Pemanifestasian-terus-menerus Kebesaran Alquran Karim Senantiasa Butuh Seorang Guru Rohani Agung

Pemanifestasian-terus-menerus Kebesaran Alquran Karim Senantiasa Butuh Seorang Guru Rohani Agung

RINGKASAN Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad atba. di Mesjid Baitul Futuh London, Inggris Raya, tanggal 11 September 2009

Pemanifestasian-terus-menerus Kebesaran Alquran Karim Senantiasa Butuh Seorang Guru Rohani Agung

Setelah tasyahud, taawud, dan tilawat QS Al-Fatiĥah, selanjutnya Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. menilawatkan «QS [Al-Ĥasyr] 59:22», “لَوْ أَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَه’ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ‌ ، وَتِلْكَ اْلأَمْثَالُ نَضْرِبهُـَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنً [Law aŋzalnâ hâdzâ`l-Qur`âna ‘alâ jabalil-lara`aitahû khâsyiam-mutashaddi’am-min-khasy`yati`l-Lâh(i), wa tilka`l-amtsâlu nadhribuhâ li`n-nâsi la’allahum yatafakkarûn(a)]”—artinya—“Sekiranya Kami menurunkan Alquran ini kepada gunung, niscaya, engkau akan melihat gunung itu merendahkan diri dan pecah berantakan karena takut kepada Allah. Dan, inilah tamsil-tamsil yang Kami kemukakan untuk manusia supaya mereka dapat berpikir.”

Kemudian, beliau atba. bersabda bahwa banyak orang yang berhati keras. Sehingga, ajaran Alquran yang begitu baik dan indah tidak mampu mengesankan mereka sedikitpun. Padahal, pada ayat tadi dikatakan bahwa demikian perkasanya firman Tuhan, oleh karenanya, bila diturunkan kepada gunung pun, niscaya gunung itu akan merendahkan diri dan pecah berantakan. Sesungguhnya, yang menyebabkan hati manusia menjadi keras seperti batu—tidak mau menerima ajaran-ajaran Alquran—adalah karena manusia sudah lupa kepada maksud dan tujuan penciptaan mereka oleh Tuhan ke dunia. Mereka telah melupakan Tuhan, Pencipta mereka. Mereka lupa kepada kehidupan yang akan berlaku di alam akhirat.

Lebih jauh tentang kerasnya hati manusia, telah dijelaskan pula oleh Allah swt. dalam «QS [Al-Baqarah] 2:75», “ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالحْـِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً‌ ، وَإِنَّ مِنَ الحْـِجَارَةِ لمَـَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ اْلأَنهْـٰرُ ، وَإِنَّ مِنْهَا لمَـَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ المْـَآءُ‌ ، وَإِنَّ مِنْهَا لمَـَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ‌ ، وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ [Tsumma qasat qulûbukum-mim-ba’di dzâlika fahiya ka`l-ĥijârati aw asyaddu qaswah, wa inna mina`l-ĥijârati lamâ yatafajjaru minhu`l-anhâr, wa inna minhâ lamâ yasysyaqqaqu fayakhruju minhu`l-mâ`, wa inna minhâ lamâ yahbithu min-khasy`yathi`l-Lâh, wa ma`l-Lâhu bighâfilin-‘ammâ ta’malûn]”—artinya—“Lalu, hatimu menjadi keras sesudah itu hingga ia seperti batu atau lebih keras lagi; dan sesungguhnya di antara batu-batu pun ada yang mengalir darinya sungai-sungai; dan, sesungguhnya, di antaranya ada yang terbelah lalu keluar air darinya. Dan, sesungguhnya, di antaranya ada yang jatuh tersungkur karena takut kepada Allah. Dan, Allah sekali-kali tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Firman dan takdir atau keperkasaan Tuhan adalah mampu mengesankan—sekalipun terhadap—benda-benda padat ciptaan-Nya. Namun, hati manusia demikian sangat keras. Sehingga, sekalipun telah menyaksikan bukti keperkasaan Tuhan di hadapan matanya sendiri, ia tidak berkesan dan tidak mau merubah sikap pikiran dan perasaan hati. Atau, hatinya sendiri tidak ingin merubah kedegilannya itu.

Ayat tersebut berkaitan dengan umat Yahudi. Namun, hal itu bukan hanya merupakan kejadian yang sifatnya sementara. Bahkan, di dalamnya mengandung nubuwatan: sebuah kejadian yang akan dihadapi manusia pada masa mendatang; bahwa, bila di hati kita tidak timbul rasa takut dan atau cinta terhadap Allah swt., maka hati pun akan menjadi sekeras batu. Keadaan masa zaman ini harus kita pikirkan sangat serius oleh umat Islam di seluruh dunia. Pikirlah baik-baik mengapa hal itu semua tengah terjadi. Sekalipun, di negara-negara Barat, para pemimpin mereka atau para ilmuwan mereka mengadakan pidato-pidato atau ceramah-ceramah di hadapan para tokoh politik dan masyarakat, sehingga umat Islam sendiri sangat memuji kegiatan ceramah seperti itu; akan tetapi, bila tiba waktunya mengambil suatu keputusan, keputusan itu diambil tidak atas nama kepentingan dan faedah Islam secara global. Namun sebaliknya, dititikberatkan kepada kepentingan nama pribadi masing-masing. Standar mereka dianggap sebagai orang-orang Islam kelas ketiga; yang untuk memerintah negara mereka sendiripun, mengharapkan sokongan dari negara-negara Barat. Dan pula, mereka tengah dilanda bencana-bencana alam amat dahsyat, baik yang turun dari langit maupun yang muncul dari dalam bumi sendiri. Mereka harus berpikir mengapa semua bencana seperti itu terjadi?

Pada permulaan khotbah, «QS 59:22» yang telah Hudhur atba. bacakan itu, dimulai dengan seruan terhadap orang-orang mukmin (yang beriman) supaya mereka berusaha menjadi para muttaqi (orang yang bertakwa) kepada Allah swt.. Mereka telah diingatkan kepada apa yang harus mereka persiapkan untuk hari esok, dan telah diingatkan pada keadaan hari akhirat, dan supaya mereka itu takut kepada Tuhan, Pencipta mereka. Namun, mereka tidak mau menaruh perhatian untuk merubah sikap dan pikiran mereka sebab mereka telah dikuasai nafs amarah (pengaruh syaitan).
Dalam «QS [Al-An’âm] 6:44», Allah swt. berfirman, “…وَلٰكِنْ قَسَتْ قُلُوْبهُـُمْ وَزَيَّنَ لهَـُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ […Wa lâkiŋ-qasat qulûbuhum wazayyana lahumu`sy-syaithânu mâ kânû ya’malûn(a)]”—artinya—“…Bahkan, hati mereka [semakin] keras dan syaitan menampakkan indah kepada mereka apa yang dikerjakan mereka.”

Ayat ini melukiskan bagaimana memburuknya keadaan perilaku kejahatan mereka. Mereka bukan mengambil pelajaran dari setiap musibah atau bencana yang terjadi. Sebaliknya, semakin meningkat di dalam kezaliman, dosa, dan kemaksiatan mereka. Keadaan demikian tengah terjadi di Pakistan yang kini dilanda berbagai musibah di seluruh negeri, di mana-mana terjadi pertemuan-pertemuan umum yang dilanjutkan dengan demonstrasi anti pemerintah, menentang kenaikan harga-harga barang pokok, menentang kenaikan tarif dasar listrik; namun, para pemimpin tetap diam memperhatikan. Surat-surat kabar telah banyak memberitakan bahwa keadaan negara tengah menghadapi malapetaka menuju jurang kehancuran.

Hudhur atba. bersabda, penyebab utamanya adalah, (sebagaimana telah berulang kali beliau peringatkan, bahkan akan terus-menerus beliau peringatkan), bahwa beriman kepada Imam Zaman memang suatu hal yang tidak mungkin bagi mereka; namun, mereka telah membuat undang-undang yang menindas dan menganiaya para pengikut Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Pertama, mereka harus menghentikan perlakuan zalim itu terhadap kita. Mereka harus menghentikan istilah-istilah penghinaan terhadap Hadhrat Imam Zaman yang dicantumkan dalam setiap surat-surat resmi mereka. Jika tidak, takdir Allah swt. akan berjalan menggilas mereka.

Bila mereka melihat seorang non Muslim menyebut nama Allah atau memakai gantungan kalung bertuliskan nama Allah atau nama Muhammad saw., mereka sangat gembira sekali terhadapnya. Namun, sebaliknya apabila orang-rang Ahmadi hanya menulis Kalimat Syahadat di mesjid atau di rumah mereka, tiba-tiba para mullah marah dan segera mereka membuang simbokl-simbol itu ke dalam parit atau menghapusnya dengan cat. Mereka tidak mengira perbuatan aib dan buruk seperti itu merupakan penghinaan terhadap Rasulullah saw.. Hati dan pikiran mereka buta, sudah dikelabui syaitan. Jika mereka tidak mau berhenti dari perbuatan jahat seperti ini, takdir Allah swt. bakal berlaku dan akan menggilas mereka.

Broadcaster Pakistan kenamaan Mubasher Luqman telah menayangkan siaran dengan berani sekali di negaranya. Dia bermaksud memperlihatkan keburukan kaum ulama sekarang di Pakistan. Kita tidak tahu sampai berapa lama dia bisa bertahan sebagai pemberani. Dalam salah satu acaranya, dia menayangkan jawaban seorang alim. Dalam acara itu, seorang alim tengah duduk menjawab sebuah pertanyaan. Dalam jawabannya, sang alim itu memberi misal merek Coca Cola. “Sebagaimana tidak akan ada pengusaha yang berani menggunakan atau meniru nama Coca Cola itu; jika ada, ia akan menghadapi tuntutan hukum di pengadilan. Demikian pula kita orang Islam, hanya kita yang boleh menamakan diri Muslim. Bila para Ahmadi menyatakan diri sebagai muslim, ia harus dihukum.”
Begitulah karakter mereka di Pakistan yang di antaranya menamakan diri ulama, tapi bodoh. Ulama seperti inilah yang telah dinubuatkan Hadhrat Rasulullah saw. yang akan muncul di akhir zaman, yaitu di masa sekarang; bahwa, akan terjadi suatu zaman, pada waktu itu, orang yang jahil dan bodoh akan dipilih sebagai pemimpin mereka. Orang-orang akan datang kepadanya untuk bertanya tentang suatu masalah. Maka, ia akan berfatwa tanpa mendasarkan pada ilmu pengetahuan pada umumnya atau sains sehingga ia sendiri akan sesat dan juga akan menyesatkan orang-orang lain.”
Kita tidak perlu membahas secara panjang lebar siapa yang disebut muslim sejati. Namun, ketahuilah, bahwa jika ada orang-orang yang taat sepenuhnya dan yang mengikuti ajaran Alquran serta sunah-sunah Hadhrat Rasulullah saw. sesuai dengan definisi ‘umat Islam’, yang ada hanya Muslim Ahmadi. Banyak hadis yang menjelaskan definisi orang Islam sejati yang bisa dikemukakan, maka itulah yang disebut definisi yang sebenarnya. Bahwa, bukan definisi kaum ulama yang menisbahkan diri mereka dengan merek Coca Cola.

Hadhrat Abdul Malik r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “ مَنْ قَالَ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَكَفَرَ بمِـَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ [Maŋ-qâla «Lâ ilâha illa`l-Lâh(u)» wa kafara bimâ yu’badu miŋ-dûni`l-Lâhi ĥaruma mâluhu wa damuhu wa ĥisâbuhu ‘ala`l-Lâh(i)]”—maksudnya—“Barangsiapa yang berkata dengan sesungguhnya, «tiada Tuhan Yang patut disembah selain Allah» dan ingkar kepada suatu wujud lain yang disembah selain Allah, maka jiwa dan harta bendanya patut dihormati. Perhitungan lainnya ada pada tangan Allah.” Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui apa yang terkandung di dalam hati. Tuhan akan memberi ganjaran kepadanya sesuai dengan kesucian niat hati.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan Hadhrat Anas bin Malik r.a., Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَ أَكَلَ ذَبِيْحَتَنَا فَذٰلِكَ المْـُسْلِمُ الَّذِيْ لَهُ ذِمَّةُ اللهِ وَ ذِمَّةُ رَسُوْلِ اللهِ فَلاَ تُكْْفِرُوا اللهَ فيِْ ذِمَّتِهِ [Maŋ-shalla shalâtanâ wa`staqbala qiblatanâ wa akala dzabîĥatanâ fadzâlika`l-muslimu`l-ladzî lahu dzimmatu`l-Lâhi wa dzimmatu rasûli`l-Lâhi falâ tukfiru`l-Lâha fî dzimmatih(i)]”—artinya—“Barangsiapa yang mengerjakan salat seperti kita, menghadap ke arah qiblat kita, memakan daging sembelihan kita, maka merekalah Muslim. Allah dan Rasul-Nya bertanggung jawab untuk melindunginya. Maka, janganlah melampaui batas perlindungan Allah swt. terhadap dirinya, jangan menghina perlindungan Allah swt., dan jangan menjatuhkan kehormatan dirinya.”

Berdasar definisi Hadhrat Rasulullah saw. ini, kita para Muslim Ahmadi dinyatakan sebagai umat Islam. Kita sama-sekali tidak memerlukan sertifikat dari seorang mullah atau sertifikat suatu parlemen manapun.

Beberapa hari yang lalu, dari para Ahmadi, Hudhur atba. telah menerima kiriman artikel yang dimuat di dalam surat-surat kabar, mereka menghendaki supaya beliau memaklumi dan menasihati apa yang harus mereka lakukan. Artikel itu memuat pernyataan seorang politisi Pakistan terkenal, Altaf Hussain yang baru-baru ini mengeluarkan pernyataan terbuka membela Ahmadiyah dan dengan tegas mengutuk tindakan brutal dan penganiayaan terhadap umat Islam Ahmadi.

Sudah menjadi adat kebiasaan para wartawan, untuk memanaskan suasana, surat kabar itu telah menurunkan berita dusta bahwa Mirza Masroor Ahmad telah bertemu dengan Altaf Hussein di London. Diberitakan, mereka membahas rencana mengembangkan partai politik Altaf Hussein, MQM, di daerah Punjab atau di seluruh Pakistan.

Hudhur atba. mengatakan bahwa sejauh mana kedudukan pernyataannya itu, setiap negarawan menghendaki agar setiap jenis kekacauan di negaranya bisa dibereskan dan pengaruh mullahisme bisa dikikis habis. Beliau atba. telah menyatakan rasa gembira terhadap pernyataan Altaf Hussein yang sangat berani, yang membuktikan bahwa ia ingin menyaksikan keadaan negerinya aman dan damai. Tuhan sendiri Maha Mengetahui niat apa yang terkandung di dalam hati manusia. Kita tidak ragu-ragu terhadap niat baiknya itu. Ia ingin menyaksikan berakhirnya bentrokan serta kebencian sektarian, supaya negerinya maju. Semoga Allah swt. memberi kemajuan dan kejayaan serta melimpahkan ganjaran kepadanya. Semoga dia tidak menjadi mangsa kompromi politik yang merugikan. Hudhur atba. secara insidentil telah mendengar bahwa orang-orang yang tergabung dalam kelompok Taĥâfuzh Khâtama`n-Nabiyyîn (Pelindung Khataman Nabiyyin) merasa puas dengan pernyataan Altaf Hussein tersebut. Pengaruh ulama di Pakistan demikian kuat sehingga dalam surat kabar diberitakan tentang pernyataan Perdana Menteri Pakistan yang ingin melakukan ini-itu demi negara tetapi dia takut kepada mereka.

Hudhur atba. bersabda, sehubungan dengan berita tentang pertemuan beliau dengan Altaf Hussein, bila betul telah bertemu, pasti dia sendiri yang menceritakannya.
Hudhur atba. menegaskan bahwa siapa saja yang berusaha membasmi kubu kebencian dan kebohongan, dia pasti akan ditolong Allah swt., dia pasti akan memperoleh kemenangan. Kita mencintai Pakistan! Kita telah membantu dengan gigih demi terciptanya negara Pakistan! Kita selalu bersedia menyerahkan pengorbanan dalam bentuk apa pun demi menyelamatkan negara Pakistan!

Sejauh kezaliman mereka terhadap umat Islam Ahmadi, kita serahkan segala-galanya kepada Allah swt.! Apabila kita memerlukan bantuan dan pertolongan, kita hanya berseru kepada Allah swt.! Kita yakin sepenuhnya bahwa usaha kita tiada arti sama sekali dibanding dengan program (takdir) yang akan dan sedang dibuat Allah swt. demi Jemaat Islam Ahmadiyah. Insya Allah, takdir atau keputusan Tuhan Yang Maha Kuasa demi Jemaat Ahmadiyah―pasti dan tidak ragu-ragu lagi―akan zahir dengan dahsyat di negeri Pakistan dan juga di negara-negara Islam lainnya! Sehingga, akan nampak jelas dengan sendirinya laksana terangnya sinar matahari: Siapa yang disebut orang Islam hakiki atau siapa orang yang mencintai Islam sesungguhnya.

Saya anjurkan kepada para Muslim Ahmadi Pakistan, yang tinggal di Pakistan maupun yang tinggal di mancanegara, untuk berdoa demi kemaslahatan negeri mereka, supaya Allah swt. memberi akal kepada pemimpin bangsa dan para pemimpin agama di sana. Demikian pula, umat Islam Ahmadi yang tinggal di negara-negara Islam lainnya dan yang tinggal di negara-negara Arab, supaya mereka berdoa secara khusus di bulan suci Ramadan ini―yaitu bulan terkabulnya doa-doa―agar takdir mubram Allah swt. tentang Jemaat Islam Ahmadiyah segera zahir di dunia ini. Amin.

Perselisihan paham tentang definisi ‘seorang Muslim’ merupakan pula perkara penting untuk dijelaskan. Dalam menjelaskan makna firman Allah swt. dalam «QS 59:22», Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjelaskan, salah satu makna ayat ini adalah: «[Pertama]», bahwa kesan Alquran demikian dahsyat. Sehingga, jika Alquran turun di atas gunung, ia akan hancur berkeping-keping karena takut (baca: “cinta”―Ed.) kepada Allah swt.. Jika kesannya begitu hebat bagi benda-benda mati di atas bumi ini, mengapa Alquran sedikitpun tidak berkesan bagi manusia? Alangkah bodoh atau mahrumnya manusia yang tidak mengambil faedah dari hikmah ajaran Alquran ini.
Makna «kedua» adalah, siapa pun di antara manusia tidak akan mampu meraih kecintaan dan keridaan Allah swt. sebelum ia menghancurkan dua buah sifat yang terkandung di dalam dirinya. “Pertama”, mengikis habis sifat sombong atau takabur, sebagaimana sebuah gunung, kepala atau puncaknya yang tegak berdiri itu harus dijatuhkan sehingga rata dengan bumi. Demikian pula manusia, harus menjauhkan semua pikiran dan perasaan takaburnya dan berusaha merendahkan diri. Yang “kedua” yaitu, semua hubungan buruk, yang memicu permusuhan, ketidaktaatan, dan kebencian harus diputuskan dan dihilangkan seperti luluhnya sebuah gunung. Kini, harus diganti dengan hubungan persaudaraan, kecintaan, dan keramahtamahan, semata-mata meraih keridaan dan kasih-sayang Allah swt..

Kembali kepada masalah orang-orang yang menamakan diri kaum ulama yang menentang Jemaat Islam Ahmadiyah. Selama mereka tidak membuang sifat takabur dalam menghadapi masalah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan tidak berhenti menggunakan syiar Alquran atau Islam yang tidak sopan, jika mereka benar-benar menyatakan diri mencintai Allah swt. dan Rasul-Nya (Muhammad saw.), maka mereka harus menjalin hubungan baik dengan Imam Zaman, yakni Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.. Kemudian, “(Wahai kaum Ulama), perhatikan bagaimana masyarakat Timur maupun Barat akan memandang Anda dengan pandangan sangat hormat, maka barulah: Kandungan rahasia dan makrifat Kalam Suci yang telah Allah swt. turunkan kepada Hadhrat Rasulullah saw. akan mampu Anda pahami. Sebab, untuk memahami kalam Tuhan dalam Alquran Karim, sangat diperlukan seorang hamba yang dipilih Allah swt..”

Dia sendiri telah berfirman dalam «QS [Al-Waqi’ah] 56:78-80», “إِنَّه‘ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمِ — فيِ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍ — لاَ يَمَسُّه‘ إِلاَّ الْمُطَهَّرُوْنَ [Innahû la`Qur`ânuŋ-Karîm, fî kitâbim-maknûn(in), lâ yamussuhû illa`l-muthahharûn(a)]”―artinya―”Ini sungguh Alquran yang mulia, dalam suatu kitab terpelihara dengan baiknya, yang tiada orang boleh menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan.”

Dalam ayat ini, kemuliaan Alquran Karim, selain diberitahukan kepada orang-orang Non Muslim, pula terdapat suatu amanat bagi para mukmin bahwa hanya orang-orang yang telah mensucikan diri dan mengamalkan ajaran-ajarannya yang akan mampu meraih rahasia dan makrifat Alquran. Untuk memperoleh pengertian rahasia Alquran hakiki, mereka harus mencari orang yang telah disucikan oleh Allah swt.. Pada zaman ini, sesuai janji Allah swt. dan dengan sempurnanya nubuwatan Hadhrat Rasulullah saw., rahasia serta makrifat Alquran Karim yang merupakan martabat dan kehormatan itu telah Dia anugerahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa untuk memperoleh pengertian dan rahasia ilmu Alquran yang murni dan hakiki sangat diperlukan seorang juru penerang yang telah disucikan Allah swt.. Sejak zaman permulaan, untuk memecahkan masalah di dalam Alquran, dibutuhkan kedatangan seorang Guru; sekalipun, banyak masalah yang telah dipecahkan, demi banyaknya masalah kesulitan yang dihadapi pada masa kini.
Perhatikan kini, mengapa banyak sekali timbul golongan di dalam Islam? Sebabnya, tidak lain, kaum ulama menjelaskan ayat-ayat Alquran menurut pengertian mereka sendiri yang sangat terbatas dan sempit. Kemudian, mereka jadikan ajarannya itu sebagai pegangan untuk dilaksanakan.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda bahwa Alquran merupakan sebuah Kitab yang paripurna, kumpulan berbagai macam sari ilmu pengetahuan. Namun, tidak semestinya ilmu Alquran itu akan terbuka semuanya dalam satu kurun waktu. Ilmunya akan zahir sesuai keperluan dan tuntutan zaman. Bilamana timbul masalah yang menyulitkan, ilmu Alquran dibukakan Allah swt. untuk memecahkannya melalui hamba pilihan-Nya yang telah disucikan sesuai dengan keadaan zaman. Itu sebabnya, untuk memecahkan kesulitan tersebut, sesuai dengan keperluan zaman, Allah swt. selalu mengutus Guru Rohani ke dunia.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, orang-orang berkata bahwa kedatangan Masih dan Mahdi tidak diperlukan sebab Alquran sudah cukup bagi mereka―“Kami tetap berada pada jalan yang lurus.” Padahal, mereka tentu tahu bahwa yang mampu membuka rahasia ilmu Alquran hanya orang yang telah Allah swt. sucikan. Oleh karenanya, sangat diperlukan sekali kedatangan seseorang yang telah Tuhan sucikan guna membuka rahasia tafsir Alquran tersebut. Jadi untuk mengekalkan iman dan memelihara kehormatan serta kebesaran umat Islam sangat penting sekali untuk: [i] beriman kepada Guru Rohani yang telah diutus Allah swt. pada zaman ini, yaitu Hadhrat Masih Mau’ud a.s.; dan, [ii] berusaha mengamalkan nasihat-nasihat beliau.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa tugas kedatangan Imam Mahdi dan Almasih Yang Dijanjikan adalah: [i] untuk menghapus konflik sektarian maupun perselisihan antara sesama golongan yang berpaham beda; dan [ii] untuk berjuang meraih kemajuan serta kejayaan Islam dengan memperhatikan penuh ajaran-ajaran Alquran dengan pengamalannya; dan, [iii] meningkatkan semangat doa ke hadirat Allah swt..
Sangat disesalkan, umat manusia zaman sekarang, tidak mau memahami masalah ini, sebab sebagian besar perhatian mereka dipusatkan hanya kepada kepentingan dunia mereka, tidak ada perhatian terhadap urusan rohani. Bila perhatian mereka demikian lekatnya kepada duniawi, bagaimana mungkin rahasia serta makrifat Alquran akan terbuka kepada mereka? Di samping merupakan bahan pemikiran bagi umat Islam sedunia, hal itu harus menjadi pusat perhatian dan tanggung jawab bagi setiap Muslim Ahmadi. Setiap Ahmadi harus memperbanyak doa dalam Ramadan ini agar hati mereka disucikan Allah swt. sesuai kehendak-Nya; bahwa, hati para mukmin sejati harus terus senantiasa suci supaya mampu meraih berkat-berkat Alquran Karim pada Ramadan ini yang penjelasannya telah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kemukakan. Orang yang telah mensucikan diri, lalu mengamalkan ajaran Alquran, akan mendapat derajat sangat tinggi di sisi Allah swt..

Terdapat sebuah hadis yang Hadhrat Sahal bin Mu’az Juhanni r.a. riwayatkan dari ayah beliau; dikatakan, Hadhrat Rasulullah saw. telah bersabda bahwa orang yang senantiasa mengkaji dan mengamalkan ajaran Alquran, kedua orang tuanya akan diberi dua buah mahkota pada kepala mereka di akhirat. Mahkota-mahkota itu bersinar sangat cemerlang, lebih terang dari sinar matahari yang setiap hari menyinari rumah mereka. Jika derajat kedua orangtuanya demikian tinggi, bayangkan betapa agung kerohanian anak itu karena rajin mengkaji dan mengamalkan ajaran Alquran Karim.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, barangsiapa yang menghormati Alquran, dia akan mendapat kehormatan di Langit. Kehormatan itu akan diperoleh saat manusia mengamalkan ajarannya.

Dalam menjelaskan ayat “يُرِيْدُ اللهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ [Yurîdu`l-Lâhu bikumu`l-yusra walâ yurîdu bikumu`l-‘usra]―Allah menghendaki keringanan bagimu dan Dia tidak menghendaki kesukaran bagimu” dalam «QS 2:186», Hudhur atba. bersabda bahwa ini merupakan sebuah pernyataan mendasar Allah swt. bahwa dalam Alquran tiada masalah yang sulit, yang ada hanyalah kemudahan. Lebih lanjut, dalam «QS [Al-Qamar] 54:18» Allah berfirman, “ وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ [Walaqad yassarna`l-Qur`âna li`dz-dzikri fahal mim-muddakir(in)]”―artinya―”Dan, sungguh, Kami telah mempermudah Alquran untuk diingat. Maka, adakah orang yang hendak mengambil pelajaran?”

Hudhur atba. menegaskan, kita harus menerima serta menaati nasihat ini dan mengamalkannya sekaligus harus meluruskan pendapat bahwa ajaran Alquran sangat susah untuk diamalkan. Alquran adalah firman Tuhan Yang-telah-menciptakan-dan-telah-memberi semua kemampuan bagi akal serta pikiran maupun sarana yang luas lagi memungkinkan kepada umat manusia. Allah swt. telah mengikrarkan bahwa ajaran Alquran sungguh sesuai benar dengan karakter atau tabiat manusia, di dalamnya terdapat berbagai macam kemudahan-kemudahan. Ajarannya telah diberikan sesuai dengan kekuatan dan kemampuan akal manusia. Apakah setelah mendapat penerangan yang demikian jelas masih juga manusia berpikir bagaimana mengamalkan ajaran Alquran ini? Di dalam Alquran telah diuraikan pula tentang ‘berbagai azab dan musibah’ yang terjadi pada masa lampau supaya manusia mempelajari dan beramal sesuai perintah Allah swt. agar selamat. Ajaran-ajaran Alquran berlaku untuk sepanjang masa hingga hari Kiamat.
Terkait firman Allah swt. dalam «QS [Al-Bayyinah] 98:3―4», “رَسُوْلٌ مِّنَ اللهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةً فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ [Rasûlum-mina`l-Lâhi yatlû shuĥufam-muthahharah(taŋ), fîhâ kutubuŋ-qayyimah(tun)]―[3]Seorang Rasul dari Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran suci, [4]yang di dalamnya terkandung perintah-perintah kekal abadi”, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Alquran Karim merupakan kitab yang merangkum semua intisari kitab-kitab Allah sebelumnya dan mengandung semua unsur kebenaran, sedikitpun tidak mengandung suatu perkara yang sia-sia dan tidak pula keraguan di dalamnya.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selanjutnya bersabda bahwa pada zaman ini, tauhid Ilahi sedang terpuruk dan sedang mendapat serangan yang sangat keras sekali. Kita yakin bahwa siapa pun yang berani angkat pena melawan tauhid Ilahi, ia akan berhadapan langsung dengan Allah swt. untuk menerima akibatnya. Alquran mengandung bukti-bukti kuat untuk mempertahankan setiap pendakwaannya tentang segala sesuatu dan bisa diselidiki oleh para pakar sains untuk membuktikan kebenaran pernyataannya itu. Tantangan ini terus berlaku sampai sekarang, yang untuk menghadapinya adalah kewajiban para pengikut Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Konsep yang dikemukakan Almarhum Prof. Dr. Abdus Salam (Ahmadi peraih Nobel Fisika 1979) pun telah membuktikan Keesaan Allah swt. dan kebenaran Alquran Karim. Para pakar sains Ahmadi masa sekarang pun harus mempertahankan konsep yang telah beliau kemukakan tersebut. Allah swt. pasti akan menolong mereka.

Memang, Alquran banyak sekali memberi penjelasan tentang kerohanian. Namun, ia juga memberi bimbingan bagi ilmu pengetahuan umum dari waktu ke waktu sesuai keperluan dan perkembangan alam pikir manusia.

Di dalam «QS [An-Naml] 27:93», Allah swt. berfirman, “وَ أَنْ أَتْلُوَا الْقُرْاٰنَ فَمَنِ اهْتَدٰى فَإِنمًّـَا يَهْتَدِيْ لِنَفْسِهِ [Wa an atluwa`l-Qur`âna famani-htadâ fa`innamâ yahtadî linafsih(i)]”―artinya―”Dan supaya aku bacakan Alquran. Maka, barangsiapa mengikuti petunjuk, ia hanya mengikutinya untuk kebaikan dirinya sendiri.”

Jadi, betapa penting petunjuk atau hidayah yang akan kita peroleh dari Allah swt. dengan banyak mengkaji dan mengamalkan ajaran-ajaran Alquran Karim. Untuk memahami ajarannya itu, manusia harus berusaha keras mensucikan diri. Tanpa itu, tidak mungkin dapat diperoleh sebagaimana firman-Nya, “لاَ يَمَسُّه‘ إِلاَّ الْمُطَهَّرُوْنَ [Lâ yamussuhû illa`l-muthahharûn(a)]―Tiada orang boleh menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan.”
Salah satu syiar Alquran adalah bahwa di dalamnya mengandung berbagai perkara yang diperlukan manusia sekarang ―misalnya dari pancaragam asas akhlak atau etika hingga ketinggian sains―telah dicantumkan di dalamnya. Sebagaimana firman Tuhan dalam «QS [Yûnus]10:62» berikut, “وَمَا تَكُوْنُ فيِ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلاَ تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا إِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِ‌ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فىِ اْلأَ رْضِ وَلاَ فىِ السَّمَآءِ وَلاَ أَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلاَ أَكْبَرَ إِلاَّ فيِ كِتٰبٍ مُّبِينٍ [Wamâ takûnu fî sya`niw-wamâ tatlû minhu miŋ-Qur`âniw-walâ ta’malûna min-‘amalin-illâ kunnâ ‘alaikum syuhûdan-idz tufîdhûna fîhi wamâ ya’zabu ‘ar-rabbika mim-mitsqâli dzarratiŋ-fi`l-ardhi walâ fi`s-samâ`i walâ ashghara miŋ-dzâlika walâ akbara illâ fî kitâbim-mubîn(in)]”―artinya―”Dan tidaklah engkau [sibuk] dalam sesuatu urusan dan tidak pula engkau membacakan dari pada-Nya sebagian dari Alquran dan tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kamu, ketika kamu bertekun di dalamnya. Dan tidaklah tersembunyi dari Tuhan engkau sebesar zarah pun di bumi dan di langit, dan tiada yang lebih kecil dari itu dan tidak [pula] yang lebih besar, melainkan itu semua ada [tercatat] di dalam kitab yang terang.”

Ayat ini menjelaskan keagungan Allah swt.. Segala jenis benda, baik benda-benda gaib maupun yang tampak [penzahiran dan khazanah-khazanahnya], yang jauh maupun dekat, dan yang besar maupun kecil, tertumpu pada perhatian Allah swt. dan berada di bawah sepengetahuan Allah swt.. Hal ini sebuah pernyataan bagi orang-orang beriman maupun tidak beriman; bahwa, Kitab Agung ini adalah turun dari Allah Yang Mengetahui-segala-sesuatu-secara-sempurna. Itulah sebab, Kitab ini dijaga Allah swt. sejak ia diturunkan hingga kini. Tiada jalan bagi siapa pun, baik bagi orang-orang yang menentang maupun yang beriman; tiada alasan lagi untuk mengatakan bahwa ajaran Kitab ini tidak bisa diamalkan.

Menjelang akhir khotbah, Hudhur atba. bersabda bahwa tidak cukup dengan hanya berkata bahwa “Saya sudah mengkaji Alquran”; melainkan, kita harus menyampaikan ajarannya kepada dunia. Apa yang harus kita perhatikan adalah: Perubahan apa yang telah timbul pada diri kita berkat mengkaji Alquran ini sehingga berkesan baik bagi masyarakat dan berpengaruh nyata terhadap lingkungan hidup yang berada di alam sekitar kita. Allah swt. telah menjelaskan semua perkara dalam Alquran Karim ini. Pada zaman ini, Dia telah mengutus seorang Guru Rohani ke dunia untuk membuka rahasia yang terkandung di dalamnya. Mereka yang menyambut dan menerima Guru Rohani tersebut dan mereka yang tidak mau menerima, semuanya akan menerima perhitungan mereka di hadapan Allah swt. di akhirat nanti. Perkara mereka yang menolak Guru tersebut, kita serahkan kepada Allah swt.. Sebaliknya, kita harus banyak berdoa kepada Allah swt. agar kita mampu mempertanggungjawabkan semua urusan kita dengan-Nya.

Sebagai penutup, Hudhur atba. telah merinci panjang lebar menurut kutipan sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa Alquran Karim adalah Kitab yang patut kita kaji setiap saat dan harus berusaha memahami ajarannya untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa mengkaji dan mengamalkan ajaran Alquran, Hudhur atba. menekankan, kita tidak akan mungkin meraih kemajuan dan kesuksesan hidup. Untuk itu, semoga, Allah swt. memberi taufik kepada kita semua. Amin.[]

Penerjemah: Hasan Basri―Mesjid Thaha Singapura, 17 September 2009; editor: R.A. Daeng Mattiro―Mesjid Al-Hidayah Kebayoran Lama Selatan (Jakarta), 25 September 2009.



SocialTwist Tell-a-Friend