Ratapan Hanya Tinggal Ratapan; Sesalan Biarlah Tinggal Sesalan.

Ratapan hanya tinggal ratapan. Sesalan biarlah tinggal sesalan. Biar itu semua sebagai onggokan sampah yang mesti kita rabukkan kembali menjadi kompos yang berguna bagi kesuburan pohon takwa kita yang telah Dia tanamkan sendiri pada diri sang Yang Dijanjikan itu. Kita perlu bergerak. Sudah cukup kita rapatkan barisan. Persendian kita pun mulai kelu karena itu. Cukup sudah pedang-Nya yang senantiasa kita asahkan terus menerus. Jangan jadikan pedang itu habis terkikis oleh batu asah. Jangan jadikan peluka bagi saudara sendiri dan sesama bangsa. Mari bersiap. Visi seabad sudah membentang di pelupuk mata. Kuda-kuda perang yang tangguh dengan dengusan nafas panasnya sudah siap beserta perisai dan tali pelananya, mereka tak mau berlama-lama merumput di padang rerumputan, ilalang, dan belukar berduri. Ufuk sudah memerah delima. Waktu semakin dekat. Mari, ubah ratapan-ratapan itu jadi harapan-harapan dan kabar suka. Menuju takdir kita. Takdir yang menarik Dia berupa pertolongan dan kemenangan-Nya yang dekat. Semoga. Amin.[]