[2011-07-08] [MMA] [Summary] [Khotbah Jumat Hudhur V atba. Tanggal 8 Juli 2011] Keberkatan Jalsah Salanah dan Petunjuk Allah Menuju Shiratal Mustaqim

PICTURE: Bendera Jemaah Muslim Ahmadiyah


--

Hai...! TGIF--alhmdll-Lh...! Selamat menikmati summary khotbah Huzur atba. ini ya. Lumayanlah sambil nunggu Jumatan dimulai dan sambil nunggu [waktu] makan siang datang. ;-)


Thank's to MMA "Memet" LA, USA. Thank's to DAD "Dildaar" KM26-Kemang, Bogor. Thank's Milis Yahoogroups Ahmadi-ina. :-) Thank's to ARers. Thank's to you-all.


--


[2011-07-08] [MMA] [Summary] [Khotbah Jumat Hudhur V atba. Tanggal 8 Juli 2011] Keberkatan Jalsah Salanah dan Petunjuk Allah Menuju Shiratal Mustaqim


Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba

8 Juli 2011, di Masjid Bt.Futuh, London


[Setelah mengucapkan tasyahud, taawudz, bismillah dan tilawat Surah Al Fatihah], Hudhur bersabda: ‘[Sebagaimana anda ketahui], baru-baru ini saya menghadiri Jalsah Salanah Germany.

Pada Khutbah Jumah yang baru lalu, yang saya sampaikan dari Berlin, saya telah mengemukakan [secara rinci] mengenai berbagai keberkatan Allah Swt dalam penyelenggaraan Jalsah Salanah sebagaimana yang saya saksikan dan rasakan, dan juga berdasarkan berbagai kegiatan yang dirancang oleh Jamaat German.

Banyak aspek keberkatan baru yang saya amati, yang ternyata membuka berbagai peluang baru dalam memperkenalkan Jama’at.

Jamaat German telah bekerja keras untuk memanfaatkan berbagai peluang dari suatu hubungan yang selama ini telah dibina.

Namun dalam perjalanan berangkat, saya pun berkesempatan singgah di [negara Eropa lainnya], yakni, Belgium.

Sedangkan dalam perjalanan pulang, saya mampir di Holland.

Pada kedua persinggahan tersebut, [meskipun singkat], saya pun mengamati banyak keberkatan di dalamnya.

Di Belgium [saya menginap satu malam], karena suatu acara Mulaqat telah disiapkan untuk 60 hingga 70 orang [anggota dan juga ghair Ahmadi], yang sebagian di antaranya telah memilikii hubungan dekat dengan Jama’at. Lalu Allah Taala pun membukakan qalbu mereka. Mereka diberi karunia keleluasaan hati dan pikiran. Sehingga mendapat taufik untuk Bai’at.

Pada kesempatan tersebut, saya menyampaikan Pidato mengenai maksud kedatangan Hadhrat Imam Mahdi a.s. di kalangan Kaum Akhirin, yakni, untuk lebih memajukan lagi tugas syiar Junjungan beliau, ialah Hadhrat Muhammad Mustapha Rasulullah Saw, yang telah nyata berhasil merubah suatu kaum yang sebelumnya sedemikian jahiliyah menjadi insan-insan yang haqiqi. Lalu meningkat lagi menjadi insan yang ber-nafs-lawammah, dan seterusnya hingga memperoleh qurb Ilahi.

Kaum tersebut akhirnya memperoleh maqom rohani yang sedemikian tingginya habluminallah mereka, sehingga urusan duniawi menjadi tak penting lagi bagi mereka.

Kemudian, diutuslah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang kedatangannya sesuai dengan nubuatan di dalam Al Quran Karim. [Selesai saya bicara] tiba-tiba ada seorang hadirin berdiri memohon izin untuk menyampaikan sesuatu, yang saya pikir ia seorang Ahmadi [asal Maroko, namun ternyata bukan].

Kemudian, dengan penuh semangat ia berkata: ‘Demi mendengarkan pidato tuan, [sirnalah semua keragua-raguanku]; kini pun adalah tugas kaum pengikut Hadhrat Imam Mahdi a.s. untuk mengubah umat manusia menjadi insan-insan haqiqi yang dicintai Ilahi.

Aku berjanji dengan sepenuh hati akan mulai dengan meng-ishlah diriku sendiri, kemudian membantu syiar tabligh talim Islam haqiqi ini ke seluruh dunia.

Dan dengan ini aku menyatakan diri bergabung ke dalam Jamaah Ahmadiyah, serta mohon segera diBai’at agar diriku dapat segera menjadi sultanan-nasira, atau kaum penolong syiar Hadhrat Imam Mahdi a.s.’

Ketika kemudian beliau ini Baiat, ikut secara spontan 7 hingga 8 orang lainnya.

Tuan [Additional] Vakilul Tabshir, Abdul Majid sahib sedang menuliskan rincian laporan perjalanan dinas saya ke Europa tersebut, untuk dimuat di surat kabar Al Fazl.

Semua mubayin yang hanyut oleh keharuan mereka sedemikian rupa itu berikrar: ‘Kami akan melakukan segala apa yang dipersyaratkan, dan akan menyebar-luaskan amanat kebenaran ini kepada orang lain.’

Dengan karunia Allah, begitulah semangat dan kesungguhan mereka.

Di Belgium, diselenggarakan pula Jalsah Salanah, yang dengan fadzl, karunia Allah Taala meningkat pula jumlah orang yang Bai’at, hubungan Umur Kharijiah dan syiar tabligh Ahmadiyah.

Begitulah, Allah Taala telah membukakan semua peluang baru tersebut. Sikap tasyakur haqiqi yang perlu dilakukan oleh setiap Jamaat adalah memanfaatkan sepenuhnya berbagai peluang baru tersebut; membina dengan baik para mubayin baru; dan meningkatkan maqom rohani diri sendiri.

Dalam perjalanan pulang dari Germany, saya pun singgah di Holland.

Pada hari [Jumat] inilah Jalsah Salanah Jamaat Holland dimulai. Semoga Allah Taala memberkati segala seginya. Dan semoga pula kaum Ahmadi di sana memperoleh kemajuan dalam kegiatan Tabligh dan Tarbiyat mereka.

Dikarenakan penentangan terhadap Islam di Holland meningkat lagi, anda perlu bekerja dan berdoa extra keras.

Jamaat maupun Badan-badan perlu merancang berbagai macam kegiatan yang menyajikan ajaran Islam yang haqiqi kepada kaum lain.

Saya pun bermulaqat khusus dengan para mubayin baru dari negara-negara yang berbahasa Arab, dan juga bagi kalangan yang dekat dengan Jama’at.

Maka, salah satu di antara mereka itu pun Bai’at.

Begitulah Allah Taala mulai memberi angin yang mengarah kepada kita.

Adalah tugas kita untuk sungguh-sungguh berusaha memanfaatkan berbagai karunia Allah Taala ini.

Keharuan emosi para mubayin baru tersebut sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Berbagai keberkatan yang tengah dikaruniakan Allah kepada Jama’at ini menzahir meskipun dalam kunjungan singkat ini.

Proses inqillabi haqiqi terjadi hanya dalam tempo beberapa menit saja.

Mereka datang untuk bermulaqat dengan saya. Mereka bercakap-cakap dengan saya, yang ketika pulang kembali, mereka pun memperoleh ghairah pengorbanan baru; sehingga menunjukkan kesegaran aspek wahyu Allah Taala kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.: ‘Khe yanshurakhe rijalun muhib lahi minas-samaa, yakni, ‘Orang-orang – yang Kami gerakan dari langit – akan datang membantu engkau.’ [Tadhkirah, hlm. 442].

Begitulah mayoritas kaum Ahmadi baru itu adalah mereka yang telah dikaruniai keteguhan oleh Allah Taala untuk mencari kebenaran.

Apa yang mereka katakan sebagai kaum ulama, silakan berusaha keras [untuk menentang], namun Allah Taala yang mensucikan qalbu manusia dan mencondongkan mereka kepada Jamaat Ahmadiyah. Dan mereka itu pun tidak memperlihatkan kelemahan disebabkan rasa takut mereka kepada dunia.

Saya baru saja membaca laporan dari [Jamaat] Cameroon, tuan Raisutablighnya menulis: ‘Setelah Daerah yang penduduknya berbahasa Inggris maju pesat dalam menerima pertablighan Jamaat, kini giliran Daerah yang berbahasa Perancis.

Sehingga hal ini menimbulkan kecemburuan pihak ulama setempat, maupun ulama musiman yang datang dari Pakistan.

Beberapa orang mullah Pakistan tersebut ada yang mendatangi Masjid kami, berkata-kata kasar disertai ancaman.

Namun, kaum Ahmadi menjawab: ‘Jika tuan-tuan datang karena ingin Salat, silakan. Tetapi jika ada maksud lain, silakan pergi. Karena kami tidak akan mendengarkan perkataan tuan-tuan yang tanpa dasar.’

Maka mullah itu pun pergi.

Tetapi, sekira 60 kilometer dari situ, mereka mendatangi lagi Masjid kita yang baru diresmikan. Namun, sebagian besar anggotanya sedang menghadiri Peringatan Hari Khilafat di Jamaat yang lain. Hanya ada beberapa orang saja yang tinggal.

Lalu, mullah tersebut lagi-lagi mengintimidasi, namun orang-orang Ahmadi tidak menghiraukannya. Begitupun ulama dan para tokoh masyarakat setempat yang ikut-ikutan di dalam rombongan itu tidak dapat berbuat apa-apa.

Maka, beberapa mullah itu pun merampas beberapa Al Qur’an dan kitab lainnya, lalu menanggalkan papan nama yang terpampang di depan Masjid, kemudian mereka bawa.

Ketika Pengurus Jama’at datang, mereka pun melaporkannya kepada yang berwajib.

Pihak penentang berusaha keras menghasut orang lain agar ikut menentang kita; dan mereka pun berkoneksi dengan pihak penguasa.

Akan tetapi manakala perkara ini sampai ke tangan para pejabat yang telah berkenan hadir dalam peresmian Masjid tersebut, beliau berkata: ‘Jika orang-orang itu datang lagi, kami akan menangkap dan memproses mereka hingga ke Pengadilan.’

Itulah bangsa Afrika; ilmu duniawi boleh jadi tak seberapa, namun qalbu mereka senantiasa disinari kebenaran iman.

Adalah pekerjaan Syaithan untuk senantiasa menggelincirkan manusia dari jalan keimanan mereka.

Dan Syaithan telah bersumpah, bahwa hanya mereka yang suci hati, mukhlisin dan muttaqi saja yang tidak akan terpengaruh oleh godaannya; selain itu niscaya akan disesatkannya. Jadi, bagi mereka cenderung kepada perbuatan munkar, lakukanlah.

Tetapi bagi mereka yang telah menyaksikan kebenaran dan telah menjadi ibadullah yang mukhlisin, akan tetap teguh dalam keimanan mereka.

Selanjutnya saya sampaikan beberapa peristiwa yang memperlihatkan betapa Allah Taala telah memberikan petunjuk hidayah-Nya atas orang-orang ini kepada kebenaran haqiqi:

(1). Perwakilan [Jamaat] kita di Kyrgyzstan menulis: ‘Aku Bai’at pada bulan suci Ramadan tahun lalu.

Sebetulnya, ustadz-ku telah mengajariku doa mustajab mohon petunjuk ‘shiratal mustaqim’ beberapa waktu yang lalu, namun tak sempat dilaksanakan.

Namun, setelah aku mengerjakannya, hanya dalam waktu beberapa hari, aku pun mendapat ru’ya: ‘Aku berdiri di atas sebuah bukit. Lalu melompat dari satu puncaknya ke puncak yang lain.

Kemudian aku melihat sekawanan monyet yang berusaha menghadangku. Namun, tiba-tiba aku merasakan ada suatu kekuatan gaib yang kuat muncul dan menyelamatkan diriku dari ancaman monyet-monyet tersebut.

Beberapa hari setelah mimpi itu, aku berhubungan dengan orang Jama’at. Kemudian aku mendapat beberapa buah buku yang segera aku baca, lalu [dengan karunia Allah Taala] aku pun Bai’at.

Setelah itu aku pun memahami tafsir ru’ya ku itu, ialah, berdasarkan sebuah Hadith: ‘Kaum ulama akhir zaman sekarang ini tak ubahnya seperti monyet atau gorila.’

Sedangkan Jamaat Ahmadiyah telah menyelamatkan diriku dari kemudharatan mereka.’

(2). Laporan dari seorang Ahmadi di Indonesia: ‘Beberapa tahun lalu sebelum aku menjadi seorang Ahmadi, aku jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Ketika diopname di rumah sakit tentara itulah aku mendapat ru’ya melihat untaian Kalimah Syahadah [Ashadu anlaa ilaaha ilallah wa ashadu anna Muhammadar Rasulullah] yang terpampang di suatu layar tv lebar.

Kemudian, muncul beberapa ayat Al Quran; lalu Hadith, yang disusul lagi dengan kalimah [Qurani]: […wa laa tamuutunna illaa wa antum Muslimuun], yakni, ‘…dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.’

Lalu, muncul lagi beberapa kalimah: [‘Qiyamat belum akan datang’; dan ‘Kehidupan tiap-tiap manusia bagai kitab terbuka].’, dlsb.

Aku pun menjadi cemas atas berbagai pesan yang bermunculan di layar tv lebar dalam ru’ya ku itu, karena aku ini ‘kan orang Muslim [mengapa pula harus menjadi Muslim lagi] ?

Maka aku pun mulai rajin membaca berbagai macam buku, dan menelaah Hadith-hadith.

Ketika sampai pada sebuah Hadith, bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqah, namun hanya ada satu firqah saja yang benar.

Maka aku pun mulai mencari-cari firqah Ahli Sunnah wal Jamaah tersebut, namun tidak berhasil, [atau tak memuaskan diriku manakala aku menanyakannya kepada beberapa ulama].


[Bahkan, ketika aku mencarinya hingga ke Mekkah, tetap saja aku tak menemui mana itu Ahli Sunnah Wal Jamaah yang haqiqi ?]

Pada 1998 ketika aku sudah menjadi purnawirawan militer, aku bertemu dengan seorang teman opsir Ahmadi, yang aku sampaikan kepadanya mengenai kecemasan hidupku [disebabkan ru’yaku itu].

Maka beliau pun menyampaikan mengenai keberadaan Jama’at [Ahmadiyah] kita. ‘Perkara yang paling penting dalam hal ini adalah adanya Imam dan Jamaahnya. Namun, Imam tersebut haruslah setingkat dunia.

Dan Jamaah Ahmadiyah ini adalah satu-satunya Jamaah yang memiliki Imam untuk seluruh dunia, ialah Khalifatul Masih.’

Aku sampaikan kepada beliau ini banyak hal negative mengenai Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang aku dengar dari kaum ulama.

Beliau jawab: Semua hal itu adalah fitnah. Kemudian menjelaskan semua fakta kebenarannya.

Akhirnya, keimananku terus meningkat, lalu Bai’at. Dan semangat ber-Tablighku justru senantiasa berghairah.

(3). Tuan Amir [Jamaat] Gambia melaporkan: ‘di suatu desa bernama Sato, penduduknya menawarkan solusi Salat berjamaah bersama.

Pihak ghair-Ahmadi mereka membangun Masjid jami yang baru di desa tetangganya.

Maka salah seorang penduduk desa itu pun memutuskan akan mulai Salat Jumah di Masjid ghair tersebut. Namun, ketika ia berbaring istirahat sejenak [setelah lelah mencari kayu bakar di hutan sejak pagi hari] sebelum pergi ke Masjid, mendapat ru’ya mendengar suara ghaib, bahwa Masjid [Jamaat] yang akan ditinggalkan selamanya itu justru diterima dalam pandangan Allah Taala, dibandingkan Masjid lainnya.

Maka setelah terbangun, ia pun memutuskan kembali ke Masjid Jamaat. Kemudian diceritakan-nyalah ru’yanya itu dan bersaksi: ‘Jamaat Ahmadiyah adalah benar, dan aku ingin menyatakan Bai’at.’

(4). Peristiwa lainnya di Gambia: ‘Seorang warga sebuah Desa mendapat ru’ya melihat beberapa orang berkulit terang berpakaian shalwar ala Pakistani.

Ketika aku bertanya: Dari manakah tuan-tuan ini ?

Mereka menjawab: ‘Kami dari Qadian datang bersama Imam Mahdi.

Aku tak tahu dimana itu Qadian.

Beberapa waktu kemudian, ketika dalam suatu kesempatan aku melihat tuan Amir [Jamaat Gambia dan rombongan] sahib berpakaian persis seperti yang aku lihat dalam ru’ya-ku itu, segera saja aku pun Bai’at’, [setelah mendapat keterangan yang terperinci].

Sekarang, beliau ini telah menjadi orang Ahmadi yang shalih, saf awal dalam pengorbanan harta bendanya, dan menjalani hidup yang taqwa.

(5). Pada suatu hari, tuan Muhammad Ramzan sahib datang menemui seorang Mubaligh kita untuk mengutarakan maksudnya ikut bergabung ke dalam Jama’at [di Gambia].

Bapak mubaligh bertanya: ‘Apakah sebelumnya tuan sudah pernah mendapat pengenalan tentang Jama’at Ahmadiyah ?

Beliau menjawab: ‘Tuan tak perlu membuang-buang waktu, karena aku telah mendapat petunjuk melalui sebuah ru’ya yang berulang hingga tiga kali. Oleh karena itu pada hari ini juga aku mau Bai’at.

Aku telah banyak berdoa memohon petunjuk Allah Taala. Dan Dia telah memperlihatkan ru’ya, aku melihat Masjid Ahmadiyah ini hingga tiga kali.’ [Dan juga ru’ya berada di suatu puncak bukit, lalu melihat nur ala nur. Sedangkan kaum penentang Jamaat berada jauh di bawah].

(6). Tuan Muhammad Rabe dari Algeria menulis: ‘Aku telah menonton MTA selama beberapa lama, dan takjub menyaksikan tayangan mengenai Isa ibnu Maryam a.s. yang nyata telah wafat; mengenai Dajjal dan juga mengenai kedatangan Imam Mahdi.

Setelah aku melaksanakan doa Istikharah, aku mendapat ru’ya, aku berada di dalam sebuah Masjid bersama tuan Mustapha Tshabit dan beberapa orang lainnya.

Beliau bertanya kepadaku: ‘Bagaimana tuan mengetahui mengenai perkara Imam Mahdi ini ?

Aku jawab: ‘Melalui doa-doa Istikharah’.

Maka ia pun kini sudah menjadi seorang Ahmadi yang mukhlis, hingga teman-temannya pun meninggalkannya.

‘Tapi aku tak peduli, karena yang aku inginkan adalah ridha Allah Taala’, katanya.

(7). Tuan mubaligh di Zimbabwe melaporkan kisah seorang anggota Pengurus organisasi Pemuda Islam telah menyatakan Bai’at.

‘Sebelum menjadi orang Muslim, sebetulnya aku ingin bergabung ke dalam suatu Jemaat Gereja Kristen.

Namun, ketika aku mendatangi Gereja Kristen Baptis itu, Pendetanya sedang sakit.

Kali kedua aku datang, giliran ibunya yang jatuh sakit, [hingga Pak Pendeta harus menungguinya].

Dan ketika untuk ketiga kalinya aku bermaksud mendatanginya lagi, hujan lebat turun dan banjir, hingga sulit untuk mencapai Gereja tersebut.

Kemudian aku mendapat mimpi: ‘Dalam suatu kumpulan orang banyak, aku melihat Jesus Kristus yang mengajakku untuk menghampirinya, tetapi tak dapat aku lakukan karena terhalang oleh orang banyak.

Maka aku pun membatalkan niat untuk bergabung dengan Gereja Kristen.

Sebelum Bai’at [masuk ke dalam Jamaah Ahmadiyah] aku mendapat ru’ya, diriku tenggelam ke dalam kubangan lumpur hingga sebatas leher. Tiba-tiba ada seseorang mengangkat dan menyelamatkan diriku.

Tuan mubaligh bertanya: Apakah masih ingat ciri-ciri orang yang telah menyelamatkan dirimu dari kubangan lumpur tersebut ?

Aku jawab: ‘Ya.’

Ketika beliau memperlihatkan foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s., aku pun mengenalinya sebagai wujud yang menyelamatkan diriku itu.’

(8). Tuan mubaligh di Burkina Faso melaporkan: ‘Seorang bapak berusia 75 tahun menyatakan Bai’at karena mendapat ru’ya bertemu dengan seorang waliullah yang berkata: ‘Hadhrat Adam a.s. telah datang. Tuan harus menerimanya.’

Sebulan kemudian, aku mendapat ru’ya itu kembali. Namun, kali ini waliullah itu berkata: ‘Allah Taala telah menjuluki Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai Adam untuk Akhir Zaman ini.’

Pengalaman rohani ini sungguh membahagiakan diriku.’

Setelah Bai’at, beliau pun giat ber-Tabligh di kalangan kerabat-keluarga, sehingga hasilnya seratus orang lagi Bai’at.

(9). Seorang tuan asal Jordania yang sudah bermukim di Inggris ini sejak 40 (empat puluh) tahun yang lalu, dan mengaku sebagai keturunan dari Hadhrat Umar r.a., menyatakan sangat menyenangi tayangan MTA yang sudah ditontonnya sejak lama.

Tuan pejabat tinggi di sebuah industry pesawat terbang ini mengatakan: ‘Beberapa bulan yang lalu aku melakukan salat Istikharah. Maka, aku pun mendapat ru’ya melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Kemudian aku mendekat kepada beliau a.s., yang lalu memegang tanganku untuk Bai’at.

Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memegang tanganku dengan kedua tangan beliau sambil menerangkan hakekat Bai’at, yakni senantiasa erat berhubungan dengan Jama’at; serta beberapa nasehat lainnya.

Setelah itu, akupun diBai’at.

(10). Seorang wanita asal Mesir yang bernama Haallah sahibah, melihat ru’ya: ‘Hadhrat Imam Mahdi bersama Jama’ah beliau berjalan di atas air.

Ketika aku bertanya bolehkah kiranya aku ikut serta ?

Mereka menjawab: ‘Boleh, tetapi nanti dalam perjalanan pulang kembali.’

Setelah mimpi tersebut, aku malah penasaran ingin memperdalam ilmu tarekat Sufisme. Tetapi tidak mendapat kepuasan.

Suatu hari, ketika aku memutar-mutar saluran TV parabola, sampailah aku kepada tayangan suatu acara di MTA – Al Arabia. Setelah aku perhatikan, betapa terkesiapnya diriku demi menyaksikan orang-orangnya persis sama sebagaimana yang aku lihat berjalan di atas air di dalam ru’ya ku itu.

Maka aku pun menulis surat kepada Hudhur, bahwa aku telah melihat wajah Hudhur di dalam ru’ya-ku.’

Begitulah maksud Allah Taala memperlihatkan wajah para Khalifah di dalam ru’ya para hamba-Nya, ialah agar mereka mengetahui, bahwa sepeninggal Hadhrat Masih Mau’ud a.s., para Khalifah beliau melanjutkan missi pertablighannya.

(11). Mubaligh kita di Benin melaporkan: ‘Latifah, seorang pembantu rumah tangga kami yang belum lama bekerja, jatuh sakit. Tak bisa bekerja selama dua hingga tiga minggu.

Ketika ia kembali bekerja, kebetulan sedang berlangsung acara Jalsah Salanah Internasional di UK. Ia berkata kepada istriku: ‘Ketika aku sakit dan tidak bisa bekerja, aku mendapat beberapa ru’ya berkali-kali, hingga membekas dalam jiwaku.

Dan ketika sakit itu, aku pun banyak berdoa, memohon ampun kepada Allah Taala atas segala dosaku, dan wafatkanlah diriku ketika berada di jalan shiratal mustaqim.

Maka dalam ru’ya-ku itu, aku melihat kamarku dipenuhi oleh nur cahaya. Kemudian datanglah seorang wujud waliullah yang mengenakan sorban putih menawan, sehingga terjadilah nur ala nur !

Pada ru’ya berikutnya, aku melihat waliullah tersebut memasuki sebuah ruangan yang sangat besar berwarna putih, kemudian mengatakan sesuatu sambil memegang tangan banyak orang. Sedangkan kumpulan orang banyak yang terdiri dari tiap-tiap bangsa tersebut mengulangi segala apa yang dikatakan oleh waliullah itu.

Di lain kesempatan, waliullah tersebut berpidato yang berkaitan dengan Hadhrat Muhammad Mustapha Rasulullah Saw.’

Pada hari ketika wanita ini menyampaikan ru’ya-nya, bertepatan pula dengan acara Baiat Internasional di Jalsah Salanah UK.

Maka kami pun membawanya ke Masjid untuk ikut menyaksikan proses Baiat International itu via tayangan langsung MTA.

Ketika ia menonton MTA itulah ia berulangkali mengatakan, bahwa semua itu adalah sesuai dengan apa yang saksikan di dalam ru’ya-nya.

Yakni, ketika pada awal prosesi Baiat Internasional itu Hudhur berjalan memasuki tenda putih raksasa, wanita ini pun teringat: ‘Lihatlah itu, beliau memasuki ruangan besar berwarna putih, sebagaimana yang aku saksikan di dalam ru’ya-ku.’

Kami jelaskan lagi kepadanya: ‘Allah Taala telah berkenan memberi petunjuk kepadamu dengan cara yang sangat qoth’i, dan Hadhrat Khalifatul Masih pun telah menyeru kepadamu.’

Ia menjawab: ‘Aku sudah mengikuti ucapan [ikrar Baiat] itu. Tetapi berilah aku waktu (untuk mengisi Formulirnya).

Kemudian ia pulang. Ketika ia kembali bekerja, ia berkata, bahwa orang tuanya marah.

Namun, beberapa waktu kemudian, ia datang sambil menangis: ‘Waliullah itu (maksudnya Hudhur Aqdas) dating lagi dalam ru’ya-ku sambil menyampaikan amanat dari Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw.

Aku menjadi bingung, sebab ajal dapat datang setiap saat, dan aku ini sudah berusia 50 tahun lebih.’

Maka ia pun menyatakan ingin menjadi orang Ahmadi, lalu Bai’at dan membayar Chandah.’

Begitulah, masih banyak lagi kisah mereka semacam itu, yang akan saya sampaikan sebagian lagi pada kesempatan Jalsah Salanah UK mendatang.

Sungguh tak mungkin untuk menyampaikan semua kisah mereka itu. Oleh karena itulah saya telah menyampaikannnya sejak tahun ini.

Walhasil, kaum Ahmadi lama hendaknya banyak-banyak berdoa untuk keteguhan iman mereka. Senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah karena hanya berkat karunia-Nya sajalah Dia berkenan untuk menunjukkan jalan shiratal mustaqim.

Semoga Allah Taala senantiasa memperlihatkan jalan-Nya itu kepada kita. Amin !

Selanjutnya, saya umumkan bahwa saya akan mengimami Salat Jenazah bada Salat Jumah ini, untuk:

(1). Dr. Syed Faruq Ahmad sahib asal India, namun sudah sejak lama bermukim di Birmingham, UK ini, dan meninggal dunia pada 6 July yang lalu, Innalillahi wa inna ilahi raji’un !

Beliau lulus sebagi dokter dari Universitas Patna, India, pada tahun 1958. Kemudian hijrah ke UK pada tahun 1964.

Lalu bergabung ke dalam Royal College of Surgeons, dan berpraktek sebagai Dokter Umum (General Practitioner).

Almarhum berjiwa penyabar dan tawakal. Giat ber-Tabligh dengan hasil banyak sanak keluarga yang baiat masuk ke dalam Jamaat.

Berkhidmat sebagai Sekretaris Tabligh, kemudian Zaim Ansarullah, Ketua Jama’at, dan terakhir sebagai Amir Daerah. Ditambah lagi senantiasa berghairah dalam setiap pengorbanan harta benda.

Sewaktu menjabat sebagai Amir Daerah itulah beliau mendapat taufik mendirikan Masjid Darul Barkat di Birmingham, dan juga beberapa Masjid lainnya. Beliaupun adalah seorang Musi.

Adiknya yang bernama Syed Laiq Ahmad adalah salah seorang syuhada Ahmadi di Lahore.

Pendek kata, seluruh keluarga besar almarhum dikenal ikhlas dan muttaqi pengkhidmatannya di Jamaat. Semoga Allah Taala senantiasa meningkatkan maqom rohani beliau.

(2). Kedua, untuk Sadiqah Qudsiah sahibah, yang meninggal pada tanggal 21 Maret yang lalu, pada usia 57 tahun, Innalillahi wa inna ilahi raji’un !

Beliau adalah seorang guru, yang baik hubungan habluminannas-nya dengan sesame warga Desa, yang meskipun sebagai satu-satunya sebagai keluarga Ahmadi di situ, sehingga banyak mengalami ujian; Namun beliau hadapi dengan istiqamah.

Sangat setia kepada Jama’at; muttaqi; dawam mendirikan berbagai Salat, dan semangat dalam ber-Tabligh.

Dawam pula membayar berbagai perngorbanan Chandah; menjaga Pardah, dan juga anggota Musiah.

(3). Ketiga, untuk Shahid Talpur, di Jamaat Adelaide, Australia, yang syahid pada usia 38 tahun ketika sedang menyeberang jalan di muka rumahnya, pada tanggal 2 Juni yang lalu.

Almarhum adalah sarjana teknik listrik yang bekerja sebagai ‘network analyst’.

Ketika masih di Pakistan almarhum menjabat sebagai Qaid Khuddam, yang Majlis-nya termasuk ‘the best’.

Pada tahun 1992, bersama 21 orang Ahmadi lainnya beliau dijadikan tahanan jaminan [sebagai dampak Ordonansi anti-Ahmadiyah yang buruk itu].

Ayah almarhum adalah seorang ahli hukum yang disegani, sehingga Hakim Ketua menawari pembebasan untuk Shahid Talpur dengan uang jaminan. Namun beliau menolaknya kecuali seluruh 22 orang Ahmadi tersebut dibebaskan. Jika tidak, biarlah anakku tetap ditahan.

Setelah beberapa waktu kemudian dibebaskan, Shahid Talpur inilah yang menjadi sopir bagi sejumlah Khuddam lainnya yang dikenai ‘wajib lapor’ di Pengadilan untuk selama 8 tahun berturut-turut. Pada tahun 1999 almarhum hijrah ke Australia, dan berkhidmat di Jama’at dalam berbagai bidang.

Pada hari peristiwa itu, beliau sedang menyeberangi jalan bersama beberapa orang Panitia Pembangunan Masjid untuk meninjau beberapa calon lokasi.

.Ketika kembali itulah terjadi kecelakaan tersebut hingga merenggut nyawanya.

Almarhum senantiasa bersemangat dan ikhlas berkhidmat untuk Jama’at, apapun tugas yang diberikan.

Oleh karena itu, kepergiannya pun terjadi saat sedang berkhidmat untuk Jama’at yang merupakan sesuatu yang sangat mulia, Innalillahi wa inna ilahi raji’un !

Almarhum adalah pribadi yang sangat menyenangkan, ahli ibadah, dan suka menolong orang miskin secara diam-diam.

Anggota Musi yang suka memuliakan orang lain ini meninggalkan seorang janda dengan 3 anak perempuan.

Semoga Allah Taala mengangkat derajat maqom rohani almarhum. Amin !

oo0O0oo

translByMMA/LA/07132011