[Beberapa] Makna Singkat Sejarah

Kata "sejarah" berasal dari Bahasa Arab yang artinya: pohon.
Mengandaikan akar-akar pohon yang terus berkembang dari tingkat
sederhana menuju tingkat yang senantiasa kompleks, maka, di dalam
perkembangannya, sejarah merupakan akar, bunga, buah-buah, daun,
ranting, dahan, cabang, keturunan, asal-usul, riwayat, dan silsilah.

Selaras dengannya, Sang Pendiri Suci nan Agung Hadhrat Imam
Mahdi—dan—Masih Mau'ud Mirza Ghulam Ahmad a.s. menulis dalam buku
Alwashiyyat bahwa Jemaat ini diibaratkan adalah pohon yang ditanam
sendiri oleh Allah swt.. "Janganlah kamu menyangka bahwa Tuhan akan
menyia-nyiakan kamu. Kamu adalah sebuah benih dari Tuhan yang sudah
ditnamkan dalam bumi. Allah berfirman: Benih ini akan tumbuh kian
besar; dari tiap-tiap pihak akan keluar cabang-cabangnya dan akan jadi
sebuah pohon besar." (Ahmad, Mirza Ghulam Ahmad. Alwashiyyat. 1993
(7): JAI, penerj.: A. Wahid, H.A.. Halaman 20)

Ada sebuah ayat yang terdapat di dalam kitab suci Alquran pada Surah
Ibrâhîm dan ayat ke 25—28 (QS [Ibrâhîm] 14:25—28). Isinya adalah
sebagai berikut: "Tidakkah engkau lihat, bagaimana Allah membuat
perumpamaan satu kalimah yang baik? [Kalimah itu] bagaikan sebatang
pohon yang baik, yang akarnya kokoh kuat dan cabang-cabangnya
[menjulang] hingga langit. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu
dengan izin Tuhan-nya. Dan, Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
bagi manusia supaya mereka mendapat nasihat. Dan perumpamaan kalimah
yang buruk adalah seperti halnya pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidaklah baginya [dapat]
tegak. Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang
kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan, Allah membiarkan
sesat orang-orang aniaya. Dan, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
(The Holy Qur`ān; with Translation & Commentary in Indonesian Volume
II; Juz 11—Juz 20. Jakarta (2006, edisi keempat): Yayasan Wisma Damai;
Penulisan nomor ayat Alquran ini berdasarkan hadis Nabi-besar
Muhammad-mustafa Rasulullah sholla `l-Lôhu 'alaihi wa sallam (saw.)
yang diriwayatkan sahabi Hadhrat Ibnu 'Abbas rodhiya `l-Lôhu 'anhu,
yang menunjukkan bahwa setiap basmalah pada tiap awal surah adalah
ayat pertama surah itu; kecuali, QS At-Taubah (9) yang tidak
berbasmalah karena masih bagian dari QS Al-Anfâl (8).

كا النَّــبيُّ صــلّى الله عليه و ســلَّم لا يعرف فصــل السُّــورة
حتّى يــنزل عليهِ « بــسم الله الرّحمٰــن الرّحيم » .

"Nabi saw. tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga 'bismi
`l-Lâhi `r-Raĥmâni `r-Raĥîm' turun kepada beliau." (Lihat: Hadis
Riwayat {HR} Abû Dawûd, "Kitab Shalat"; dan Al-Ĥakîm dalam
"Al-Mustadrak", t.t..))

Alquran mengemukakan perlambang 'pohon' secara jelas terkait filosofi
yang sehat dan tidak sehat dengan menggunakan bahasa perlambang yang
sama. Dengan mengumpamakan 'sebatang pohon', kita ditarik kepada empat
macam sifat yang penting.

Pertama, Kalam Tuhan itu baik. Artinya, bersih dari segala
ajaran-ajaran yang kiranya bertentangan dengan akal dan kata hati
manusia atau berlawanan dengan perasaan dan kepekaan tabiat manusia.

Kedua, seperti sebuah pohon yang baik, akarnya dalam, dan buahnya
subur; Kalam Tuhan itu mempunyai dasar yang kuat dan kokoh, dan
menerima hayat serta jaminan hidup yang tetap segar dari sumbernya;
dan laksana sebatang pohon yang kuat, firman Tuhan itu tidak merunduk
oleh tiupan angin perlawanan serta kecaman yang timbul dari rasa
permusuhan, tetapi berdiri tegak di hadapan segala taufan badai.
Firman Tuhan itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari satu
sumber dan oleh karena itu mendapat hayat dan jaminan hidup hanya dari
satu sumber dan oleh karena itu tidak ada ketidakberesan atau
pertentangan dalam prinsip-prinsip dan ajarannya.

Ketiga, cabang-cabangnya menjulang ke langit; yang berarti, bahwa
dengan mengamalkannya, orang dapat menanjak ke puncak-puncak kemuliaan
rohani tertinggi.
Keempat, Kalam Tuhan itu menghasilkan buahnya yang berlimpah-limpah di
segala musim; yang berarti, bahwa berkat-berkatnya nampak di sepanjang
masa. Kalam Tuhan itu di sepanjang abad terus-menerus membuahkan
orang-orang yang karena beramal sesuai dengan ajaran-ajarannya
mencapai perhubungana dengan Tuhan, dan karena kejujurannya serta
kesucian dalam tingkah lakunya, menjulang tinggi dan mengatasi
orang-orang yang sezaman dengan mereka. Alquran memiliki semua sifat
itu dalam ukuran yang sepenuhnya. (Ibid., halaman 883—884, catatan
kaki nomor 1465)

Pelbagai agama dan peradaban manusia memiliki pendangan sakral
terhadap pohon. Kisah Adam a.s. dan Hawa bisa terjelaskan dengan
pohon. Lakon Hadhrat Sidharta Budha Gautama a.s. memuncak di bawah
pohon. Pelbagai kitab suci mengisahkan pohon. Komunitas-komunitas
etnis pun memiliki acuan hidup pada pohon hayat, pohon kehidupan,
pohon suci, pohon arwah, atau pohon abadi. Kosmologi pohon telah
membentuk kesadaran hidup dalam acuan mitologia-kultural dan
religiositas. (Mawardi, Bandung; harian Kompas, tanggal 27 Februari
2010, halaman 12; pada artikel "Teroka; Kita dalam Kosmologi Pohon")

Benar apa yang diungkapkan oleh Hadhrat Nabi Isa a.s. ketika beliau mengatakan:
"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik
buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang
pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak
mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun
pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." (Matius,
7:16—18; Bdk: Alkitab; Jakarta (1965): Lembaga Alkitab Indonesia.
"Daripada buah-buahannya kamu akan mengenali dia. Pernahkah orang
memetik buah anggur daripada pokok duri, atau buah ara daripada pokok
onak? Demikian juga tiap-tiap pohon kayu yang baik, berbuahkan buah
yang baik; tetapi pohon kayu yang jahat, berbuahkan buah yang jahat.")


--
[istghfr-tsbh-slwt-wsslm]
www.RahmatAli.web.id
"Love for All, Hatred for None"
--sent from Gmail.com--