Zarathustra dan Ajarannya



22 Januari 2006 - Oleh: Muhammad Yusuf Khan

Muhammad Yusuf Khan – Inggris
Review of Religion, Agustus 1996
Penterjemah: Iin Qurrotul Ain

Sejarah manusia mengupas secara terus-menerus dan tak hentinya pertentangan dan peperangan antara kekuatan kebaikan dan kekuatan kejahatan. Saat kebanyakan manusia berubah menjadi bermoral buruk dan melanggar kedisplinan etika/susila. Ketika kekayaan membuat sebagian orang melakukan pelanggaran dan berlindung dibalik kekuatan politik dan menyebarkan ketidakamananan, serta kosong dari norma-norma sosial dalam masyarakat dan melakukan gangguan perdamaian dan keamanan disekitarnya. Dalam situasi seperti itu hanya seorang manusia yang luar biasa baik dan memiliki kemampuan rohani saja yang dapat menyelamatkan dan menghilangkan pengaruh buruk yang telah tersebar ke setiap penjuru bumi ini.

Sang Penyelamat atau lebih dikenal dengan sebutan Sang Reformer, pemberi peringatan, utusan atau nabi yang ditunjuk oleh Tuhan Yang Maha Agung dengan membawa misi suci akan membimbing manusia ke jalan yang benar. Dia akan menganjurkan orang-orang untuk berbuat amal kebaikan, mencegah mereka dari menyakiti orang lain dan dari perbuatan-perbuatan dosa serta mengajak mereka untuk menyembah Allah, Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.

Alquran Suci sehubungan dengan ini menyatakan sebagai berikut :

“Dan Kami telah bangkitkan dari antara manusia seorang utusan yang menyeru “Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (pelampau batas)!” Surah An – Nahl (16:17).

Berkaitan dengan pemikiran yang disebut di sini. Seorang Penulis Barat Thomas Carlyle menulis:

“Hadiah paling berharga yang dapat langit berikan kepada bumi adalah seorang laki-laki yang jenius, sebagaimana kita memanggilnya; ruh seorang laki-laki yang benar-benar dikirim dari langit beserta amanat Tuhan untuk kita (manusia). Inilah amanat yang telah kita sia – siakan seperti halnya membuang patung – patung berhala ke perapian, yang menimbulkan sedikit kebingungan lalu kita menghilangkannya bagaikan debu, hancur dan tak dapat diharapkan; seperti itu pulalah penerimaan terhadap manusia agung yang aku tidak memanggilnya selain kesempurnaan.”

Seorang laki –laki jenius yang dianugerahkan kepada bumi oleh Tuhan Yang Maha Besar pada jaman dahulu, adalah Zarathustra (nama latinnya Zoroaster) beliau adalah pendiri ajaran Zoroasterisme di Persia.

Saya memilih topik Zarathustra dan ajarannya untuk study ini karena beliau telah disebut sebagai yang pertama kali memperkenalkan kebijaksanaan ketimuran di Eropa dan disebutkan bahwa Zoroasterisme merupakan agama tertua diantara agama – agama yang telah diturunkan di dunia. Selain itu Zoroaster lebih umum dikenal sebagai nabi nasional Persia (sekarang Iran) yang telah membentuk bagian penting dari kepopuleran Timur Tengah yang juga disebut “Cradle of ancient civilisations (tempat awal kependudukan masyarakat purbakala).”

Zoroasterisme (juga diberi nama Madyanisme dan Parseisme di India dan Pakistan ) meski muncul sebelum Islam di Iran namun saat ini yang bertahan disana hanya minoritas yang menempati area – area terisolasi dan terpencil dari populasi yang lebih luas. Orang –orang Zoroaster adalah pendiri dari sebuah kerajaan besar dan untuk beberapa abad kependudukan mereka berkembang di bawah tiga kaisar besar Persia : Achaemenian, Parthian dan Sassanian. Saat ini populasi mereka di dunia menurun hanya tinggal sekitar 140.000 jiwa yang tersebar di seluruh dunia . Kelompok besar dari anggota komunitas ini hanya sekitar 82.000 jiwa yang menempati Bombay (India) dan sekitar 3000 jiwa berada di Karachi (Pakistan), namun mereka memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Kelompok-kelompok kecil mereka telah berdiri di berbagai pusat hampir di seluruh kota – kota penting di barat. Kekuatan dunia para pengikut Zoroaster saat ini diketahui telah menurun secara perlahan karena meningkatnya jumlah perkawinan keluar komunitas tersebut dan karena angka kelahirannya yang rendah. Terlebih lagi ajaran ini tertutup bagi orang-orang luar yaitu adanya konversi/ penggabungan dari agama – agama lain tidak diijinkan.

Sebelum menjelaskan tentang kehidupan dan ajaran – ajaran Zarathustra serta kepercayaannya, penting sekali menampilkan latar belakang sejarah orang – orangnya, wilayah serta lingkungan – lingkungannya yang membuat agama ini pernah berkembang dan sukses.
Latar belakang Sejarah

Akar sejarah perkembangan orang – orang Persia atau khususnya para penganut Zoroster masih menjadi pertanyaan yang sepenuhnya belum terungkap. Seperti telah disebutkan sejarah agama ini bermula pada suatu waktu di tahun milenium ke – tiga bersamaan dengan masa orang – orang Indo – Eropa. Yaitu sekitar tahun 3000 SM, ada sebuah kelompok dari antara suku- suku yang berada di daerah dekat Eropa Timur yang mulai terpecah. Beberapa mereka mengembara ke selatan dan tinggal di Yunani dan Roma, sedang yang lainnya meneruskan perjalanannya ke selatan dan menetap di Skandinavia. Juga kelompok yang lainnya telah menggembalakan ternak mereka di padang luas di Caspia timur sekitar tahun 2000 SM. Di sana orang – orang tersebut membangun tempat tinggal untuk sewaktu – waktu dan menamakan diri mereka Arya (Arian) yang berarti yang memiliki kedudukan tinggi. Namun para cendekiawan hanya menyebut mereka keturunan Indo – Iran. Sekitar tahun 1800 SM mereka terpecah lagi menjadi 2 kelompok dan mengadakan perjalanan ke daerah bagian timur dalam dua gelombang. Gelombang pertama melewati Persia bagian utara dan meninggalkan beberapa penduduknya di sana, serta membawa sebagian besarnya ke India Timur. Sedangkan gelombang kedua bermukim di Persia.

Secara umum di ketahui bahwa Medes dan Persia adalah dua kelompok Arya yang menduduki dan bermukim di Iran selama beberapa abad termasuk mereka yang tinggal di sana tak lama setelah tahun 1500 SM. Medes adalah Arya pertama yang memiliki pengaruh di Asia Barat. Pada saat itu yaitu abad ke – 8 SM kekuatan mereka paling besar.

Berkenaan dengan kondisi keagamaan saat kekuasaan Medes, ada sekelompok pendeta yang memaksakan pengaruhnya dengan melakukan evolusi agama , mereka disebut kaum magis. Mereka memiliki kekuatan secara politik dan sosial, mereka melakukan ritual ketat yaitu mempersembahkan pengorbanan –pengorbanan kepada dewa – dewa, menafsirkan mimpi –mimpi, membaca mantera – mantera pengusir setan dan membunuh makhluk – makhluk yang tidak mereka sukai serta diikuti tindakkan-tindakkan lainnya yang buruk. Mereka tidak memiliki kecocokan dengan Achaemian. Dan pada masa kekuasaan Darius berlangsung wibawa mereka benar – benar jatuh. Mereka (para pendeta) yang intelektual memilih menerima ajaran Zoroaster dan setuju dengan pembagian kelasnya. Pada akhir masa Darius mereka mengatur rencana memasuki dunia politik dan melakukan hierarki keagamaan serta berusaha memperoleh kembali status sosial mereka.

Orang-orang Persia menghubungkan sejarah masa lalunya dengan nenek moyang mereka yang di sebut Achaemenes. Cyrus II yang adalah keturunan generasi kelima Achaemenes dan merupakan seorang pangeran muda Fars (Bahasa latinnya Peris berasal dari “parsee dan akar kata Persian), meruntuhkann Medes pada tahun 550 SM dan mendirikan dinasti Achaemenid ( 550 – 330 SM ). Beliau berhasil menaklukan seluruh wilayah Asia mulai dari batas India hingga Yunani. Kerajaannya terbentang dari India melewati Mesopotamia (Irak) hingga Syria kanaan. Beliau berhasil mempersatukan rakyat di wilayahnya dengan aturan yang dibuatnya, meski mereka memiliki budaya – budaya yang berbeda, kepercayaan berbeda dan berbicara dengan bahasa yang berbeda pula. Beliau juga menerima adat istiadat yang muncul dan menghormati kebudayaan daerah serta menghargai semua dewa – dewa dari rakyat yang berada di wilayah kerajaannya.

Alquran Suci ( Surah Al – Kahfi, ayat 84 – 99 ) menyebutkan bahwa Zulkarnaen adalah seorang hamba Allah yang saleh dan diberkati dengan wahyu – wahyu. Beliau digambarkan sebagai seorang penakluk, seorang pemimpin yang baik dan adil dan disebutkan pula bahwa beliau memperlakukan negara – negara di bawah kekuasaannya dengan baik dan penuh pertolongan. Dan terakhir disebutkan bahwa beliau tiba di suatu daerah pertengahan dimana orang – orang tak beradab dan Gog dan Magog melakukan kekacauan. Bible setuju dengan semua fakta itu pula secara khusus disebutkan dalam Al – Quran tentang Zulkarnaen dan hal – hal tersebut menunjuk kepada Raja Cyrus. Maka tak lain dan tak bukan Cyrus II menurut Al – Quran adalah Zulkarnaen.

Sepeninggal Cyrus II, ekspedisi – ekspedisi militernya dilanjutkan oleh putranya Cambyses II (529 – 522 SM) dan keturunan-keturunan penerusnya adalah Darius (522-486 SM), Xerxes (486-465 SM), Artaxerses (465-425 SM). Namun pada masa kekuasaan Artaxerses meski berlangsung selama 50 tahun, namun revolusi-revolusi banyak muncul di Mesir dan daerah-daerah taklukan lainnya dan pula terjadi peperangan dengan negara-negara di Yunani yang muncul dan berhenti selama kurun waktu yang panjang. Akibatnya secara perlahan terjadi kehancuran di dalam kerajaan Achaemenid. Pada saat penobatan Artaxerses III (359-338 SM) ke kursi kerajaan, batas-batas kerajaan terdekat yang telah didirikan hanya bisa bertahan sementara. Pada masa pemerintahan Darius III Kerajaan ini akhirnya runtuh di tangan Alexander (336-331 SM), setelah melewati peperangan yang menentukan antara mereka di timur Sungai Tigris di Padang Karbela. Darius dipaksa untuk melarikan diri dan akhirnya terbunuh. Angkatan perangnya diistirahatkan ke timur dan mereka membiarkan saja ketika Alexander Agung menjadi penguasa Asia.

Terkadang sebelum peristiwa-peristiwa ini terjadi, kemunculan Zarathustra telah disebut-sebut. Namun dimana dan kapan munculnya masih menjadi bahan diskusi dalam paragraf berikutnya.

Zarathustra (yang berarti dia cahaya emas) adalah pendiri agama Persia kuno Zoroasterisme yang dikenal dengan nama Zoroaster di barat. Berasal dari Bahasa Latin Zoroasters dan dalam Bahasa Yunani disebut Zorastres. Kitab suci agama ini Avesta, menyebut sebutan Zarathustra secara konsisten, sementara di dalam versi Pahlavi nama itu adalah Zaratusht dan dalam Bahasa Persia modern beliau disebut dengan nama Zardusht, Zartusht ataupun Zarathust.


Tanggal Kelahiran

Tanggal kelahiran beliau yang tepat masih menjadi perdebatan. Para penulis klasik Yunani, menghubungkan hal tersebut dengan sejarah pribadi-pribadi penting seperti Aristoteles, Hermodorus dan Xanthust (abad ke-5 SM). Plutarch (kira-kira th. 46-120 M, menempatkan nama Zoroaster lebih awal dari th 6000 SM. Eudoxus (kira-kira th. 365 SM)menyebutkan hal itu menjadi 6000 tahun sebelum kematian Plato (347 SM). Beberapa ahli sejarah menempatkannya pada kurun waktu antara th 1750 SM dan th. 1000 SM, khususnya ketika Persia keluar dari jaman batu. Sedangkan Al-Biruni (973-1048 M) telah menulis tanggal berharga tentang kemunculan Zarathustra yaitu pada tahun 1000 SM, apakah itu tanggal kelahiran atau tanggal kemunculan beliau setelah menerima wahyu-wahyu, masih merupakan hal yang membutuhkan interpretasi. Menurut kepercayaan para pengikut Zoroaster, beliau muncul 258 tahun sebelum Alexander yaitu saat jatuhnya Persepolis, ibukota kerajaan Achaemenid pada tahun 330 SM. Yang berarti beliau muncul pada tahun 558 SM. Zoroaster berusia 42 tahun ketika Raja Vishtaspa (bahasa Yunaninya Hystaspes) yaitu raja dari Chorasmia menjadi pengikutnya. Dan pendirinya sendiri (Zarathustra) hidup selama 70 tahun (sebagaimana terbukti). Juga secara tradisional dipercaya bahwa filusuf Yunani yakni Phytagoras belajar bersamanya. Tanggal kelahirannya diperkirakan jatuh antara tahun 628-551 SM), meski pendapat ini tidak diterima oleh para cendekiawan modern.
Tempat Kelahiran

Tempat kelahirannya juga menjadi kontroversi lain. Beberapa orang menyebut beliau orang Iran Kuno; sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa beliau asli orang Rhages, Rayy modern yaitu sebuah wilayah di pedalaman Teheran. Seorang cendekiawan Iran menyatakan bahwa tempat kelahirannya menurut Avesta adalah tepat di tepian Sungai Dareja di Airyana Vaejah. Sekarang diketahui Dareja adalah Araxes (Seyhoon di Persia) yang terletak di Transoxiana dekat perbatasan barat daya (north west) Media. Seorang pengarang Islam Sharastani (1086-1153 M) dan at-Tabri (kira- kira th. 839-923 M) menyatakan tempat kelahiran Zarathustra di Iran Barat. Para penulis Arab , Ibnu Hurdadhbah (kira-kira th. 816 M) dan Yaqut (kira-kira th. 1220 M) menyatakan dengan jelas Urmiah (sekarang disebut Rizajeh) di Shiz yaitu distrik Azarbaijan sebagai tempat kelahiran Zoroaster.

Berdasar fakta itulah bukti penanggalan otentik biografi beliau masih sedikit. Mungkin bisa disimpulkan bahwa Zarathustra lahir di Iran di akhir abad ke-7 atau awal abad ke-6 SM bersamaan dengan masa berlangsungnya kekaisaran Persia dibawah pimpinan Cyrus II (550-330 SM).

Zarahustra adalah keturunan gelombang pertama Indo-Iran. Mata pencaharian Penduduknya adalah bertani. Ayahnya bernama Pourushaspa memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Ksatria Spitama yang merupakan generasi ke 45 dari Gayomart manusia pertama (seperti halnya Adam). Ibunya bernama Dughdova berasal dari Marga Hvogva.

Masa kecil dan masa kehidupan selanjutnya Zarathustra dipercaya kaya akan keajaiban. Disebutkan bahwa beliau lahir dalam keadaan tertawa bukannya menangis. Juga diceritakan saat beliau masih kecil telah terhindar dari banyak ujian dalam kehidupannya dengan bantuan binatang-binatang besar. Pada suatu kejadian seekor kerbau berdiri melindunginya dari injakan kaki-kaki kuda ternak. Juga ada diceritakan saat seekor kuda betina melindunginya dari injakan kuda-kuda lainnya. Pada saat lainnya seekor serigala bukan menerkam bahkan membiarkan beliau begitu saja diantara anak- anaknya. (Beberapa pengikut modern ajaran ini tidak menganggap hal-hal tersebut secara serius).

Disebutkan Zarathustra telah menikah tiga kali, (perkawinan poligaminya ditolak oleh para pengikut Zoroaster). Beliau memiliki tiga orang puteri dan seorang anak laki-laki dari isteri pertamanya, memiliki dua orang putera dari isteri keduanya dan dari isteri ketiga beliau tidak memiliki anak.

Tradisi-tradisi selanjutnya mempercayai bahwa beliau diajari menjadi seorang pendeta. Di dalam Gathas beliau menyebut dirinya sebagai Zaotar yaitu seorang pendeta yang benar-benar berkualitas. Menurut orang-orang Indo-Iran pengajaran tersebut dimulai pada saat beliau berusia 7 tahun dan dilakukan secara lisan, pada saat orang-orang zaman tersebut belum mengenal ilmu baca tulis. Beliau kemungkinan telah menjadi pendeta pada usia 15 tahun yang menurut orang-orang Iran pada jaman itu usia tersebut adalah usia matang. Beliau mempelajari semua hal sedapat mungkin seperti tentang misteri penciptaan dan realita kehidupan. Rasa ingin tahu beliau membuatnya tidak cepat merasa puas akan sesuatu hal. Namun wahyu telah membimbing beliau untuk meditasi dan intropeksi diri. Beliau bermaksud memahami dan mengerti tentang peranan manusia sebagai makhluk ciptaan.

Beliau meninggalkan rumah pada usia 20 tahun dan kepergian beliau tersebut bertentangan dengan kehendak orang tuanya. Diceritakan beliau pergi ke pegunungan. Beliau menginginkan jiwa beliau dalam kesunyian. Beliau selama bertahun-tahun melakukan perjalanan mencari kebenaran, terbimbing dengan memiliki pikiran baik, penuh kesadaran dan cinta kasih. Dalam syairnya disebutkan bahwa selama perjalanan, beliau harus menyaksikan tindakkan kekerasan. Beliau menyadari ketidakberdayaannya, tapi memiliki perhatian mendalam terhadap keadilan, penegakkan hukum moral yang setara baik bagi yang kuat maupun yang lemah, hingga semua bisa mengikuti jalan kebaikan di kehidupan ini dengan penuh kedamaian dan ketenangan.

Dengan keinginan kuat dan kekhawatirannya akan mencari kebenaran, pada saat hari mulai gelap, dengan berdiri di depan matahari tenggelam beliau berkata : (terdapat pada hal 3 – 4)

Engkau wahai bintang besar! Kemanakah kebahagiaan engkau yang tanpa kebahagiaan itu untuk apa lagi engkau bersinar!

Sepuluh tahun sudah aku mendaki disini di guaku:

akankan engkau lelah dengan sinarmu dan lelah dengan jalan yang bukan untukku, elangku ataupun ularku.

Namun kami menantimu tiap pagi dan mengambil milikmu yang sangat melimpah juga berkatmu.

Wahai! Aku lelah dengan kebijaksanaanku yang seperti lebah menghimpun terlalu banyak madu; Aku membutuhkan tangan-tangan merentang untuk mengambilnya.

Untuk itu aku harus memberi dan mengedarkannya hingga kearifan kembali bersatu diantara manusia di dalam kenaifan mereka dan kemiskinan kekayaan mereka.

Pada akhirnya aku harus turun ke kedalaman: seperti halnya engkau berbaring pada hari yang gelap, meski saat engkau tenggelam di balik laut, dan membawa cahaya ke dunia bawah tanah, engkau adalah tetap bintang yang paling dermawan!

Seperti halnya engkau, aku harus turun dan mengatakan kepada manusia yang untuknya aku akan turun.

Berkati aku dengan mata tenangmu yang melihat tanpa iri dengki malahan dengan rasa gembira yan sangat!

Berkati aku dengan mangkuk yang menumpahkan airnya, hingga menjadi banjir emas, membawa pantulan kebahagiaan yang banyak kemana saja mengalir!

Wahai! Mangkuk ini harus kembali kosong dan Zarathustra harus kembali menjadi manusia. Lalu mulailah Zarahustra turun.

Menurut kepercayaan, Zarathustra menghabiskan waktu 10 tahunnya dalam pencarian ini. Ketika beliau berusia 30 tahun yaitu saat beliau memiliki kebijaksanaan yang matang, pandangan rohani (mimpi) diperlihatkan kepada beliau . Cerita tentang hal tersebut sampai kepada kita lewat tradisi-tradisi/ kepercayaan, (GAHAS (Yasna 43) dan Isi Pahlavi (Zadspram ZZ-XXI) berbunyi berikut ini :

Zarathustra berada dalam suatu perayaan festival musim semi, saat matahari terbenam beliau mengambil air ke sungai untuk ritual suci. Pada saat beliau berjalan kembali dari tengah sungai menuju pinggiran sungai beliau melihat wujud malaikat yang bercahaya di pinggiran sungai yang menyebut dirinya sebagai Vohu Manah (bertujuan baik atau berniat baik). Zarathustra dibimbing oleh Wujud tersebut yang tak lain merupakan Perwujudan lain Ahura Mazda (Tuhan yang bijak) dan oleh lima wujud cahaya abadi. Sebelumnya beliau tidak melihat bayangannya sendiri sangat berkilauan di atas permukaan bumi kemudian menerima wahyu. Beliau diajari tentang prinsip-prinsip utama kebenaran atau agama kebaikan. Saat itulah pertama kalinya beliau melihat Ahura Madza dan menyadari keberadaan-Nya saat firman-firman – Nya (panggilan tugas) diperdengarkan kepada beliau. Tentang hal ini beliau menyatakan:

Karena itulah aku menjadi bagian dari mu dari permulaan.(Yasna 44.11)

Selagi aku masih memiliki kekuasaan dan kekuatan, aku akan ajarkan manusia untuk mencari kebenaran asha (aturan, kebenaran dan keadilan ). (Yasna 28.4)

Tentang kebenaran wahyu tersebut, beliau menerangkan:

Sungguh aku mempercayaimu wahai Ahura Madza. Engkau adalah pemberi rezeki yang paling baik, saat Sraosha datang kepadaku dengan niat baik, saat pertama kalinya aku menerima dan menjadi bijak dengan kata-kata-Mu. Dan meskipun tugas ini berat, meski kesulitan datang menghadangku namun aku akan tetap umumkan kepada umat manusia amanat-Mu yang telah dinyatakan sebagai yang terbaik. (Yasna 43)

Beliau berdoa kepada Madza:

Aku mohon kepada-Mu ceritakanlah kepadaku dengan sesungguhnya wahai Ahura Madza! bahwa agama ini adalah yang terbaik untuk seluruh umat manusia. Agama yang berdasar pada kebenaran yang akan mensejahterakan semuanya, agama yang menetapkan perbuatan-perbuatan manusia berdasar peraturan dan hukum dengan kesempurnaan kidung rohani suci. Agama yang memilki hasrat inteligensi, hasrat akan Engkau wahai Madza. (Yasna 44.10)

Zarathustra diberi keyakinan bahwa dia adalah utusan Ahura Mazda, Tuhan Yang Bijaksana, satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Beliau menentang semua dewa-dewa orang-orang Vedic Iran serta beliau adalah penentang mitologi-mitologi mereka, persembahan-persembahan korban serta upacara minum ritual Hoama dan menentang semua yang dipersekutukan terhadap Ahura Mazda yaitu ahura-ahura dan daeva-daeva lainnya dalam peperangan universal antara kebenaran dan kebatilan.

Zarathustra menyatakan bahwa Ahura Mazda adalah Azali (tidak tercipta), kekal selamanya dan Dia adalah pencipta semuanya termasuk semua dewa-dewa lainnya. Beliau yakin tentang kebijaksanaan, keadilan dan kebaikan yang mutlak terpisah dari unsur kejahatan dan kezaliman.

Beliau menyatakan tentang keutamaan pengetahuan yang baru beliau dapatkan. Beliau bersabda:

Saat aku membayangkan Engkau, wahai Mazda. Engkaulah yang awal dan Yang akhir, Engkaulah satu-satunya yang patut disembah, sumber ajaran kebaikan, pencipta kebenaran dan keadilan, hakim atas semua tindakan-tindakan kami di dunia ini . Karenanya aku tempatkan engkau di hati sanubariku. (Yasna 31.8)

Dengan gejolak jiwa yang sebenarnya, beliau bersabda:

Karenanya aku umumkan yang paling agung dari semuanya! Aku rangkaikan lagu-lagu pujian untuk-Nya melalui kebenaran, memberi pertolongan dan dermawan kepada semua makhluk hidup. Biarkan Ahura Mazda mendengarkan mereka dengan ruh suci – Nya.bq. Demi pikiran baik yang telah Tuhan perintahkan kepadaku yaitu untuk memuja – Nya dan demi kearifan-Nya, biarkanlah Dia mengajariku apapun yang terbaik. (Yasna 45.6)

Zarathustra melihat dalam pandangan rohaninya (kasyaf) seorang musuh yang muncul bersama Ahura Madza, musuh itu memiliki ruh durjana yaitu Angra Mainyu, yang dungu dan pemfitnah sesungguhnya.

Beliau menempatkan diri beliau sebagai musuh sejati para pengikut kedustaan dan beliau adalah pendukung kuat para pengikut kebenaran. Karena ghairatnya kepada Tuhan Yang Bijak, beliau sangat marah dan malu saat menyaksikan adanya penyimpangan pada pelaksanaan upacara-upacara keagamaan. Beliau adalah pribadi yang tidak kenal kompromi dengan hal-hal tersebut. Musuh kebenaran harus dikalahkan dan ditaklukkan.

Zarathustra menentang para penyembah daeva-daeva yaitu sekelas dewa-dewa yang dikenal secara umum oleh orang-orang Indian dan orang-orang Iran. Para pemimpin musuh-musuh beliau adalah para kavis dan karapan/ sekasta dengan pendeta. Beliau menentang tradisi-tradisi dan praktek-praktek keagamaan yang mereka lakukan. Saat beliau mengumumkan misinya beliau mendapat tantangan keras dari musuh-musuh beliau baik dari kalangan rakyat maupun para penguasa agama, seperti halnya apa yang pernah dialami oleh nabi-nabi lainnya. Zarathustra menyadari kelemahan beliau sendiri dan menyadari jika akan ada perlawanan terhadap ajarannya. Beliau kecewa ketika karib kerabat dan sahabat-sahabat beliau menjauhinya, dan ini meninggalkan duka yang mendalam di hatinya. Misi beliau dimulai ketika beliau berusia 30 tahun dan dalam sepuluh tahun kehidupan beliau selanjutnya, beliau hanya berhasil membai’atkan satu orang ke dalam ajarannya, yaitu saudara sepupu beliau sendiri yang bernama Maidyoimah.

Di kampung halamannya sendiri (yaitu Chaychost), beliau tak henti-hentinya dicaci maki. Beliau mengalami penderitaan yang tak beradab yang dilakukan oleh para penentangnya baik dari kalangan bangsawan yang berkuasa maupun dari kalangan para pendeta.

Karena hal ini, pada suatu ketika Zarathustra mengadu kepada Ahura Mazda:

“Tanah mana yang harus aku datangi? Kemanakah akan kuayunkan langkah-langkah kakiku? Murid-muridku juga teman-temanku memisahkan diri dan menjauh dariku. Tak satupun teman yang bisa membahagiakanku. Seluruh penguasa mendukung kebatilan, lalu bagaimana aku bisa menyenangkan Ahura Madza.” (Yasna 46.1)

Tiba-tiba secercah sinar harapan muncul. Beliau tetap teguh dijalannya dan bersikukuh pada misi yang beliau emban dan beliau yakin bahwa kebenaran akan menang secara menyeluruh.

Aku hanya memilih ajaran-Mu,Tuhan.”(Yasna 46.2)

“Semua pujian akan selalu aku persembahkan untuk-Mu wahai Tuhan Yang Bijak.” (Yasna 50.4)

Menurut kepercayaan Zoroaster, ada cerita tentang kesuksesan Zarathustra dalam membai’atkan Raja Vishtaspa beserta kalangan istana kerajaan. Demikian ceritanya:

Ketika beliau berusia 42 tahun, beliau beserta beberapa pengikut beliau berhijrah meninggalkan kampung halaman dan bermigrasi ke Bacteria di Iran timur (sekarang disebut Chorasmia). Disini beliau juga mendapatkan perlawanan dari musuh-musuhnya. Berita tentang nabi baru terdengar oleh Kavi Vishtaspa yaitu raja wilayah Balkh. Raja mengundang Zarathustra ke istananya untuk menerangkan ajarannya. Raja juga mengundang para pendeta untuk berdiskusi. Raja Vishtaspa berhasil diyakinkan tentang kebaikan ajaran Zoroaster. Raja ini tidak menyukai para pendeta tradisional yang memusuhi Zarathustra, bahkan kemudian dia memeluk agama baru tersebut yang jelas bertentangan dengan kehendak beberapa kalangan istana.”

Dalam kisah lain diceritakan sebagai berikut:

Setelah 3 hari berlangsung perdebatan di dewan agung istana raja antara Zarathustra dengan para kavis dan karapan yang tidak bersahabat, musuh-musuh beliau ini merencanakan memasukkan beliau ke dalam penjara. Beliau tertahan disana hingga beliau berhasil menarik perhatian Raja Vishtaspa. Zarathustra berhasil menyembuhkan kuda kesayangan raja yang lumpuh. Karena keberhasilannya ini maka Raja Vishtaspa, ratu beserta beberapa keluarga istana memeluk ajaran Zarathustra dengan sepenuh hati. Peristiwa ini terjadi saat beliau berusia 42 tahun. Dan peristiwa ini merupakan pembuka jalan untuk penyebaran ajaran beliau selanjutnya. Raja Vishtaspa tak hanya memeluk agama Zoroaster namun juga sang raja membantu menyebarkan ajaran tersebut ke seluruh kerajaannya.

Meski Zoroaster tinggal di istana para bangsawan dan pada kenyataannya beliau mendapat jaminan perlindungan dan dukungan istana, namun beliau tidak mendapatkan ketenangan. Tekanan terus menerus dilakukan oleh sebagian musuh-musuhnya. Di dalam Gathas diceritakan bahwa Zarathustra mencela tindakan zalim para bangsawan dan pendeta yang menindas sesama manusia.

“Akankah kawan-kawanku datang membantuku menyebarkan ajaran-ajaran-Mu? Kapankah kumpulan kedustaan busuk ini akan sirna? Yang dengannya para pendeta memperdayai manusia dengan tipu daya mereka, yang dengannya pula para penguasa yang bermoral buruk akan menguasai negeri dengan membawa serta niat buruknya? “(Yasna 48.10)

Bertahan terhadap kesulitan-kesulitan besar, Zoroaster mengikrarkan keinginan beliau untuk meneruskan menyebarkan kebenaran. Beliau yakin bahwa pekerjaan baik yang seseorang lakukan akan menghasilkan hal yang baik bagi orang tersebut.

“Amanat-Mu, wahai Ahura Mazda! Akan sungguh-sungguh aku sampaikan dengan kebijaksanaan. Nasib tidak baik akan menanti mereka yang berdosa sementara cahaya kebenaran langit akan tetap turun; manusia sendiri akan berbahagia dan memiliki kebijaksanaan menyebarkan firman-firman suci-Mu. (Yasna 50.8)

Zarathustra telah membentuk rasa persaudaraan di kalangan pengikutnya, yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada tiga pengkategorian di antara para pengikutnya, yaitu Xvaetu (berohani kuat), Verezena (pengikut setia) dan Airyamna (sahabat).

Zarathustra menikahi Havovi yaitu saudara perempuan salah satu pengikut Zarathustra yang bernama Frashaoshtra (dia adalah pemegang posisi tinggi di istana Raja Vishtaspa). Sedangkan anak perempuan termuda Zarathustra dinikahi oleh paman Havovi yang bernama Jamaspha ( dia adalah kepala penasehat Raja Vishtaspa), yang juga tercatat sebagai pengikut awal ajaran Zarathustra.

Ketiga anak laki – laki Zarathustra menjalankan dan sekaligus mewakili ketiga kelas sosial tersebut, yaitu para pendeta, prajurit dan petani.

Ketika Zarathustra mencapai usia 77 tahun yaitu setelah 47 tahun masa kenabiannya, Madzaisme telah sukses berdiri namun pada masa itulah terjadi pensyahidan terhadap beliau.

Diriwayatkan beliau wafat karena tindakan kekerasan. Beberapa riwayat menceritakan beliau disyahidkan oleh salah seorang musuh ajaran beliau yang bernama Turbatur, saat itu beliau sedang memberikan khutbah di Bacteria (Balkh).

Sumber lainnya menceritakan Bangsa Turanian menyerang Kota Balkh dan mereka menghancurkan Kuil NUSH AZAR, beliau beserta beberapa pendeta dibunuh orang-orang Turanian ketika beliau sedang memimpin upacara keagamaan di perapian suci. Orang-orang Yunani yang sangat menghormati beliau menceritakan kewafatannya bahwa beliau wafat karena sambaran cahaya atau api dari langit.
Kitab-kitab Suci Ajaran Zoroaster

Dikatakan bahwa agama ini hanya memiliki satu kitab suci yang disebut Avesta. Itupun sekarang hanya tinggal beberapa bagian naskah saja. Menurut para penganut Zoroaster yang berdialek Iran Timur dan dua orang ahli sejarah muslim pada abad ke-20 dan abad ke-13, yaitu Tabari dan Mas’udi menyatakan bahwa keseluruhan isi kitab Avesta telah ditulis dengan tinta emas di atas 12.000 lembaran kulit sapi dan kitab ini pernah tersimpan di perpustakaan kerajaan yang terletak di Istakhar atau tersimpan di hasanah kekayaan yang disebut Dizh-e-Niphist yang terletak di Persepolis, namun itu terbakar habis saat terjadi invasi Alexander Agung. Salinan kedua kitab ini dibawa ke Athena dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Yunani. Sabda-sabda Zarathustra dan para penerusnya kemungkinan telah dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi.

Karena kondisi itu dan juga dikarenakan kekacauan yang timbul saat datang sang penakluk, maka banyak tradisi-tradisi lisan harus hilang pula. Disebutkan bahwa sepertiga isi kitab Avesta ini masih tersimpan di dalam memori para pengikut Zarathustra saat itu.

Juga mengenai literatur-literatur tambahan lainnya mengalami dua kali kerusakan yang tak dapat tergantikan. Yang pertama terjadi pada abad ke-7 yang dilakukan oleh para penakluk Bangsa Arab dan berikutnya terjadi pada abad ke-12, yaitu saat raja – raja Mongol datang dengan kekuatannya. Lebih dari sepertiga literatur agama ini yang ada di masa Bangsa Sasania (yaitu era terakhir kekuatan ajaran Zoroaster) mengalami kehancuran.

Beberapa Riwayat menyebutkan AVESTA terdiri dari 21 NASK (jilid). Ringkasan jilid-jilid tersebut terangkum dalam kitab Pahlavi, yang disebut DENKERT. Tertulis abad ke-9 M yang tampilannya sama seperti saat ini. Jilid-jilid tersebut terbit dengan ukuran tebal.

Setelah terjadi pengusiran orang-orang Yunani oleh orang-orang Parthia, ajaran Zoroaster bangkit kembali. Raja Volgeses memerintahkan pengumpulan bagian-bagian AVESTA yang terserak. Pekerjaan ini dirampungkan oleh Tansar, yakni seorang pendeta agung dari Ardeshir dan juga merupakan pendiri Dinasti Sassanian pada th. 224 M. Pada waktu bersamaan penerjemahan AVESTA ke dalam Bahasa Pahlavi dilanjutkan dan komentar-komentar ditambahkan pada kitab ini, yang selanjutnya dikenal dengan nama ZEND AVESTA (Aza’nti dalam Bahasa Avesta dan disebut Avestak-u-Zand dalam Bahasa Pahlavi). Tansar kemudian menyusun kembali Avesta menjadi 3 bagian : GASSANIK ( Gathic atau puji-pujian ibadah ) HADHA MANSARIK ( campuran ajaran – ajaran kerohanian dan ajaran duniawi ) dan ketiga DATIK (hukum).

Avesta masa kini terdiri dari 5 bagian:

“1. YASNA (penghormatan). Isinya berkaitan tentang penciptaan, wahyu, hukum kekekalan, kebebasan memilih, tujuan hidup, keabadian ruh, hukum konsekuensi dan pembaharuan dunia. Yasna terdiri dari 72 Haiti (bab) dan mencakup 2 GATHAS.

GATHAS (puji – pujian rohani) adalah bagian otentik kitab AVESTA yang paling sakral. Di dalamnya berisi cerminan ajaran Mazdaisme yang hakiki, agama yang dianut dan diamalkan sejak diturunkannya di Iran timur.

Mazdaisme merupakan agama negara yang dianut sejak awal kekuasaan Achaemanian. Seperti tersebut di dalam Gathas; Mazdaisme adalah agama terbaik selamanya. Didalamnya tidak disebutkan tentang nabi – nabi lainnya selain Zoroaster. Namun Gathas berbicara tentang SAOSHYANT (berarti orang – orang suci yang memiliki misi memperbaiki dunia). Ribuan dari antara mereka termasuk Zoroaster disebut SAOSHYANT. Kata SAOSHYANT dalam bentuk lain yaitu SOSHYOS muncul kembali di dalam YOUNGER AVESTA yang berarti Sang Penyelamat Pilihan. Kata SAOSHYANT juga telah digunakan oleh para cendekiawan yang berarti MASIH atau MAHDI seperti telah tersebut dalam AGAMA – AGAMA IBRAHIM.

1. GATHAS PROPER (Gathas asli), terdiri dari bab 28 –34 dan bab 43 – 53 yang tertera dalam kitab YASNA. Gathas proper adalah bagian tertua dari kitab AVESTA. Memiliki bahasa berbeda dengan bagian Avesta lainnya. Tidak berisikan perintah – perintah namun berisikan bacaan – bacaan yang menginspirasi dan penuh kecintaan yang ditujukan langsung kepada Tuhan. Isi Gathas ini berbentuk puisi kuno yang sama dengan masa Indo – Eropa. 17 hymne (puji – pujian ) atau lagu –lagu ini digubah oleh Zarathustra dan merupakan bagian AVESTA yang telah diwahyukan. Isi GATHAS ini diimani sepenuh hati oleh komunitasnya.

2. GATHAS HAPTANHAITI, atau 7 BAB, terdiri dari bab 35 hingga bab 42 yang tertera pada Kitab Yasna. Disusun oleh para pengikut Zarathustra sepeninggal beliau dalam bentuk prosa.

3. YASHT, berarti memuja – muja. Disusun dalam bentuk puji – pujian YAZATAS (berarti satu – satunya yang di sembah). Kebanyakan YAZATAS tidak terdapat di dalam GATHAS. Masalahnya Magis ( para pengikut Pra – ajaran Zoroaster ) telah memasukan beberapa ajaran tersebut ke dalam ajaran Zoroaster dan berhasil memperkenalkan beberapa dewa – dewa mereka dalam bentuk Yaztaz.

4. VISPRED, memiliki arti semua festival (perayaan). Terdiri dari 24 bab dan memiliki kaitan dengan 6 perayaan musim Thansgiving yang disebut GAHANBAR.

5. VENDIDAD, berarti hukum yang menentang para demon ( ruh – ruh jahat ) dan dewa-dewa palsu. Kitab ini juga banyak berisikan tentang aturan-aturan hygiene (kesehatan).

6. KHORDEH AVESTA, bagian Avesta ini berbentuk bilingual dan berisi doa – doa

sehari – hari yang sebagian berbahasakan Persia. Isi Avesta ini menggambarkan doa – doa orang – orang Sassanian dan orang – orang setelah bangsa Sassanian.

Bagian selebihnya AVESTA disebut YOUNGER AVESTA. Ini berbeda dengan 2 GATHAS lainnya dan telah tersusun dalam kurun waktu yang berbeda, berbahasa Iran timur dan tersusun lama setelah mangkatnya Zarathustra. Ajaran – ajaran Zarathustra telah dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi lalu ditulis selama masa kekuasaan orang – orang Sassanian Persia Tengah, tulisan ini disebut Pahlavi.

Kitab –kitab PAHLAVI memiliki kaitan dengan sumber – sumber berbahasakan Avesta dan kitab – kitab ini memiliki kunci – kunci bernilai tak terhingga untuk menginterpretasikan kandungan – kandungan GATHAS dan merupakan kunci bahan study ajaran – ajaran Zoroaster. Kebanyakan teks – teks PAHLAVI bernilai scholar dan informatif dengan sentuhan kekayaan filsafat. Beberapa isi kitab ini telah memberikan pengaruh terhadap ajaran filsafat Islam Syiah di Iran namun tidak mencerminkan ajaran Zoroaster ortodox. Kebanyakan dari kitab –kitab ini disusun beberapa abad setelah runtuhnya kekuasaan Sassania. Yakni penyusunannya berada dalam situasi yang tidak bagus. Namun kitab – kitab ini setidak – tidaknya merefleksikan kepercayaan – kepercayaan dan pendapat – pendapat para penyusunnya.

Teks – teks PAHLAVI terbagi menjadi :

1. Versi PAHLAVI berteks AVESTA, yaitu Pahlavi Yasna, Pahlavi Vispred dan Pahlavi Yasht. Teks – teks ini memiliki nilai agama yang sama dengan bagian – bagian Avesta asli.

2. AVESTA campuran dan teks – teks PAHLAVI seperti Afrini – Dahman, memiliki kemurnian yang sama dengan kitab – kitab PAHLAVI. Di dalamnya di bahas tentang masalah – masalah filosofi, hygiene dan hukum serta hal – hal seputar agama. Isinya tidak seortodoks doktrin –doktrin ajaran Zoroaster. Berikut ini adalah beberapa kitab Pahlavi :

1. DINKARN

Sebuah koleksi menarik, berisikan informasi keagamaan, sejarah, geografi, hukum dan medis.

2. MATIKAN – i – HIZAR DADISTAN

Sebuah risalah hukum perorangan dan peradilan era sassania yang didasarkan pada putusan – putusan beberapa hakim.

3. SHIKAND GUMANI VIJAR

Sebuah kitab ilmiah berisikan filsafat agama. Membahas kebaikan dan kejahatan dalam kerangka Zoroasterisme yang luas dan bagian – bagian tertentu dalam kitab ini berisikan penolakan terhadap doktrin tertentu kaum Yahudi, Manichaean dan Kristen.

4. BUNDAHISN

Ini adalah kitab yang lain dari kategori yang telah tersebut di atas. Berisi kemurnian dan dasar penciptaan seperti halnya eschatogy ( ilmu tentang akhirat ).

5. MINOK – KHRAD, sebuah kitab etik yang berisi beberapa cerita – cerita legenda.

6. SHAYAST – la – SHAYAST atau Pahlavi Rivayat, membahas masalah dosa, cara menangani mayat, soal ketidaksucian dan cara pensucian yang tepat.

7. ARDA VIRAF NAMEH, sebuah literatur dan sejumlah cerita – cerita fiksi tentang kunjungan seorang pendeta tinggi ke surga dan neraka yang mirip dengan isi cerita komedi perjalanan rohani Dante yang telah ditulis tiga abad lebih awal.

8. BAHMAN YASHT, Menceritakan kemenangan – kemenangan dan penderitaan – penderitaan yang dialami oleh para pengikut Zoroaster seperti penggambaran pengalaman penindasan yang dialami oleh orang – orang muslim.

Ajaran – ajaran Zarathustra

Zarathustra adalah seorang manusia biasa, manusia yang bijak, seorang pendeta, seorang guru dan seorang nabi. Beliau adalah pendiri ajaran baru. Beliau hidup di masa animisme merajalela dan berbagai bentuk ibadah natural muncul. Penyembahan terhadap matahari saat itu dianggap penting. Menurut sejarawan Yunani, setelah merubah bentuk penyembahan kuno tersebut, beliau memperkenalkan doktrin –doktrin yang dianggap rumit dan aneh. Beliau menyerukan bahwa hubungan individu dengan Tuhannya secara langsung dapat diraih melalui sikap bijak, bermoral dan rasa cinta bukan melalui pendekatan tak langsung lewat mediator. Bahwa pengabdian/ dedikasi dan memberi pertolongan kepada sesama umat manusia adalah lebih baik dari sekedar menyenangkan para pendeta dan para bangsawan. Kalangan masyarakat agamis dari Iran Barat yaitu para Magis (berarti pembesar), menentang beliau dan misinya karena Zarathustra tidak menyetujui praktek – praktek keagamaan yang mereka lakukan. Beliau hanya berhasil menarik simpati Raja Vistashpa dan memiliki akses ke istananya dan juga berhasil membangun sebuah tempat ibadah sebagai penyempurnaan tugas suci yang diamanatkan Ahura Mazda atau Tuhan Yang Maha Bijaksana melalui wahyu.

Prinsip awal ajaran Zarathustra berpusat pada Ahura Mazda yaitu Tuhan Yang Maha Bijaksana karena Dialah Tuhan Yang Paling Tinggi dan Yang Maha Berdiri Sendiri, satu –satunya Wujud yang patut disembah. Beliau sendiri menyembah Tuhan dengan bentuk ritual sederhana yaitu mengangkat kedua tangan beliau dengan penuh kekhusyuan dan sepenuh hati, dengan pemikiran baik, kata – kata baik dan tindakan –tindakan baik dan cara seperti inilah beliau memerintahkan kepada pengikutnya untuk berdoa. Beliau beriman dan mengingatkan kepada pengikutnya untuk mempercayai bahwa Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi juga pencipta materi dan pencipta dunia kerohanian. Dia adalah sumber pilihan antara yang terang dan yang gelap, Pemegang Hukum Tertinggi, Pusat Alam, Yang Mengawali Hukum Moral dan sebagai Hakim seluruh alam semesta.

Dia (Tuhan) dikitari dengan 6 atau 7 AMESHA SPENTAS, atau kedermawanan abadi (seperti telah tersebut dalam Avesta). Ahura Mazda adalah pencipta mereka dan Dialah sumber dari segala sumber. Berikut adalah kelebihan yang tak terpisahkan dari Dia, ialah:

SPENTA MAINYU: ruh suci; ASHA VAHISHTA: keadilan dan kebenaran; VOHU MANAH: pikiran benar dan ARMAITI atau SPENTA ARMAITI: pengabdian. Ada tiga sifat lainnya yang tak terpisahkan dari kelompok di atas yaitu yang melambangkan sifat –sifat baik Ahura Mazda sebagai berikut:

KHSHATHRA VAIRYA: memiliki kekuasaan terhadap apapun yang diinginkan; HAURVATAT: melingkupi segala sesuatu; dan AMERETAT: keabadian.

Doktrin kedua tercakup dalam ajaran Zarathustra adalah dunia terbagi atas kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kedustaan, ruh suci dan ruh perusak. Kedua ruh tersebut secara eksplisit disebut ruh kembar yang selalu muncul berdampingan. Zarathustra memperingatkan para pengikutnya kehidupan terbaik yang seseorang dapat capai yaitu penyesuaian diri dengan ruh kebenaran, meski pada setiap tahapannya dihadapkan dengan sebuah pilihan yang harus diambil. Ajaran – ajaran Zarathustra tidak menarik ke arah dualisme kebaikan versus kejahatan namun lebih ke arah pentingnya pilihan seseorang antara kedua hal tersebut. Dengan memberikan perintah dan nasehat untuk memilih kebaikan, kebenaran, dan kesucian ruh.

Doktrin Ketiga adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Bijaksana diberi kebebasan dalam menjalankan kehidupannya, mereka bebas memilih yang benar atau yang salah. Juga mereka bebas menjalankan kerohanian atau keduniawian.

ANGRA MAINYU, adalah ruh perusak yang memilih bertindak buruk karena dia telah dianugerahi kebebasan memilih. Begitu juga DAEVA – DAEVA atau dewa –dewa kuno, yang penyembahan terhadap mereka terkait dengan kekerasan. Zarathustra menganggap hal tersebut sebagai kekuatan iblis.

Doktrin keempat ajaran Zarathustra adalah seseorang diberi kebebasan mengatur tindakan – tindakannya berdasar pada keinginannya sendiri, dia sendirilah yang bertanggung jawab atas keseluruhan nasibnya. Dia sendiri yang mengumpulkan ganjaran abadi atas tindakan – tindakan baiknya. Juga halnya dengan para pelaku kejahatan, dia akan ternista dengan konsokuensinya sendiri . Keadilan Tuhan pun berlaku sama yaitu menghukum dan memberi siksaan abadi di neraka, suatu keberadaan terburuk.

Doktrin kelima, simbol terluar/ zahir kebenaran adalah API dimana keberadaan api ini dilibatkan dalam peribadatan dan penyembahan keagamaan yang dilakukan oleh para pengikut ajaran Zoroaster. Altar api menjadi pusat tempat pemujaan orang – orang Zoroaster. Zarathustra menegakkan kebenaran misinya dengan memberikan hukuman api dan baja yang dicairkan yang kelak di hari akhir pun dipercaya dengan api dan baja cair inilah manusia akan dihukum.

Para pengikut Zoroaster umumnya dijuluki penyembah api dan dinamai demikian karena Zarathustra sendiri menghormati elemen ini sebagai elemen yang memiliki kekuatan kebenaran. Gathas berbicara tentang api langit digunakan sebagai ujian pada hari peradilan nanti. Gathas mengatakan bahwa api ini bukan berarti api secara fisik namun merupakan api rohani dan api terpendam yang bersinar dengan terang di hati setiap para pengikut Zoroaster yang saleh. Disebutkan pula bahwa Zarathustra melakukan perjalanan ke seluruh dataran tinggi di Iran selama bertahun – tahun, beliau menyebarkan ajaran terang dan memanggil manusia untuk melawan kejahatan dengan cahaya terang dan melawan iblis dengan kebaikan, memerintahkan untuk menyembah Ahura Mazda dan menolong – Nya mengalahkan Angra Mainyu yaitu tuhan kegelapan. Beliau setiap saat membawa serta kubah api (suatu penggambaran yang muskil). Pada saat kewafatannya, beliau meninggalkan sebuah rantai pusat pemujaan kepada Ahura, yang masing – masing lingkarannya memiliki api abadi. Karena hal inilah penilaian tak adil ditujukan terhadap para pengikutnya dengan menyebut mereka penyembah api.

Pada akhirnya saya ingin mengemukakan beberapa paragraf dalam scripture/ tulisan suci para penganut Zoroaster terdiri dari beberapa hymne ( pujian ) Zarathustra yang telah diterjemahkan oleh seorang sarjana praktisi penganut ajaran ini yaitu Mr. Taraporewala;

“ Sesungguhnya aku percaya kepada – Mu wahai Mazda, sebagai pemberi rezeki yang paling mulia.

Karenanya aku mempercayai – Mu sebagai penyebab utama semua penciptaan,

Karena kepandaian sempurna – Mu memberi pahala atas semua perbuatan baik. Kebaikan untuk pelaku kebaikan, kenistaan bagi pelaku kejahatan hingga hari akhir penciptaan (Yasna 43.5).

Apa – apa yang diajarkan orang- orang yang taat kepada – Mu adalah ini :

Bahwa yang paling patut diminta pertolongan adalah Engkau,

Hakim Suci atas semua amal perbuatan, Raja Kebenaran

Misteri – misteri kehidupan terbentuk karena kehendak – Nya.

Pencipta munculnya bumi;

Kami akan berusaha keras untuk mengungkapkan misteri – misteri ini melalui cinta ( Yasna 46.9 )

Sejak awal penciptaan dua ruh ini, keduanya muncul bersamaan. Inilah kebaikan dan kejahatan baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Antara dua ini biarkanlah yang bijak memilih kebenaran: menjadi baik bukan melakukan tindakan rendah. ( Yasna 30.3 )

Wahai Penyebab Kematian, buatlah hukum – hukum ini.

Hukum – hukum yang Telah Tuhan Yang Maha Bijaksana tetapkan untuk mencapai kebahagiaan atau penderitaan,

Hukuman panjang untuk para pengikut kejahatan dan beberkatlah para pengikut kebenaran,

Berkat keselamatan adalah untuk pengikut kebaikan selamanya! (Yasna 30.11)

Mereka yang pernah hidup, mereka yang sedang hidup dan mereka yang kemudian akan hidup,

Akankah satu dari antara keduanya menghargai apa yang Dia perintahkan!

Ruh kebaikan akan berada dalam keabadian nikmat,

Namun yakinlah ruh pendusta akan berada dalam penderitaan,

Dan inilah hukum yang yang telah ditetapkan oleh Ahura Mazda yang memerintah dengan kekuasaan – Nya yang tak terbatas. (Yasna 45.7)

Semua pikiran dan perkataan maupun perbuatan manusia akan menghasilkan buah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam hukum abadi – Mu,

Keburukan bagi para pelaku keburukan keberkatan kebaikan untuk pelaku kebaikan. Demikianlah kearifan demikian juga hukum itu berlaku hingga akhir masa. (Yasna 43.5)

Wahai para pendengar kebaikan terapkanlah kebaikan dalam kehidupanmu dan ruh penyembuh dari Tuhan Yang Maha Bijaksana akan didapatkan;

Sebarkanlah ajaran – ajaraan kebaikan Ahura, perkataan – perkataan – Nya akan memberikan pengaruh dan meyakinkan;

Wahai Mazda, dengan kilatan terang benderang api – Mu tempatkanlah itu kepada setiap manusia terpilih. (Yasna 31.9)

Sungguh aku menghargai – Mu sebagai Yang Maha Kuat dan Pemberi Rezeki, wahai Madza!

Dengan tangan dermawan – Mu Engkau tawaran pertolongan yang sama baik para pelaku kebaikan maupun para pelaku kejahatan.

Di dalam bara api – Mu yang sangat luar biasa terdapat kebaikan, energi kebaikan telah datang kepadaku, wahai Madza. (Yasna 43.4)

Dengan ruh suci –Mu ini tandailah takdir kami, wahai Mazda Ahura,

Ganjaran kami pahala api – Mu akan diberikan

Seperti halnya armaity dan Asha yang tumbuh di dalamnya,

Para pencari akan dibimbing melalui jalan – Mu. (Yasna 47.6)

Kedua golongan ini yakni kebenaran dan kedustaan, ditempatkan sebagai ujian

Wahai mazda, dengan kilatan api rohani – Mu;

Ujian bara api ini menyingkap jiwa – jiwa terdalam mereka

Kekecewaan penuh akan didapatkan para pelaku kejahatan,

Sedangkan keberkatan penuh akan diraih para pelaku kebenaran. (Yasna 51.9)