[Ringkasan] [Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional] [Tanggal 4 September 2009] KEUTAMAAN Mengkaji Alquran Karim di Bulan Ramadan

RINGKASAN Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad atba. di Mesjid Baitul Futuh London, Inggris Raya, tanggal 4 September 2009

KEUTAMAAN Mengkaji Alquran Karim di Bulan Ramadan


SETELAH tasyahud, taawud, dan tilawat QS Al-Fatihah, selanjutnya Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. menilawatkan «QS [Al-Baqarah] 2:186», sebagai berikut:



“[Syahru ramadhâna`l-ladzî uŋzila fîhi`l-Qur`ânu hudal-li`n-nâsi wa bayyinâtim-mina`l-hudâ wa`l-furqân(i), famaŋ-syahida miŋkumu`sy-syahra falyashumhu wa maŋ-kâna marîdhan-`aw ‘alâ safariŋ-fa`iddatum-min-`âyyâmin-ukhar[a], yurîdu`l-Lâhu bikumu`l-yusra wa lâ yurîdu bikumu`l-‘usra walitukmilu`l-‘iddata wa litukabbiru`l-Lâha ‘alâ mâ hâdâkum wa la’allakum tasykurûn(a)]”―artinya―”Bulan Ramadan merupakan bulan yang di dalamnya telah diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan furqan. Maka, barangsiapa di antara kamu yang hadir pada bulan ini, hendaklah berpuasa di dalamnya. Tetapi, barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka hendaklah ia berpuasa sebanyak bilangan itu pada hari-hari lain. Allah menghendaki keringanan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan Dia menghendaki supaya kamu menyempurnakan bilangan itu dan supaya kamu mengagungkan Allah, karena Dia memberi petunjuk kepada kamu dan supaya kamu bersyukur.”

Puasa di bulan suci Ramadan tidak ditetapkan begitu saja oleh Allah swt.. Melainkan, sangat erat kaitannya dengan diturunkannya Kitab Suci Alquran (Alquran Karim) yang agung kepada Hadhrat Nabi Muhammad-Rasulullah saw. sebagai kitab yang paling sempurna (kamil).

Jadi, dari ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam Ramadan tidak cukup hanya menunaikan ibadah puasa dan beribadah kepada Allah swt. saja, melainkan pengkajian (membaca serta menelaah) Alquran Karim pun harus diberi perhatian penuh.

Ada hadis yang meriwayatkan bahwa dalam Ramadan, malaikat Jibril a.s. datang setiap tahun kepada Hadhrat Rasulullah saw. untuk bersama-sama mengulang ayat-ayat Alquran Karim yang telah diturunkan kepada beliau. Jadi, semakin jelas kemuliaan Ramadan bahwa bentuk syariat sempurna yang telah Allah swt. turunkan pada Ramadan adalah Alquran.

Pada Ramadan terakhir dalam kehidupan Rasulullah saw., Jibril turun dua kali kepada Rasulullah saw. untuk mengulangi bersama-sama ayat-ayat Alquran Karim. Maka dari itu, demi mengikuti sunah Rasulullah saw. kita pun harus berusaha dua kali menamatkan kajian Alquran selama Ramadan. Jika tidak bisa menamatkan kajian Alquran sebanyak dua kali, sekurang-kurangnya harus berusaha untuk menamatkannya satu kali saja selama bulan tersebut.

Kemudian, dalam bulan ini pun terdapat salat sunah Tarawih di mana banyak dibacakan ayat-ayat Alquran Karim dan biasanya diselenggarakan daras-daras Alquran. Semua itu harus kita ikuti dan kita dengarkan sebaik-baiknya.

Orang-orang yang keluar rumah pergi untuk bekerja atau berniaga bisa mendengarkan tilawat Alquran Karim dari rekaman yang dipasang pada kendaraan mereka. Pendeknya, dalam bulan suci Ramadan ini, usaha untuk mengkaji atau mendengar tilawat Alquran Karim harus diusahakan sebanyak mungkin. Selain mengkajinya, kita harus menelaah dan mencari petunjuk-petunjuk di dalamnya untuk diamalkan. Sehingga, bila Ramadan telah berlalu, kita bisa terus mengamalkan hukum-hukum itu pada hari-hari lain, sepanjang bulan-bulan berikutnya.

Sehingga, kita bisa menghargai betapa penting dan agungnya martabat bulan suci Ramadan ini.
Dengan hanya «mendengarkan penjelasan atau nasihat untuk menjadi orang saleh dan bertakwa namun kita tidak tahu apa makna taqwa dan maksud amal saleh tersebut» atau «lama mendengarkan khotbah atau penjelasan tentang takwa» kemudian pergi tanpa memiliki kesan mendalam, seseorang tidak akan membawa kesan dan faedah yang nyata. Itu sebabnya, Allah swt. berfirman, “اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَه ، حَقَّ تِلاَوَتِه [Alladzîna âtainâhumu`l-kitâba yatlûnah, ĥaqqa tilâwatih],”―yakni―”orang-orang yang kepada mereka Kami berikan Alkitab ini, [adalah] mereka yang mengkajinya dengan bacaan yang sesungguh-sungguhnya.” Artinya, mengkaji Alquran harus berulangkali dengan penuh semangat sambil merenungkan dan memahami apa yang terkandung di dalamnya. Kemudian, harus berusaha mengamalkan ajarannya.

Alquran harus dikaji dengan tekun secara dawam sambil merenungkan apa yang dimaksud dengan firman Tuhan di dalamnya. Kemudian, berusaha menerapkan ajarannya di dalam kehidupan kita. Dalam «QS 2:186» tersebut, Allah swt. menjelaskan bahwa Alquran telah diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Jika Alquran tidak dikaji dengan penuh perhatian yang sungguh-sungguh dan tidak diresapi betul apa maksudnya, maka bagaimanapun hebatnya [suatu] petunjuk, darinya tidak akan bisa diperoleh [petunjuk tersebut] dan antara perkara yang benar maupun yang dusta tidak bisa dibedakan. Jika seorang mukmin ingin menunaikan ibadah puasa Ramadan dengan sebaik-baiknya, ia harus mengkaji Alquran dengan penuh perhatian sambil mencari hukum yang sesungguhnya untuk diamalkan.

Sehubungan dengan cara mengkaji Alquran, Allah swt. telah memberi petunjuk lain lagi dalam «QS [An-Naml] 27:92-93» yaitu, “وَّاُمِرْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْن . وَاَنْ اَتْلُوَا الْقُرْاٰنَ‌ [Wa umirtu an-akûna mina`l-muslimîn(a). Wa an-atluwa`l-qur`ân(a)]”―artinya―”Dan aku diperintah untuk menjadi salah seorang yang berserah diri kepada Tuhan. Dan, supaya aku bacakan Alquran.”

Berserah diri yang sempurna kepada Tuhan adalah: berjanji untuk menghormati syariat sempurna ini yang telah diturunkan kepada Hadhrat Rasulullah saw.; dengan mengkajinya secara teratur selama bulan suci Ramadan; dan, berjanji meneruskan amalan ini setiap hari setelah Ramadan berlalu dan berusaha mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu akan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membuat ibadah puasa kita diterima oleh Allah swt..

Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘Imam Mahdi-dan-Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) a.s. bersabda, “Janganlah Anda meninggalkan Alquran seperti barang yang telah ditinggalkan, sebab di dalamnya terdapat kehidupan bagi Anda. Jangan hanya sekedar membaca dengan lantang; namun, ia harus dikaji dengan tekun sambil memahami dan meresapi ajarannya dan berusaha untuk mengamalkannya. Jika tidak, Anda akan menjadi seperti murdah atau manusia mati, tak bernyawa. Barangsiapa yang menghormati Alquran Karim, ia akan mendapat kehormatan di Langit. Barangsiapa yang mendahulukan Alquran dari yang lainnya, dia akan ditempatkan paling depan di Langit.”

Kita sangat beruntung dan bernasib baik telah mendapat taufik bergabung ke dalam Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Kita sudah berjanji untuk berusaha memahami kedudukan syariat paling sempurna ini dan telah memahami martabat serta kedudukan Hadhrat Rasulullah saw. sebagai Khataman Nabiyyin. Sedangkan, umat Islam pada umumnya, banyak sekali yang belum mendapat karunia untuk memahami hakikat Khataman Nabiyyin sebenarnya.

Karunia ini: [i] merupakan kehormatan istimewa bagi kita yang membedakan antara kita orang-orang Ahmadi dengan Non Ahmadi; dan, [ii] menarik perhatian kita sepenuhnya terhadap pemahaman ajaran Alquran yang hakiki; dan, [iii] menanamkan kehormatan sejati terhadap Alquran di dalam hati kita. Setiap perkataan dan setiap amalan kita, harus menampilkan kenyataan sepenuhnya tentang kebenaran itu.

Bila kita tidak berusaha menampilkan ajaran Alquran ini dengan perkataan dan dengan amalan, akan berarti bahwa Alquran ini seperti benda yang telah ditinggalkan. Keadaan seperti itu telah difirmankan Tuhan sebelumnya sebagai peringatan berupa nubuatan dalam «QS [Al-Furqân] 25:31» yang berbunyi , “وَقَالَ الرَّسُوْلُ يٰرَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَهْجُوْرًا [Wa qâla`r-rasûlu yâ rabbi anna qaumît-takhidzû hâdza`l-Qur`âna mahjûrâ(n)]”―artinya―”Dan Rasul itu akan berkata, «Ya Tuhan-ku, sesungguhnya, kaumku telah memperlakukan Alquran ini sebagai benda yang telah ditinggalkan. (Kaumku membacanya tetapi tidak mengamalkan hukum-hukumnya)».”

Hal ini merupakan perkara yang sangat serius yang harus dipikirkan setiap Muslim Ahmadi. Allah swt. telah memberi taufik kepada kita untuk beriman kepada Sang Imam Zaman a.s. agar kita berusaha menerapkan ajaran-ajaran Alquran yang indah ini pada diri kita. Semoga, Allah swt. memberi petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk menegakkan Kerajaan Alquran di muka bumi ini, dan berusaha keras untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran yang terkandung di dalamnya. Dengan mengamalkan ajarannya setiap hari dalam kehidupan kita, berarti kita terselamat dari perbuatan “meninggalkan Alquran”.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Alquran Karim merupakan sumber mata air hakiki yang mampu memberi kehidupan dan keselamatan kepada kita. Dari antara orang-orang yang tidak mematuhi ajarannya adalah mereka yang tidak beriman kepadanya. Dan yang tidak menganggapnya sebagai Kalam Allah swt., merekalah yang akan terlempar jauh. Akan tetapi, «orang-orang yang beriman dan menganggap bahwa Alquran merupakan ‘kalam Allah swt.’ dan ‘kitab keselamatan orang-orang beriman’», jika mereka tidak mengamalkan ajaran-ajarannya, mereka sangat disesalkan dan akan bernasib sangat malang.

Banyak sekali orang-orang yang telah beriman, namun sepanjang hidup mereka tidak pernah mengkaji Alquran. Permisalan orang yang lalai, tidak mempunyai perhatian kepada Kitab yang memberi kehidupan ini, adalah: «Seumpama orang yang mengetahui ada sebuah sumber mata air yang sangat jernih dan murni serta yang bisa memberi kesegaran, bahkan air itu memberi kesehatan bagi manusia; ia mengetahui betul tentang keadaan dan khasiat sumber mata air yang sangat baik tersebut; namun, ia tidak pernah pergi ke sana untuk meminumnya dan ia tetap dalam keadaan dahaga dan kehausan». Keadaan orang seperti itu sungguh bodoh dan jahil yang amat sangat. Kita harus menghargai sumber mata air rohani yang agung dan murni, yang merupakan karunia Allah swt. ini dan harus berusaha untuk mengamalkan sesuai dengan ajarannya. Kemudian, perhatikan bagaimana Allah swt. akan menolong: memecahkan segala problema yang tengah kita hadapi.

Kewajiban kita untuk menyebarkan ajaran-ajaran Alquran menjadi semakin luas dan bertambah berat. Sebab, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orang Islam zaman sekarang sudah demikian buruk dan jauh dari hukum-hukum dan syariat Alquran. Kita harus berpegang sungguh-sungguh kepada ajaran-ajaran Alquran sedemikian rupa eratnya. Sehingga, kelancangan dan ketidaksopanan yang dilancarkan oleh orang-orang Non Islam terhadap kita yang disebabkan perilaku buruk beberapa gelintir umat Islam mampu dihentikan. Perilaku baik dan ramah para Muslim Ahmadi sesuai ajaran Islam yang sejati, harus mampu merubah sikap dan pandangan orang-orang Non Islam.

Dengan karunia Allah swt., banyak di antara para Muslim Ahmadi yang telah menyampaikan keindahan ajaran Alquran melalui ceramah-ceramah atau diskusi di dalam seminar-seminar, telah membuat orang-orang Non Muslim sangat terkesan dan mengatakan bahwa mereka belum pernah mendengar keindahan ajaran Islam seperti itu sebelumnya.

Jika menjalani kehidupan sehari-hari sambil menampilkan ajaran Islam yang hakiki sesuai dengan keindahan yang telah kita jelaskan kepada mereka, «bukan retorika belaka melainkan harus berupa teladan praktis yang berkesan», kita harus berseru kepada umat Islam lain di dunia, bahwa bila mereka ingin menunjukkan jati diri mereka sebagai ‘Muslim-berbeda’ dengan kita―orang-orang Islam Ahmadiyah―boleh-boleh saja berbuat demikian. Akan tetapi, mereka jangan mencemarkan nama baik Islam atas nama Islam. Perilaku atau tindak-tanduk mereka harus menampilkan ajaran Alquran yang sesungguhnya. Bagaimanapun, bentuk dan keadaan umat Islam tertentu pada masa sekarang yang dilukiskan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. masih tetap buruk, tidak berubah keadaannya. Dalam beberapa segi, keadaan umat Islam tertentu pada masa sekarang sangat buruk. Selama mereka tidak merubah perilaku hidup mereka sesuai dengan ajaran Alquran, mereka tidak akan bisa terlepas dari berbagai problematika dan musibah yang mereka hadapi. Orang-orang tidak mau mendengar tentang keindahan Islam yang hanya sekedar lisan. Nama Islam yang harum akan berbicara sendiri apabila kita telah giat menampilkan keindahan ajarannya pada pergaulan masyarakat maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak akan ada seorang alim pun yang mampu menjelaskan maksud firman-firman dalam Alquran, selama Tuhan tidak mengajar atau memberi petunjuk secara langsung kepadanya. Pada zaman sekarang ini, Allah swt. telah mengajar dan memberi petunjuk langsung tentang rahasia Alquran kepada seorang hamba pilihan-Nya yang sebenarnya telah “dunia Islam” anggap sebagai pendusta dan dajal. Semoga Allah swt. mengasihi mereka. Semoga Allah swt. membuka pintu hati mereka untuk menerima kebenaran hamba pilihan-Nya itu. Dan semoga, Tuhan memberi taufik kepada kita, mengamalkan ajaran-ajaran hakiki Alquran di dalam kehidupan kita―lebih giat dari sebelumnya.

Allah swt. sendiri memberi bimbingan terus-menerus bagaimana cara menjaga dan menghormati Alquran dan apa yang harus dilakukan sebelum kita memulai kajiannya. Alquran sendiri menjelaskan, “فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ [Fa`idzâ qara`ta`l-Qur`âna fasta’idz bi`l-Lâhi mina`sy-syaithâni`r-rajîm(i)]”―artinya―”Apabila engkau hendak membaca Alquran, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”

Syaitan (baca: “nafs amarah”―Ed.) telah mencabar untuk menggoda manusia dari jalan kebaikan menuju kesesatan. Sedangkan, setiap lafaz dalam Alquran membimbing manusia ke arah ketakwaan demi memperoleh kecintaan dan keridaan Allah swt.. Itu sebabnya, Allah swt. telah mewajibkan kepada siapa pun yang ingin meraih kedudukan tinggi dalam mencintai dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Sebelum mengkaji firman-Nya dalam Alquran, ia harus berdoa sungguh-sungguh agar dilindungi dari serangan atau godaan syaitan yang terkutuk dan diberi kemampuan mengamalkan ajaran-ajarannya. Syaitan akan membuat banyak sekali hambatan. Jika tidak dilakukan usaha untuk menjaga diri dari bahayanya, syaitan akan mencegah kita dari memahami ajaran Alquran sebenarnya, atau kita akan selalu berada pada pengaruh kekuasaannya. Itu sebabnya, terlebih dahulu, setiap pengkaji Alquran harus memohon perlindungan dari syaitan yang terkutuk. Jika tidak, ia tidak akan mampu memahami makna sebenarnya ayat-ayat yang ia kaji.

Dalam «QS [Al-Muzammil] 73:21», Allah swt. memerintah kita untuk menunaikan Salat Tahajud pada malam hari. Di sini, Allah swt. menyuruh kita untuk membaca Alquran sebanyak yang mudah dilakukan atau yang sudah dihafal. Firman “Maka bacalah dari Alquran itu sebanyak kemudahan yang ada padamu” bukan berarti bahwa apa yang manusia sudah ketahui atau sudah dihafal tentang Alquran sudah cukup baginya. Bahkan, manusia harus berusaha terus, belajar, dan mempelajari Alquran sebanyak mungkin agar mampu meraih berkat sebanyak-banyaknya. Sebab, membaca, menelaah pengertian, dan menerapkan ajaran-ajaran Alquran dalam kehidupan sehari-hari adalah pekerjaan yang sangat penting.

Allah swt. telah menurunkan ilham kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., “اَلخْـَيْرُ كُلُّهُ فىِ اْلقُرْآنِ [Al-khairu kulluhu fi`l-Qur`ân]”―artinya―”Semua jenis kebaikan terdapat dalam Alquran.”1 Karenanya, firman-Nya pun dalam «QS 73:5» memerintahkan, “اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلاً‏ [Aw zid ‘alaihi warattili`l-Qur`âna tartîlâ(n)]”―artinya―”Atau, tambahkanlah sedikit kepadanya dan bacalah Alquran dengan pembacaan yang baik.” Mengkaji Alquran harus jelas dan terang [berdasar] setiap lafaz yang diucapkan sehingga mudah untuk kita pahami artinya, dan harus dibaca seksama dengan kebaikan suara yang merdu.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, membaca Alquran dengan suara yang merdu pun merupakan ibadah. Bahkan, Rasulullah saw. pernah bersabda, barangsiapa yang membaca Alquran tidak dengan suara yang merdu, bukanlah dari kita.

Dalam «QS 2:232», Allah swt. berfirman, semua perkara yang telah Allah swt. turunkan dalam Alquran ini adalah nikmat bagi para mukmin.2 Apabila Alquran tidak dikaji dengan perhatian dan pemahaman yang baik, siapa pun tidak akan memperoleh nikmat yang dimaksud dalam ayat tersebut. Sesungguhnya, banyak sekali berkat yang bisa diraih saat para mukmin mengkaji Alquran. Sebab, hal-hal itu mampu meningkatkan takwa mereka.

Dalam «QS [Shâd] 38:30», Allah swt. berfirman, para mukmin yang mengkaji Alquran dengan tekun akan diberi pemahaman yang hakiki.3 Sebab, Alquran mengandung perkara-perkara terkait para Nabi di masa lampau. Tuhan hendak melestarikan: [i] segala perkara pada zaman lampau; [ii] perkara-perkara pada zaman ini sebaik mungkin; dan juga, [iii] perkara-perkara masa depan sebagai nubuwatan. Adalah kewajiban seseorang yang sudah memiliki pemahaman luas agar mendakwahkan kepada dunia supaya mengikuti ajaran Alquran ini dan menaruh perhatian terhadap hukum-hukumnya. Mereka akan layak menyampaikan yang demikian kepada dunia jika mereka sendiri sudah mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Allah swt. dalam «QS [Al-A’raf] 7:205» mengisyaratkan, setiap Muslim Ahmadi harus menghormati Alquran, dan harus menanamkannya di dalam hati keluarga dan para keturunan mereka.4 Banyak orang yang lalai tidak mmperhatikan apabila tilawat Alquran sedang dikumandangkan melalui televisi. Kadangkala, saat menampilkan tilawat Alquran, orang-orang yang duduk di sampingnya masih sibuk bercakap-cakap. Apabila tilawat Alquran sedang berkumandang, alangkah baiknya percakapan harus dihentikan. Atau, bila percakapan demikian pentingnya untuk dilanjutkan, maka televisi seyogianya harus dipadamkan.

Firman Allah swt. dalam «QS [Hûd] 11:11٣» menasihatkan, “…فََاسْتَقِمْ كَمَاۤ أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْا‌ إِنَّهُۤ بمِـَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ‏ [Fastaqim kamâ umirta wa maŋ-tâba ma’aka walâ tathghabû innahû bimâ ta’malûna bashîr(un)]”―artinya―”Maka, tetaplah engkau pada jalan yang lurus sebagaimana yang telah diperintahkan kepada engkau, dan juga kepada orang yang telah bertobat beserta engkau, dan janganlah kamu melampaui batas; sesungguhnya, Dia melihat apa yang kamu kerjakan.”

Perintah ini bukan ditujukan hanya kepada Hadhrat Rasulullah saw.. Sesungguhnya, semua perintah Alquran yang turun adalah ditujukan kepada para mukmin, khususnya kepada orang-orang yang telah bertobat. Hubungan perintah ini tidak cukup hanya terkait ibadah praktis. Namun, intisari perintah itu harus kita cari, yaitu meraih keridaan dan kecintaan Allah swt..
Rasulullah saw. bersabda, pengaruh ayat «QS 11:113» ini telah membuat beliau “menjadi tua”. Memang, tanggung jawab yang beliau terima sangat berat. Beliau saw. sangat memikirkan betapa penting perintah Allah swt. dalam ayat itu khususnya “فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ [Fastaqim kamâ umirta]―Tetaplah engkau pada jalan yang lurus sebagaimana yang telah diperintahkan kepada engkau.” Beliau selalu berpikir bagaimana perintah ini bisa diamalkan sepenuhnya oleh umat beliau. Jadi di dalam sabda beliau ini pun, terdapat nasihat bagi kita untuk mengamalkan perintah tersebut. Beliau adalah seorang pemberi petunjuk yang paling kamil. Universalitas dan world views atau pola hidup beliau masa itu merupakan kesempurnaan implementasi ajaran Alquran yang menjadi suri teladan bagi umat manusia di seluruh dunia hingga hari kiamat.

Saat ini, sungguh menjadi pembelajaran bagi kita; jangan hanya pandai bicara, namun kita harus memahami betul perintah-perintah Allah swt. itu, kemudian berusaha menerapkannya dalam perikehidupan kita sehari-hari sebagaimana termaktub dalam firman «QS [Al-An’am] 6:156», “وَهٰذَا كِتٰبٌ أَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ فَاتَّبِعُوْهُ وَاتَّقُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ [Wa hâdzâ Kitâbun-aŋzalnâhu mubârakuŋ-fattabi’ûhu wattaqû la’allakum turĥamûn(a)]”―artinya―”Dan, inilah Kitab Alquran yang Kami telah menurunkannya dengan penuh berkat, maka ikutilah dia dan bertakwalah supaya kamu dikasihi.”

Selain itu, sehubungan menegakkan perdamaian di tengah-tengah masyarakat, dalam «QS 6:55», Allah swt. telah berfirman, “وَإِذَا جَآءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِأٰيٰتِنَا فَقُلْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ‌ ، كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ‌ ۙ أَنَّه‘ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْٓءًۢا بجِـَهٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْۢ بَعْدِهِۤ وَأَصْلَحَ فَاَنَّهُو غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ [Wa idzâ jâ`aka`l-ladzîna yu`minûna bi`âyâtinâ faqul salâmun-‘alaikum, kataba rabbukum ‘alâ nafsihi`r-raĥmah, annahû man-‘amila miŋkum sû`am-bijihâlatiŋ-tsumma tâba mim-ba’dihî wa ashlaĥa fa`annahû ghafûrur-raĥîm(un)]”―artinya―”Dan, apabila datang kepada engkau orang-orang yang beriman kepada Tanda-tanda Kami maka katakanlah: «Selamat sejahteralah atasmu! Tuhan-mu telah―menetapkan atas zat-Nya―memberi kasih sehingga barangsiapa di antara kamu berbuat keburukan karena kejahilan lalu ia bertobat sesudah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang».”

Ajaran yang sangat indah ini menjelaskan perdamaian di tengah-tengah masyarakat. Apabila ajaran yang sangat indah ini dikembangkan pada masyarakat, maka suasana kacau dan perselisihan atau pertengkaran satu sama lain akan sirna dengan sendirinya. Suasana persaudaraan yang nyaman di kalangan masyarakat akan tumbuh dengan baik.

Para Muslim Ahmadi mengaku, mereka betul-betul beriman kepada Alquran Karim dan berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajarannya. Alquran memerintahkan kita untuk saling menyampaikan amanat keselamatan. Alquran merupakan sebuah kitab agung yang ajarannya mencakup segala kepentingan umat manusia. Sangat penting sekali bagi kita untuk mengkaji dawam setiap hari sambil merenung kandungannya demi meningkatkan martabat kerohanian kita.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Alquran Karim harus senantiasa kita kaji isinya, karena di dalamnya mengandung segala macam perkara bagi panduan hidup. Alquran adalah obat bagi setiap penyakit hati manusia dan obat penawar demi memperbaiki setiap macam keburukan.

Semoga Allah swt. memberi taufik kepada kita dalam meraih keridaan-Nya melalui Alquran ini. Semoga kita pun mampu membimbing keluarga dan para keturunan kita untuk memahami keindahan ajaran Alquran dan mencintainya dengan sungguh-sungguh. Amin.[]

Penerjemah: Hasan Basri «hasanbasri2005@yahoo.co.id»―Singapura, 17 September 2009. Editor: Rahmat Ali «r.ali.bt@gmail.com; facebook.com/rahmatali; twitter.com/rahmatali»―Kebayoran Lama Selatan (Jakarta), 19 September 2009).



SocialTwist Tell-a-Friend