaca buku-buku sejarah Islam modern, namun jangan membaca buku-buku yang ditulis oleh para ahli sejarah yang banyak terpengaruh gaya tulis para ahli sejarah Barat. Melainkan, bacalah buku-buku sejarah yang ditulis oleh para ahli sejarah Arab yang betul-betul otentik, mahir, serta kompetitif. Begitu pula buku para ahli sejarah lain serta kitab hadis-hadis yang terkait dengan sejarah perlulah ditelaah.

Demikian pula halnya buku Sirâtu 'n-Nabî karya Hadhrat Mirza Basyir Ahmad r.a.. Sebagiannya sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris—perlu dibaca. [Hudhur atba. mengatakan kepada mereka], “Anda akan tahu apa dan bagaimana sirat telah dijelaskan dan beberapa macam tuduhan juga telah disediakan jawaban-jawabannya.”

Semoga, sebagian terjemahan lainnya dapat segera diselesaikan. Buku itu sangat baik sekali bagi orang-orang yang—sambil menelaah sejarah—sedikit banyak ingin mendapat jawaban terhadap tuduhan-tuduhan yang dilemparkan terhadap Islam.

Akhirnya, saya telah katakan kepada mereka bahwa kita akan menyimpan buku Tafsir Alquran [sebanyak] lima jilid dalam bahasa Inggris dan juga buku Sirâtu 'n-Nabî yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris di dalam perpustakaan universitas mereka. Saya anjurkan kepada mereka untuk menyaksikan siaran MTA juga, sebab berkat menyaksikan siaran MTA itu, banyak sekali orang-orang berfitrah suci memperoleh pengetahuan tentang ajaran Islam hakiki.

Mereka bertanya apakah Jemaah Ahmadiyah pernah berdiskusi dengan para guru besar Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir? Saya katakan kepada mereka bahwa beberapa tahun silam, dialog dengan beberapa guru besar universitas itu berjalan terus. Kemudian, para petugas Seksi Bahasa Arab (Arabic Desk) kita telah mempersiapkan sebuah buku, lalu disampaikan kepada mereka. Namun, oleh karena hati mereka itu keras, [mereka] tidak bersedia menerima keterangan dari kita. Akan tetapi, orang yang bertabiat suci, jika membaca buku itu, pasti terbukalah hati mereka.

Bagaimanapun, perbincangan dengan kedua orang guru itu cukup lama dan panjang. Kemudian mereka pamit sambil membawa kesan-kesan yang sangat baik.

DI KOTA Frankfürt, saya telah mendapat kesempatan untuk meletakkan batu pertama dua buah mesjid yang terletak pada pertengahan jarak dua mesjid yang jaraknya seratus limapuluh kilometer dan sebuah lagi kira-kira delapanpuluh kilometer.

Pada kesempatan peletakan batu pertama tersebut, pada salah satu mesjid itu, seorang wakil Walikota telah datang sebagai tamu undangan. Pada saat itu, beliau memberi sambutan dan saya juga menyampaikan sedikit ucapan berkenaan dengan pembangunan mesjid.

Setelah itu, di tengah suasana perbincangan, beliau berkata, “Saya dengar bahwa menurut agama Islam, orang-orang non Islam jika membaca atau membuka-buka kitab suci Alquran adalah dosa.”

Perhatikanlah! Di negara-negara maju—dan juga di Eropa, pandangan seperti itu tetap bertahan. Maka, saya tanya balik kepada beliau, “Siapa yang berkata demikian? Baru saja, Anda telah mendengar seseorang membaca Alquran dan terjemahnya juga telah dibacakan. Hadhrat Rasulullah saw. telah datang untuk seluruh dunia. Dan melalui beliau, Allah swt. telah mengumumkan bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia. Dan Alquran, adalah ‘kasih dan peyembuh’ bagi manusia yang berfitrah suci.

“Apa yang Anda dengar itu adalah sungguh keliru. Kami akan menghadiahkan terjemah Alquran di dalam bahasa Jerman kepada Anda. Maka, kajilah Alquran ini oleh Anda.”

ITULAH ANGGAPAN tentang ajaran kitab suci Alquran. Hingga kini, anggapan seperti itu masih dipercayai oleh sekelompok orang-orang Islam [pada umumnya] di beberapa daerah. Dan, orang-orang Ahmadi yang sedang giat berusaha menerbitkan Alquran, mereka (sekelompok orang-orang Islam tertentu—Ed.) itu berusaha untuk menghalang-halanginya.

Saya akan menceritakan tentang sebuah pameran kitab suci Alquran yang diselenggarakan Jemaah Ahmadiyah di kota Delhi, India. Pameran itu besar sekali dan lokasinya pun sangat baik, dihiasi dengan cara yang sangat rapi dan demikian indah tentang ajaran kitab suci Alquran. Para pemeluk Hindu, Sikh, Kristen dan Islam yang terpelajar pun berdatangan untuk menyaksikannya.

Pameran diselenggarakan selama tiga hari. Akan tetapi, selama dua hari, orang-orang yang menamakan diri ulama, membuat kegaduhan dan kekacauan, serta mendesak para petugas dengan keras agar pameran itu ditutup. Akhirnya, para aparat pemerintah cepat mengambil kebijakan demi mencegah terjadinya kerusuhan. Para petugas meminta kepada Jemaah agar menutup pameran tersebut pada hari ketiga.

Di sana, media cetak memuat besar-besar berita tentang pameran tersebut dan mereka sangat memuji keindahan pameran yang baru mereka saksikan itu. Dan mengenai ajaran-ajaran Alquran dan hikmah-hikmahnya, mereka berkata, “Sekarang kita baru tahu pameran ini.”

Para muslim terpelajar pula sangat memuji terselenggaranya pameran itu dan sangat terkesan. Mereka mengatakan bahwa tidak pernah ada pameran sebelum ini yang menyajikan ajaran-ajaran Alquran yang indah seperti ini. Akan tetapi, banyak juga para muslim yang beranggapan keliru seperti tersebut di atas sehingga kita pun merasa heran.

DUA-TIGA hari yang lalu saya menerima sepucuk surat dari Pakistan. «Katanya, saya pergi ke rumah seorang kawan non Ahmadi untuk takziyah. Di sana banyak orang-orang bercerita; katanya, seorang teman berkata, “Saya dengar cara masuk Jemaah Ahmadiyah itu begini: Sebelum masuk Ahmadiyah orang ditutup di dalam sebuah kamar, di sana sebuah Alquran diletakkan di atas sebuah lemari. Orang itu disuruh mendorong dan menggoyang lemari itu. Jika Alquran itu jatuh, maka anggaplah orang itu telah menjadi seorang Ahmadi yang tulen.”»

Itu hanyalah anggapan manusia yang betul-betul dusta. Apa yang dapat dilakukan terhadap pendusta seperti itu selain laknat Allah swt. turun kepadanya. Demikianlah orang-orang itu telah menjadikan kaum ini dungu, mereka tidak memiliki kemampuan berpikir, sekalipun mengenai diri mereka sendiri. Itulah cerita tentang seorang Jerman yang sedang saya sampaikan.

Saat tinggal di Jerman—sebagaimana Anda pun telah menyaksikan siarannya melalui MTA, organisasi Khuddam, Athfal, dan Lajnah Imaillah (LI) menyelenggarakan ijtima (jambore) mereka. Saya pun sengaja mengikuti sebagian acara-acara mereka. Dengan karunia Allah swt., lawatan saya di sana dan kehadiran saya di dalam ijtima mereka mendapat banyak sekali berkah Allah swt..

Untuk pertama kali, saya mendapat peluang untuk menyampaikan beberapa nasihat kepada atfhal di dalam ijtima mereka. Di sana pulalah saya mulai menerima surat-surat dari mereka yang mengatakan bahwa “Kami akan berusaha mengamalkan apa-apa yang telah dinasihatkan Hudhur. Hudhur, berdoalah untuk kami agar Allah swt. memberi taufiq kepada kami.”

Beberapa misal yang perlu dijaga telah saya kemukakan kepada mereka, di antaranya tentang penggunaan telepon seluler, duduk lama di muka televisi, dan keasyikan berinternet. Kadangkala anak-anak asyik tenggelam dengan internet. Setelah mendengar nasihat-nasihat tentang itu semua, mereka telah berjanji untuk menghindari penggunaan yang berlebihan dan kekeliruan kedua jenis piranti tersebut.

Yang paling utama harus dipegang adalah pengendalian diri. Segala perbuatan harus ada batasnya. Jangan melampaui batas. Harus seimbang. Orang-orang dewasa mesti paham bahwa anak-anak harus menggunakan setiap alat-alat yang diperkenankan itu secara bijak, jangan melampaui batas; sekalipun, itu untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik dan diperbolehkan. Jangan sekali-kali tertarik oleh hal-hal yang keliru dan terlarang. Maka, jika spirit seperti itu tertanam di dalam hati anak-anak serta para pemuda kita, tentu masa depan anak-anak dan juga masa depan para pemuda akan terpelihara. Dan efek baiknya dari itu, tarbiyah Jemaah pun akan mengalami kemajuan.

Demikian halnya, Majelis Khuddamul Ahmadiyah telah memperlihatkan reaksi yang sangat baik terhadap nasihat-nasihat yang telah saya sampaikan kepada mereka. Semoga Allah swt. memberi taufiq kepada mereka untuk mengamalkannya secara tetap dan berterusan. Dan semoga, Allah swt. melimpahkan ganjaran-Nya kepada mereka-semua. Sebab, mereka telah menyambut secara sepontan sambil mengucap labbaik terhadap nasihat-nasihat yang telah saya sampaikan kepada mereka.

Program LI juga berjalan sangat baik sekali dan sudah saya jelaskan sebelumnya. Akan tetapi, satu hal yang ingin saya sampaikan kepada LI di sana—bahkan kepada segenap warga LI di seluruh dunia—bahwa merujuk kepada sebuah khotbah saya, seorang warga LI telah menulis surat kepada saya, katanya, di dalam ruangan utama suasananya sangatlah baik dan tenang sekali sehingga khotbah dapat didengar dengan baik dan tenang. Akan tetapi, pada ruang di mana ibu-ibu dan anak-anak duduk terpisah, suasananya tidak sama. Kadang tenang, kadang riuh sekali. Ibu-ibu yang duduk agak jauh dari tempat anak-anak itu, mendengar anaknya berbuat gaduh, langsung melarangnya dengan suara nyaring “jangan berisik!”

Sebetulnya, para warga LI yang telah mempunyai tempat duduk ada di dalam hall yang terpisah. Apabila melarang anaknya “jangan berisik!”, cukup hendaknya dengan menggunakan isyarat kepada anak tersebut. Hindari penggunaan suara keras. Mereka harus menaruh perhatian penuh kepada acara yang tengah disampaikan dalam saat tersebut. Ruangan terpisah itu telah diberikan kepada LI bukan untuk duduk bercakap-cakap atau untuk mengobrol dengan sesama mereka sehingga membuat suasana gaduh. Di masa mendatang, hal ini harus mendapat perhatian penuh dari LI. Dan, para panitia pun harus menaruh perhatian khusus terhadap kedua lokasi LI dan Athfal ini.

DI FANKFÜRT pun, selama lawatan lebih kurang dua minggu lamanya, telah diselenggarakan program-program Jemaah lainnya. Setelah itu, dari sana, [saya] pergi menuju Norwegia.

Sebagaiman Anda semua telah mendengar di dalam khotbah bahwa di Norwegia telah diresmikan sebuah mesjid—syâ' Allâh! Mesjid itu sangat indah sekali. Banyak saudara-saudara kita dari [Inggris Raya] sini pun telah pergi ke sana dan telah menyaksikan keindahan mesjid tersebut. Dan Mesjid itu besar sekali. Dan Mesjid itu bukan hanya terbesar dari seluruh mesjid di Eropa Utara, bahkan merupakan mesjid terbesar kedua di Eropa setelah mesjid «Baitu 'l-Futuĥ» di Inggris Raya. Sedangkan jemaah di sana masih kecil sekali. Namun, setelah melihat mesjid itu, timbul kesan di dalam hati bahwa jemaah di sana musti besar sekali. Atau, jemaah di sana pasti jemaah yang orang-orangnya sangat kaya-raya. Akan tetapi, kedua perkiraan ini tidaklah benar. Sesungguhnya, Jemaah [Ahmadiyah] ini bukanlah jemaah besar dan bukan pula jemaah yang orang-orangnya sangat kaya-raya, banyak harta. Sekadar kesan yang timbul, dan memang perlu timbul kesan demikian.

Tanah Mesjid ini telah dibeli pada zaman Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h.. Pada waktu itu, [Jemaah Ahmadiyah] Pusat telah mengirimkan bantuan [dana] ke sana sejumlah lima ratus ribu poundsterling. Setelah itu, dikatakan kepada jemaah di sana, “Dirikanlah mesjid ini dengan kekuatan dan sarana dari kalangan sendiri!”

Dan sejak tahun 2003, saya mulai mengingatkan mereka untuk membangun mesjid itu. Akan tetapi, Jemaah [Ahmadiyah] Norwegia tidak berbuat apa-apa. Kadangkala, setelah selesai menghadapi suatu masalah, timbul lagi masalah baru lainnya.

Mereka juga sering menyusahkan hati saya terkait program mendirikan mesjid ini. Sehingga, saya berkata kepada mereka, “Sekarang, apa yang Anda-semua ingin lakukan, lakukanlah itu! Jika tidak mampu membangun mesjid yang besar, bangunlah mesjid yang kecil saja, atau ambillah sebidang tanah lain untuk membangun mesjid yang kecil itu.”

Kemudian, jemaah di sana sempat berpikir untuk menjual tanah mesjid itu, namun banyak yang menentang agar tanah itu jangan dijual. Namun, akhirnya diputuskan bahwa karena tanah itu sangat baik sekali dan lokasinya sangat strategis dan menguntungkan, terletak di tepi jalan menuju bandara. Tanahnya sangat baik dan tinggi. Oleh sebab itu, tanah ini jangan dijual.

Maka, takutlah kepada Tuhan, apa yang telah diniatkan, apa yang telah direncanakan dengan tekad yang teguh, pada suatu waktu usahakanlah untuk menyempurnakannya. Dengan cara demikianlah mereka telah diingatkan agar mampu menunjukkan teladan baik terhadap putra-putri mereka. Sehingga mereka menjadi keturunan yang selalu mendoakan leluhurnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hal ini merupakan salah satu segi keindahan dari jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa mereka telah mendengar nasihat ‘khalifahnya yang sekarang’ (Khalifah-i-waqt) dan berusaha mengamalkan dan menyempurnakannya. Dan mulailah timbul gelora semangat dalam hati mereka. Itulah sebabnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Kita sangat kagum dan heran melihat keikhlasan dan kesetiaan para warga jemaah.”

Pada 2005, ketika saya pergi ke sana, kebetulan Shalat Jumat dilaksanakan di sana dan sebuah hall yang disediakan di situ untuk shalat jumat terletak berdampingan dengan petak tanah bangunan mesjid tersebut. Pada waktu itu, saya ingatkan mereka sambil berkata bahwa—insyâ' Allâh memang, mesjid pasti akan dibangun. Bukan satu-dua buah akan dibangun di negeri ini, melainkan mesjid akan dibangun di setiap penjuru negeri ini. Semata-mata takdir Allah swt. bahwa jemaah-Nya sudah tersebar di negeri ini. Akan tetapi, ingatlah, jika sekiranya tanah ini dijual, nanti anak-keturunan Anda sering melewati tempat ini, akan berkata, “Dahulu di zaman leluhur kita, tanah yang indah dan strategis ini telah dibeli, kemudian dilepaskan lagi oleh tangan mereka.”

Ketika jemaah Norwegia telah mulai bergerak maju dan mata mereka terbuka setelah menerima nasihat berupa teguran, maka mereka pun telah mulai menunjukkan keteladanan di dalam semangat pengorbanan mereka.

Ceritanya cukup panjang mengenai pengorbanan mereka itu, sebagian pun telah saya uraikan dalam khotbah jumat di Norwegia. Dan lebih kurang seratus juta kron-Norwegia atau setara duabelas juta poundsterling-Inggris telah mereka persembahkan untuk pembangunan mesjid tersebut. Orang-orang Jemaah di sana bukan orang-orang yang sangat kaya-raya. Namun, ketika mereka digerakkan ke arah kewajiban untuk berkorban, maka hati mereka segera tergugah dan berpikir «keteladanan apa yang harus mereka wariskan bagi generasi penerus mereka?».

Semangat mereka ini sifatnya bukan sementara melainkan sejalan dengan semangat yang sudah lama tertanam sangat dalam pada keikhlasan kalbu orang-orang Ahmadi yang sejati. Saat semangat mereka ini sifatnya sementara, tentu setelah satu tahun berlalu, mereka akan merasa lelah atau penat, kemudian berhenti sampai di situ. Sekalipun, pada suatu waktu para petugas administrasi pernah mengalami gelisah, lalu menulis surat kepada saya melaporkan apa yang terjadi. Tetapi, dengan teguran sekali saja, mereka segera bangkit kembali.

Akhirnya, setelah lima atau enam tahun pengorbanan mereka berjalan, di sana, sebuah mesjid paling besar dan sangat indah telah selesai dibangun. Padahal, jumlah warga jemaah di sana hanya delapan ratus hingga sembilan ratus orang saja.

Sebagaimana saya katakan bahwa mesjid itu terletak pada tepi jalan raya yang menghubungkan bandara dengan kota besar, sehingga dari jarak jauh pun tampak pemandangan mesjid yang sangat indah. Perdana menteri negara itu pun mengakui bahwa mesjid itu menambah keindahan pemandangan di kawasan tersebut. Setiap hari, kira-kira delapanpuluh sampai sembilanpuluh ribu buah kendaraan hilir mudik melewati jalan raya itu dan para pengendara tentu dapat melihat dengan jelas mesjid tersebut.

Pada suatu ketika, tampak beberapa warga Jemaah [Ahmadiyah] Norwegia mengeluh atau mereka mencari-cari alasan apakah dalam tempo sepuluh tahun mesjid ini mampu dibangun atau tidak. Di antara mereka ada beberapa orang yang menyampaikan alasan tentang kesulitan-kesulitan pribadi. Namun, sekarang, semangat mereka bergelora kembali, bahkan mereka ingin membangun mesjid lagi di sebuah kota bernama Kristiansand. Jemaah di sana masih kecil. Anggotanya belum ramai. Namun mereka bermaksud untuk membangun mesjid di sana. Untuk pembangunan mesjid itu pun diperlukan banyak sekali biaya. Dan di Norwegia, harga barang-barang keperluan sangat mahal. Saya katakan kepada mereka, “Sebuah mesjid besar baru selesai dibangun, bagaimana Anda akan mulai membangun sebuah mesjid lagi?”

Sekarang—syâ' Allâh(!), semangat dan ketegasan mereka sangat meningkat, baik para Anggota maupun para Pengurus Jemaah berkata kepada saya, “Insyâ' Allâh—kami akan membangun mesjid di sana. Allah swt. akan menurunkan karunia-Nya kepada kami—insyâ' Allâh!

Demikianlah semangat dan kehendak (iradah) kuat yang tertanam dalam hati para Ahmadi di sana: «Sekali beriradah tidak ada yang mampu menghalanginya. Jika niat tersebut baik, maka semua penghalang akan tersingkir. Semua penghalang akan hilang sirna. Semua ini timbul bukan disebabkan oleh keistimewaan seseorang atau beberapa orang warga Jemaah, melainkan semata-mata karunia Allah swt. menyertai mereka. Allah swt. menurunkan berkah-berkah-Nya sehingga hati manusia bertambah ikhlas dan semangat». (Aamiin!).

Dan, hal itu semua menjadi bukti sempurnanya janji-janji Allah swt. terhadap Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.. Allah swt. telah berfirman kepada beliau, “«Yaŋ-shuruka rijaalunnuhi ilaihim mina's-Samaa'i»”yakni, banyak sekali orang akan menolong engkau yang kepada mereka Kami turunkan wahyu dari Langit. (Aamiin!).

Jadi, apabila niatnya baik dan bersih, kemudian dibantu dengan banyak doa, maka Allah swt. pun akan membuka hati mereka, sehingga mereka setiap waktu siap-sedia untuk menolong. Pekerjaan untuk mengembangkan misi Hadhrat Masih Mau’ud a.s., pekerjaan untuk menyempurnakan iradah beliau, yaitu untuk mendekatkan Islam kepada dunia adalah: «Dirikanlah Mesjid! Para pendiri mesjid-mesjid dan orang-orang yang beribadah hendaknya menjadi pengamal hukum-hukum dari Allah swt. dan Hadhrat Rasulullah saw.. Maka, Islam akan dikenal dengan cara yang sangat baik, sehingga dunia akan terpesona menyaksikan keindahan ajarannya». (Aamiin!).

Jadi, jika para warga Ahmadi berusaha merubah keadaan diri mereka untuk melakukan amal baik, maka Allah swt. pun akan menganugerahkan kepada mereka semangat dan taufiq-Nya yang luas. Bahkan, sesungguhnya taufiq dan pertolongan Allah swt. itu sedang banyak turun terhadap hamba-hamba-Nya melalui jemaah-Nya ini di banyak tempat, di seluruh dunia. (Aamiin!).

Di dalam sepanjang lawatan sekarang ini, saya menyaksikan keimanan dan keikhlasan para warga Jemaah sangat meningkat lebih dari sebelumnya. Semoga Allah swt. senantiasa meningkatkan ikhlas dan iman mereka itu. Bahkan, semoga Dia selalu meningkatkan keimanan dan keikhlasan setiap Ahmadi di mana pun berada. (Aamiin!).

Norwegia juga salah satu dari negara-negara Eropa di mana pada umumnya sangat diperlukan perhatian khusus terkait tarbiyat. Di negeri ini, kecenderungan terhadap urusan dunia sangat tinggi. Akan tetapi, dalam kesempatan lawatan [kali] ini, ketika mendengar nasihat-nasihat saya, laki-laki maupun perempuan, bahkan anak-anak pun, di sana tampak adanya rasa penyesalan dan malu. Dan tampak mereka semua bertekad dan beriradah untuk menjauhkan kelemahan-kelemahan yang mengarat pada diri mereka.

Khususnya para Waqf-i-Nau laki-laki maupun perempuan, mereka langsung berikrar di hadapan saya ketika mereka sedang diberi pengertian tentang banyaknya tanggung jawab yang harus mereka hadapi. Para Waqf-i-Nau telah banyak sekali menyatakan tekad yang bulat dan berjanji, bukan hanya akan berusaha merubah keadaan rohani mereka sendiri, bahkan, akan berusaha pula mengubah keadaan lingkungan. Dan, mereka menyatakan rasa malu dengan keadaan cara perempuan-perempuan mereka berpardah maupun berpakaian. Mereka bukan hanya berjanji untuk menjauhkan kelemahan-kelemahan mereka, bahkan juga berjanji akan memperlihatkan keteladanan yang baik terhadap lingkungan Jemaah dan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah swt. memberi taufiq kepada mereka dan kepada setiap putra-putri Ahmadi untuk menjadi teladan seperti itu—(aamiin!). Sebab, jika perempuan anak-anak dan perempuan-perempuan dewasa kita sudah menjadi baik, maka kita akan mendapat jaminan demi perbaikan keturunan di masa yang akan datang. Hanya Tuhan-lah yang memberi berkah terhadap kita. Alhasil, sejak lima tahun yang lalu, Jemaah Ahmadiyah Norwegia telah memperoleh banyak kemajuan-kemajuan di beberapa bidang. Alĥamdu li'l-Laah!

ADA BANYAK program di jemaah Norwegia yang diselenggarakan melibatkan orang-orang non Ahmadiyah. Di antaranya saya akan uraikan pada kesempatan sekarang.

Pertama-tama, saya ingin menyatakan rasa syukur [kepada Allah swt.] dan terima kasih kepada pemerintah negara bangsa Norwegia. Karena, pada Juli 2011 lalu, telah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan di sana, sehingga telah disediakan sejumlah besar petugas keamanan untuk menjaga kita secara terus-menerus. Selama saya tinggal di sana, mereka ada bersama-sama saya. Semoga Allah swt. memberi ganjaran yang besar atas kebaikan mereka itu. (Aamiin!)

Sebuah program telah dirancang untuk bertemu dengan anggota parlemen di gedung dewan. Pada waktu itu, mula-mula hadir lima orang anggota parlemen. Kemudian, di sana diadakan resepsi juga. Di sana, berjumpa dengan ketua parlemen yang disebut juga House speaker, yaitu Tuan Andersson. Kepada beliau telah diperkenalkan [tentang] Jemaah Ahmadiyah secara rinci, kebangitan Hadhrat Almasih Yang Dijanjikan, dan kabar gaib Hadhrat Rasulullah saw. tentang kebangkitan beliau a.s.—semua telah dijelaskan kepada beliau secara detail. Beliau akhirnya bertanya, “Apa bedanya Jemaah Ahmadiyah dengan Syi’ah dan Sunni?” Alhasil, perbincangan berjalan terus dalam suasana yang ramah-tamah itu. Begitu pun, perwakilan dari berbagai macam media cetak, radio, dan televisi telah melakukan wawancara.

Norwegia adalah sebuah negara kecil yang berpenduduk lima juta jiwa. Sebuah media cetak beroplah tiga ratus limapuluh ribu eksemplar per hari terbit telah melakukan wawancara sangat baik dan positif sekali, bertanya tentang «Khilafat, tujuan pendirian mesjid, ajaran Islam, apa maksud dan tujuan didirikannya Ahmadiyah, apa tujuan kunjungan ke negara itu, dan sebagainya». Semuanya, secara detail telah dijelaskan kepada mereka. Semua media, baik media cetak, radio maupun televisi telah menyiarkan hasil interview mereka tersebut.

Kebanyakan mereka sangat terkesan berjumpa dengan kita—orang-orang Jemaah [Ahmadiyah]. Dan mereka merasakan hangatnya persaudaraan dalam pergaulan dengan orang-orang Jemaah. Mereka menilai para warga Jemaah dengan pimpinan mereka—yakni Khalifah—menyatu sangat mesra sekali. Alhasil, telah banyak berbicara tentang orang-orang Islam pada umumnya juga, bertanya mengapa orang-orang Islam-tertentu menganggap orang-orang Ahmadiyah bukan Muslim—dan sebagainya.

Dalam acara resepsi peresmian mesjid di Norwegia, hadir lebih kurang sebanyak 120 orang asli Norwegia, 11 orang anggota parlemen, Menteri Pertahanan yang mewakili Perdana Menteri Norwegia pun hadir, dan beliau membacakan amanat dari Perdana Menteri. Dalam amanat itu, beliau berkata, “Kami merasakan pedihnya perasaan hati Tuan-tuan dengan terjadinya pembunuhan kejam di kota Lahore terhadap warga Ahmadiyah.”

Sebetulnya, sebelum ini, Jemaah telah mengirimkan surat ucapan simpati dan belasungkawa atas terjadinya tragedi sangat tragis di Norwegia pada bulan Juli 2011 yang lalu. Di dalam surat itu, telah diberitahukan juga tentang terjadinya pensyahidan terhadap orang-orang Ahmadiyah terutama peristiwa Lahore. Demikian juga dijelaskan tentang pengkhidmatan kemanusiaan, pengkhidmatan pendidikan, pengkhidmatan medis—secara detail diperkenalkan kepada Menteri Pertahanan itu, yang membuat beliau sangat terheran-heran dan berkata [bahwa] apakah di dalam organisasi Islam pun ada pengkhidmatan seperti itu seperti yang kita lakukan.

Kemudian beliau berkata kepada saya, katanya, “Saya datang hanya untuk sebentar saja dan pukul 19.45 harus kembali. Akan tetapi, para pembicara sebelum saya telah mengambil waktu cukup panjang, maka pidato saya baru dimulai pukul 19.45.”

Beliau pun selama saya pidato terus duduk dengan tenang. Sedangkan pidato saya cukup panjang. Dan pada umumnya, orang-orang Norwegia tidak terbiasa mendengar pidato hingga tigapuluh atau tigapuluh lima menit. Sedang pidato saya mengambil waktu sampai limapuluh menit. Dan Menteri Pertahanan itu tetap duduk dengan tenang hingga pidato saya usai. Kemudian, saya pun memohon maaf kepada beliau karena pidato saya terlalu panjang. Tapi beliau bilang, “Tidak. Hari ini, saya telah menggunakan waktu sangat tepat sekali.”

Setelah itu, beliau pun makan bersama-sama tamu semua. Beliau harus pergi pukul 19.45, namun akhirnya, beliau duduk bersama-sama sampai pukul 21.00, dan tampaknya hati beliau pun terpikat oleh suasana resepsi sehingga tampak tidak mau cepat-cepat beranjak dari tempat duduk beliau. Di dalam pidato resepsi itu, saya jelaskan tentang fungsi mesjid, bahwa mesjid ini dibangun agar manusia beribadah kepada Allah swt.. Apabila manusia datang ke mesjid untuk beribadah kepada Allah swt., maka tentu di dalam hatinya tidak akan timbul keinginan untuk melakukan makar atau untuk berbuat suatu kejahatan.

Di negara-negara Skandinavia ini, ada terdapat banyak orang-orang yang suka mengritik atau menuduh-nuduh terhadap pribadi Hadhrat Rasullullah saw.. Oleh sebab itu, apa yang ingin saya jelaskan—sambil merujuk kepada firman Allah swt. dan sabda Hadhrat Rasulullah saw.—telah saya jelaskan dengan rinci di dalam pidato tersebut. Saya beritahukan bahwa Hadhrat Rasulullah saw. sangat mendambakan kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu, beliau saw. setiap hari bangun tengah malam memanjatkan doa sambil terharu di hadapan Allah swt. untuk keamanan dan kesejahteraan umat beliau khususnya dan mendoakan agar para penentang beliau diberi petunjuk ke jalan yang lurus agar mereka mengenal Tuhan Yang Maha Esa.

Saya jelaskan juga bahwa jika di dalam hati beliau saw. terdapat keinginan untuk menguasai dunia, maka tentu beliau tidak akan gelisah bangun tengah malam untuk berdoa. Kegelisahan beliau di waktu berdoa tengah malam bukan hanya untuk keamanan dunia saja, melainkan untuk keamanan dan kesejahteraan manusia pada kehidupan di dunia ini dan juga kehidupan di akhirat kelak.

Walhasil, program baik sekali dan semua acara telah berlangsung sangat memuaskan. Teladan ‘uswatun hasanah’ Hadhrat Rasulullah saw. telah diuraikan cukup panjang lebar dan jelas dengan referensi ayat-ayat suci Alquran. Partai-partai di negara-negara Skandinavia bekerjasama menjadi satu dan dikatakan partai tunggal. Dan orang-orang itu saling mendukung satu sama lain. Mantan dari presiden partai itu telah hadir juga, dan dalam sambutannya telah menyampaikan pandangan-pandangannya yang sangat baik. Beliau berkata, “Saya pernah datang menghadiri jalsah [salanah] di Inggris Raya dan saya ketahui Jemaah Ahmadiyah adalah sebuah jemaah yang menebarkan ajaran Islam sejati dan meneladankan wajah Islam yang sesungguhnya. Sama-sekali tidak ada hal-hal yang harus ditakutkan dari mereka. Sebab mereka pembawa pesan kedamaian yang sesungguhnya.”

Mantan perdana menteri Norwegia pun datang untuk melihat-lihat mesjid kita. Beliau kini menjadi kepala komisi hak asasi manusia di Norwegia. Beliau berjumpa dengan saya dan telah bertukar pikiran dengan sangat baik. Pengkhidmatan apa yang sedang dilakukan oleh Jemaah, tantangan apa yang sedang dihadapi oleh Jemaah di seluruh dunia; semuanya, telah dikemukakan kepada beliau.

Peresmian mesjid telah diliput oleh media cetak dan online World Architecture News yang setiap bulan dikunjungi oleh lebih kurang sebelas juta orang. Situs web ini juga menerbitkan newsletter mingguan yang dikunjungi oleh 147 email setiap terbit. Media cetak dan online ini, keduanya, telah meliput peresmian mesjid sambil menampilkan gambar-gambarnya yang indah sekali. Dan, dikatakan bahwa inilah mesjid paling besar di seluruh kawasan Eropa Utara. Dikatakan bahwa pemimpin dunia Jemaah Ahmadiyah datang untuk meresmikannya. Dikatakan bahwa rancang bangun mesjid ini telah dirancang secara khusus. Mesjid ini akan membawa pesan keamanan, kedamaian, dan sebagainya. Berbagai macam tentang mesjid ini telah diberitakan secara luas.

Dengan demikian, perkenalan tentang mesjid dan tentang Islam telah disampaikan kepada masyarakat di sana bahkan kepada dunia luar melalui website dengan luas sekali.

Media-media cetak lainnya dan internet juga telah sama-sama meliput acara peresmian mesjid: menyiarkan berita resepsi peresmian mesjid, tentang fungsi mesid, perkenalan Ahmadiyah sebagai Islam sejati. Beritanya yang panjang lebar telah disiarkan mereka.

Sambutan menteri pertahanan Norwegia (seorang perempuan) pun telah diliput yang mengatakan, “Agama juga mempunyai peranan penting dalam membangun Norwegia yang baru. Untuk itu, hati kita harus terbuka bagi semua dan harus membaur dengan semua orang, sebagaimana sekarang kita sedang menyaksikan gambarannya di dalam resepsi peresmian mesjid ini. Sekalipun mesjid ini bukan tempat ibadah saya, namun hati saya sungguh-sungguh sangat senang dan gembira sekali berada di dalam mesjid ini.”

DALAM PERJALANAN kembali dari Norwegia, kami singgah di Hambürg, Jerman. Di sana pula, dua orang anggota parlemen yang sedang bekerja dalam urusan HAM telah datang untuk berjumpa. Saya beritahu kepada mereka “Bagaimana kemanan dunia dapat ditegakkan, apa yang disampaikan oleh ajaran Alquran tentang itu, apa yang sedang diusahakan oleh Anda di negara-negara Barat untuk itu.”

Setelah pergi dari saya, kedua anggota dewan itu memberitahu saudara Ahmadi yang telah mempertemukan mereka dengan saya; katanya, “Yang Mulia telah memberi kami pandangan baru untuk memikirkan bagaimana menegakkan keamanan di atas dunia.”

Secara gamblang telah saya katakan kepada mereka bagaimana kedua negara adikuasa berulangkali menyatakan bahwa mereka sedang menegakkan keamanan di atas dunia, sedangkan mereka sendiri giat menyuplai berbagai jenis perlengkapan senjata kepada negara-negara lain. Dengan cara demikian, bagaimanapun keamanan dunia tidak akan dapat ditegakkan. Kemudian mereka melakukan kezaliman atas nama “demi keamanan”—seperti misalnya di Libya.

Pendeknya, mereka mulai paham setelah mendengar penjelasan-penjelasan dari saya. Saya katakan, ajaran Allah swt. di dalam Alquran adalah apabila keamanan telah dapat ditegakkan, maka kembalilah Anda dari sana dan pulanglah ke tempat masing-masing. Kemudian, jangan sekali-kali ingin melakukan pembalasan atau suatu tindakan untuk kepentingan pribadi masing-masing. Itulah ajaran Alquran yang sangat indah. Jika dunia mengamalkannya, maka keamanan dunia dapat ditegakkan. Jika tidak, maka keamanan dunia pun tidak ada jaminan dapat ditegakkan. Alhasil, sedikit banyak mereka pun paham dan berjanji apa yang telah didengar ini akan mereka sampaikan kepada orang-orang di kawasan mereka tinggal.

DARI SANA, kami pergi ke sebuah kota di Nakskov, Denmark, di mana warga Jemaah kita di sana belum banyak dan terdiri dari bangsa Albania dan Bosnia. Jumlahnya kira-kira ada seratus orang. Belum ada warga Ahmadi asal Pakistan di sana.

Sudah lama saya ingin berkunjung ke sana. Saya jumpai mereka adalah warga Ahmadi yang sangat mukhlis dan patuh sekali. Mereka membawa semua anak-anak mereka, besar-kecil, untuk berjumpa dengan saya. Tidak pernah sebelumnya ada perjumpaan seperti itu dengan mereka. Tampak sekali dari dekat bagaimana kebaikan dan keikhlasan mereka. Mulaqat dan tarbiyah berupa nasihat-nasihat sangatlah berfaedah dan sangatlah mengesankan hati mereka. Kami tinggal satu hari dan bermalam di sana.

Sejak beberapa waktu yang lalu, sebuah tempat telah dibeli untuk mendirikan pusat Jemaah [Ahmadiyah] di kota itu. Di sana, mereka berkumpul untuk menunaikan shalat jumat dan kegiatan-kegiatan kejemaatan lainnya. Bangunan memang telah dikondisikan sebagai mesjid. Di sana, perwakilan walikota dan beberapa orang terpelajar telah datang untuk bermulaqat dengan saya.

Dalam pertemuan itu, saya katakan, jika untuk mendirikan sebuah mesjid secara permanen, kita mendapat sebidang tanah, maka kita akan mendirikan mesjid. Beliau, wakil Walikota telah berjanji untuk membantu, sebab beliau tahu bahwa Jemaah Ahmadiyah adalah sebuah jemaah yang aman dan damai. Tiada alasan untuk tidak mendapat sebidang tanah di sana. Insya Allah, kita akan mendirikan mesjid agar masyarakat pun tahu bahwa Jemaah Ahmadiyah adalah sebuah jemaah yang aman dan damai.

Itulah kota di mana Jemaah [Ahmadiyah] pada beberapa bulan yang lalu telah membeli sebidang tanah dan mendirikan pusat Jemaah di sana dan bangunan pun telah diberi bentuk mesjid. Akan tetapi, penduduk setempat yang sangat anti Islam datang merusak bangunan kita, ada yang menyiramkan cat, kotoran manusia, dan lain-lain. Akan tetapi, polisi dan penguasa setempat cukup membela Jemaah. Sekalipun demikian, dengan karunia Allah swt., amanat Islam sejati Ahmadiyah telah sampai kepada masyarakat di sana mulai lapisan bawah hingga tertinggi.

Orang-orang berkedudukan tinggi sedang menyadari bahwa Ahmadiyah sedang meneladankan Islam yang hakiki, Islam yang aman dan damai. Hal itu sangat berfaedah sekali. Dan di waktu melakukan lawatan pun, media-media cetak telah memuat berita-berita terkait Jemaah, sehingga semakin gencar amanat Jemaah sampai kepada masyarakat.

DALAM PERJALANAN kembali dari Norwegia, saya mendapat taufiq untuk meletakkan batu pertama pondasi mesjid di Brussels, Belgia, yang diberi nama mesjid Baitu 'l-Mujîb. Di sana juga berbagai kedudukan anggota parlemen dan walikota kawasan misi [Jemaah] kita yang pertama telah datang. Semuanya telah menyatakan kesan dan opini yang sangat baik tentang Jemaah. Di samping itu, ada perwakilan lain juga yang semuanya telah menanggapi sangat baik dan menyenangkan sekali program Mesjid dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Jemaah. Bahkan, pada akhir kesan-kesannya, walikota itu meminta foto-foto, CD, dan DVD hasil liputan dari semua program tersebut.

Saya katakan kepada beliau, “Sampaikanlah amanat-amanat kedamaian dari Jemaah Ahmadiyah beserta mesjid yang baik lagi indah yang direkam pada semua CD atau DVD itu kepada masyarakat di daerah Anda.”

Beliau ingin memperlihatkannya kepada para wakil konsulat dan masyarakat awam juga di daerah beliau. Dan beliau juga menghendaki agar di kawasan beliau segera didirikan sebuah mesjid dan lingkungan yang indah seperti itu. Beliau juga ingin menunjukkan pidato saya serta semua liputan acara itu di dalam situs internet resmi konsulat beliau.

TUAN FAWAD Haidar, asal/keturunan Marokko, seorang muslim anggota parlemen telah mengemukakan kesan-kesannya dan berkata bahwa muslim di seluruh dunia tidak dapat menentukan masa depan mereka tanpa lembaga khilafat. Beliau juga menanggapi pidato saya tentang amanat Jemaah Ahmadiyah, pandangan-pandangan saya berkenaan dengan amanat keselamatan dan kedamaian bagi dunia, pasti akan beliau sampaikan kepada semua karib kerabat maupun koleganya tanpa pandang bulu, baik beliau muslim ataupun non muslim, begitu juga kepada masyarakat di mana beliau tinggal baik yang seagama maupun penganut agama lain. Bahkan, beliau berkata kepada muballigh kita agar datang ke kantornya untuk berjumpa dengan beliau.

Sebelumnyapun, beliau pernah berjumpa dengan saya. Dan saya anggap, beliau orang yang bertabiat sangat baik dan beliau mempunyai hubungan sangat baik sekali dengan Jemaah. Dan beliau seorang pemberani dan terkenal sekali dalam menyampaikan opini-opini pribadinya.

DENGAN KARUNIA Allah swt., natijah dari lawatan tersebut, banyak sekali mendapat perhatian dari media-media cetak, dari para politisi, dari para pemimpin bangsa, dan dari para cendekia atau orang-orang terpelajar. Jadi, banyak sekali faedahnya lawatan seperti ini. Namun sesungguhnya, Allah swt. sendiri yang memberi hasil atau buah terhadap semua usaha-usaha kita. Semoga Allah swt. mendatangkan hasil secara terus-menerus. (Aamiin!).

Seorang walikota dari daerah lain, dalam sambutannya, mengatakan bahwa beliau sangat gembira sekali saat mengikuti acara ini. Katanya, “Hari ini seorang menteri pendidikan dan pemuda akan datang ke kota saya untuk kunjungan resmi, dan sebagai walikota, kehadiran saya sangat diperlukan sekali. Tetapi, kesempatan emas yang bersejarah hari ini yang akan dihadiri oleh seorang khalifah, bagi saya lebih penting dari segalanya. Oleh karena itu, saya sekarang hadir bersama Tuan.” Semoga Allah swt. memberi ganjaran yang baik kepada beliau.

Setelah itu, seorang wakil walikota, konsulat dari sebuah daerah, berkata, “Demi terselenggaranya pembangunan mesjid ini, saya ikut menolong dan membantu Jemaah [Ahmadiyah] Belgia. Setelah mendengar pidato Khalifah Ahmadiyah, dengan yakin, saya berkata bahwa keputusan saya untuk membantu dan mendukung Jemaah Ahmadiyah sungguh benar dan tepat sekali. Saya sungguh sangat gembira sekali mendengar pidato Khalifatul Masih bahwa mesjid bukan hanya merupakan ‘sebuah mesjid’. Bahkan, mesjid Belgia untuk kawasan di sini merupakan sebuah tanda keamanan dan kasih sayang juga.”

Jadi, lawatan ini, dari segala segi sangat berberkah. Dan, Allah swt. telah melimpahkan berkah-berkah-Nya.

SEBUAH KELOMPOK masyarakat di Belgia, beberapa hari yang lalu, telah melangsungkan protes terhadap pembangunan mesjid di Belgia, dan hari untuk berunjuk rasa pun telah ditetapkan mereka, yakni dua hari kemudian pada hari Kamis. Sedangkan pada hari Sabtu, peletakan batu pertama pondasi akan dilaksanakan. Unjuk rasa telah dilakukan oleh mereka, namun hanya sedikit sekali yang mengikutinya, beberapa orang saja jumlahnya. Allah swt. telah mengubah semua situasi, yang mulanya menjadi perhatian dan pikiran para petugas yang berwajib, namun akhirnya semua pengacau hilang dengan sendirinya. Alhasil, semua itu telah terjadi semata-mata karunia Allah swt..

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Usaha-usaha kita adalah laksana permainan anak-anak. Kita tidak dapat mengeluarkan kotoran yang mengarat di dalam hati manusia yang sekarang sedang merebak di seluruh dunia. Dan, kita tidak dapat menanamkan kecintaan Ilahi di dalam hati sanubari mereka serta tidak pula kita mampu menanamkan kecintaan yang sempurna di antara sesama mereka; sehingga, dengan perantaraannya, dapat menjadi seperti sebuah wujud. Hanya, Allah swt. sendirilah yang dapat melakukan hal itu semua.

Allah swt., di dalam Alquran suci berfirman tentang keadaan para Sahabi «ridhwanu 'l-Lôhu ‘alaihim»—dan berfirman kepada Hadhrat Nabi-suci Muhammad saw.—sebagai berikut:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ ، لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِى الْأَرْضِ جَمِيْعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَ لٰكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ، إِنَّه عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ .

“«Wa allafa baina quluubihim, lau aŋfaqta maa fi 'l-ardhi jamii’am-maa allafta baina quluubihim wa laakinna 'l-Looha allafa bainahum, innahuu ‘aziizun ĥakiim»”—artinya, “Dan Dia telah menanamkan kecintaan di dalam hati mereka. Andai engkau menginfak harta yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau tidak akan dapat menanamkan kecintaan di dalam kalbu mereka, tetapi Allah yang telah menanamkan kecintaan itu di antara mereka. Sesungguhnya, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS [Al-Anfâl] 8:64)

Jadi, Tuhan yang sebelumnya pernah berbuat sesuatu, sekarang juga Dia dapat melakukannya. Di masa mendatang pun, kita bertawakal kepada-Nya, terhadap pekerjaan yang akan terjadi [tatkala] roh karunia Allah swt. dihembuskan kepadanya. Sebagaimana seorang tukang kebun menyirami kebunnya, maka kebun itu tumbuh segar dan menghijau. Demikian pula Allah swt. menganugerahkan kesegaran dan kemajuan terhadap jemaah para utusan-Nya.

[Bila ada] firqah yang didirikan atas kehendak pendirinya sendiri, maka setelah beberapa waktu saja, di kalangan mereka sendiri timbul perselisihan dan perpecahan. Seperti halnya [sekte Hindu] Brahma [Samaj], untuk beberapa waktu lamanya mendapat kemajuan, akhirnya berhenti dan kian hari kian lenyap. Sebab, didirikannya hanya mengikuti pikiran manusia belaka. Jadi, jemaah ini adalah jemaah Allah swt.. Ia akan maju bahkan sedang maju terus.

Semoga Allah swt. memberi taufik kepada kita, untuk melaksanakan usaha kita yang hanya sedikit serta tidak berarti ini, agar kita mendapat bagian di dalam ganjaran. Semoga Allah swt. memberkati setiap usaha dan upaya kita. Dan, semoga Dia juga memperlihatkan visi kemajuan-kemajuan kepada kita. Aamiin.[]

Alihbahasa dari Urdu Video oleh Hasan Basri (Singapore—Rabu, 26 Oktober 2011); editor: Rahmat Ali (Kebayoran—Ahad, 22 November 2011).

(Anda boleh memperbanyak dan/atau memotokopi ulang risalah ini!)

Download: [SCRIBD];

Youtube: [Bahasa Inggris]; [Bahasa Urdu].

———oooOooo———