[Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional] [Tanggal 28 Agustus 2009] Ramadan Bulan Beberkah

Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Internasional
Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad atba.
Di Mesjid Baitul Futuh London, Inggris Raya, 28 Agustus 2009

Ramadan Bulan Beberkah

SETELAH tasyahud, taawud, dan tilawat QS Al-Fatihah, selanjutnya Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. menilawatkan «QS [Al-Baqarah] 2:187»:“«Wa idzâ sa`alaka ‘ibâdî ‘annî fa`innî qariib[un], ujîbu da’wata`d-dâ’î idzâ da’ân[i], falyastajîbûlî walyu`minûbî la’allahum yarsyudûn[a]»—Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan sungguh-sungguh beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.”
Semata-mata karunia Allah yang sangat besar kepada kita bahwa dengan kemurahan-Nya, pada hari-hari ini kita tengah menunaikan ibadah puasa lagi di dalam bulan suci Ramadan. Dan dengan segala karunia-Nya sampai hari keenam ini, kita telah menunaikan ibadah puasa tersebut.

Apabila Allah swt. berfirman dalam «QS [Al-‘Ankabût] 29:70» bahwa :
“«Wa`l-ladzîna jâhadû fînâ lanahdiyannahum subulanâ, wa inna`l-Lâha lama’a`l-muĥsinîn[a]»—Dan tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka menuju jalan kepada Kami. Dan sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Berdasarkan ayat ini, Allah swt. menyambut dan mengabulkan amalan para mukmin (orang-orang beriman) yang berjuang keras mendekatkan diri kepada-Nya. Sesungguhnya, sudah menjadi sunah Allah swt. sejak dahulu kala bahwa dari zaman ke zaman Dia senantiasa mengutus seorang Rasul-Nya ke dunia guna memberi petunjuk jalan dan membimbing umat manusia guna senantiasa rujuk kepada Pencipta mereka, Allah swt..

Melalui pendidikan dan tarbiyat para Utusan Tuhan dari masa ke masa, lambat laun, setingkat demi setingkat, keimanan dan kedudukan rohani manusia mencapai kesempurnaan. Saat alam pikiran dan kerohanian manusia sudah mencapai taraf kesempurnaan, maka Allah swt. mengutus Hadhrat Rasulullah saw. ke dunia guna memberi petunjuk dan membimbing rohani mereka dengan mengajarkan hukum-hukum atau agama paling sempurna. Dengan ajaran-ajaran itu, manusia semakin berkembang dan maju dalam mendekatkan diri kepada Tuhan mereka.

Salah satu cara yang diajarkan Tuhan kepada Hadhrat Rasulullah saw. untuk mencapai peringkat keluhuran iman dan takwa adalah dengan diwajibkannya ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini. Di dalam «QS 2:184», Allah swt. menjelaskan bahwa ibadah puasa seperti yang tengah dilaksanakan ini telah diwajibkan pula kepada umat beragama sebelum kedatangan Islam ke dunia. Sebagai agama yang paling sempurna, Islam telah menjelaskan secara rinci dan sangat istimewa sekali cara-cara menunaikan ibadah puasa ini kepada orang-orang mukmin.

Alquran telah merinci pula syarat-syarat bagi orang-orang yang tidak diperkenankan menunaikan ibadah puasa ini, misalnya bagi orang-orang sakit, para musafir, atau bagi orang-orang lemah karena sudah lanjut usia atau bagi perempuan-perempuan yang tengah [hamil maupun] menyusui anak-anak mereka. Orang-orang yang meninggalkan puasa Ramadan karena sakit atau karena perjalanan atau musafir harus menggantinya di hari hari lain setelah Ramadan berakhir. Bila keadaan mampu, ia dianjurkan memberi fidiyah pula, agar puasanya lebih diberkati oleh Allah swt.. Namun, bagi para mukmin yang mengidap penyakit kronis atau penyakit yang menahun, diwajibkan membayar fidiyah, yakni memberi makan kepada orang miskin sebanyak makanan yang ia makan setiap hari, jika ia benar-benar mampu.

Ramadan ini sungguh bulan yang sangat beberkat. Orang-orang mukmin sepatutnya tidak mencari-cari alasan untuk meninggalkan puasa ini, umpamanya karena alasan sakit. Padahal, sakitnya ringan saja, ia rela meninggalkan puasa ini. Para mukmin harus sungguh-sungguh menunaikan ibadah puasa bulan Ramadan ini, sebab Allah swt. telah menyediakan sarana pengampunan yang khas di dalamnya bagi manusia yang telah melakukan banyak dosa.

Perkataan «سُبُلَنَا [subulanâ]» (jalan Kami) dalam «QS 29:70» tersebut menjelaskan bahwa karunia-Nya akan dianugerahkan kepada siapa saja dari para mukmin yang sungguh-sungguh berjuang keras menyucikan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.. Betapa hebatnya bahwa kasih sayang Tuhan telah disediakan secara istimewa bagi mereka yang benar-benar melakukan pengorbanan di bulan suci Ramadan ini demi meraih kecintaan dan kedekatan terhadap Allah swt.. Tuhan telah meyediakan suasana istimewa demi terciptanya berbagai fasilitas untuk meraih kebaikan dan kesucian rohani para mukmin. Pada bulan suci Ramadan ini, Tuhan telah menyingkirkan hambatan-hambatan demi terkabulnya doa-doa yang dipanjatkan para mukmin. Dalam hadis, terdapat riwayat bahwa Hadhrat Rasulullah saw. telah bersabda, “Pada bulan Ramadan, pintu surga telah dibuka lebar-lebar sedangkan pintu neraka pun telah ditutup rapat-rapat dan syaitan-syaitan telah dibelenggu dengan rantai.” Alangkah indahnya gambaran kemuliaan dan kesucian bulan Ramadan ini! Bukankah hal ini merupakan nasib yang sangat baik bagi kita mendapat kesempatan beribadah yang sangat istimewa pada bulan suci Ramdhan yang dianugerahkan lagi kepada kita ini?

Setiap hari syaitan telah diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menggoda dan menguasai sebagian dari hamba-hamba-Nya. Sehingga, telah banyak orang-orang yang bertabiat baik telah terjebak oleh licinnya cara penipuan yang dilakukan syaitan itu. Syaitan kadang-kadang mengelabui manusia kepada kejahatan dengan menjanjikan berbagai macam keindahan yang semarak di dalamnya. Namun, dalam hadis tersebut tadi, Hadhrat Rasulullah saw. telah Allah swt. beri khabar bahwa pada bulan suci Ramadan ini, secara khas, syaitan-syaitan itu telah dibelenggu dengan rantai. Dengan demikian, kita―para mukmin―mendapat kesempatan emas dari melimpahnya berkat-berkat rohani bulan suci Ramadan ini untuk memasuki pintu-pintu firdaus yang sangat banyak tersebut. Kita harus mencoba dan berusaha untuk mencapai kedudukan yang setinggi-tingginya agar tangan-tangan syaitan tidak dapat menjamah diri kita. Dan, kita harus berusaha keras untuk mendapatkan bahagian dari peringkat demikian dan menerapkannya pada kehidupan kita sehari-hari. Kita harus mencoba dan berusaha meningkatkan semangat dan kekhusyukan ibadah kita dan meningkatkan keikhlasan, memberi sedekah sesuai teladan yang sangat berberkat yang telah ditunjukkan kepada kita oleh Hadhrat Nabi Besar Muhammad saw.. Semua hal tersebut merupakan sumber dan sarana yang sangat hebat dan luar biasa untuk meraih kecintaan dan kedekatan terhadap Allah swt.. Menaati perintah-perintah Allah swt. dalam Alquran juga merupakan sumber dan sarana yang sangat penting dan ampuh untuk meraih kecintaan dan keridaan Allah swt.. Kita akan menjadi orang-orang yang sangat beruntung dan bernasib baik sekali apabila berjuang keras dan memperoleh faedah semaksimal mungkin dari berkat-berkat istimewa yang terkandung di dalam bulan suci Ramadan ini.

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Setiap amal saleh yang manusia lakukan adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Tuhan berfirman, ‘Puasa dikerjakan semata-mata untuk-Ku. Dan ganjarannya adalah wujud Aku sendiri.’”

Selanjutnya, hadis itu menjelaskan bahwa puasa laksana perisai yang melindungi manusia dari marabahaya. Bila ada orang mengajak bertengkar atau berkelahi dengan orang sedang berpuasa, maka jawabannya cukup singkat dan sederhana dengan mengatakan, “Aku sedang berpuasa.”
Selanjutnya, hadis itu menjelaskan bahwa bagi manusia ada dua macam kegembiraan. Kegembiraan pertama, apabila ia berbuka puasa, ia merasa senang dan gembira sekali. Yang kedua, apabila dia berjumpa dengan Tuhannya di hari Akhirat akan bergembira sekali, karena pada waktu itu Tuhan akan merasa senang sekali kepadanya dikarenakan ibadah puasanya tersebut.

Jadi, ibadah puasa ini harus kita lakukan sedemikian rupa sehingga Allah swt. merasa senang dan rida kepada kita sampai waktu kita menghembuskan nafas yang terakhir dan meninggalkan dunia ini selama-lamanya. Seorang yang berpuasa tanpa mengerjakan amalan yang mengiringi ibadah puasa atau tanpa menghiraukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Agama, maka waktu ia berjumpa dengan Tuhan-nya di akhirat nanti tidak akan membuktikan sempurnanya hadis tersebut yang mengatakan “Tuhan akan bergembira kepadanya kerana puasanya”. Tuhan tidak menghendaki puasa orang yang hanya meninggalkan makan dan minum saja tanpa meninggalkan perbuatan-perbuatan keji selama bulan suci Ramadan.

Berbagai macam manusia tinggal di dunia ini. Banyak pula orang yang berpuasa sambil melakukan kezaliman dengan membunuh orang lain. Banyak yang berpuasa namun mereka menganggap berbuat aniaya terhadap orang-orang Muslim Ahmadi merupakan perbuatan baik dan terpuji. Apakah pintu Surga itu terbuka bagi orang-orang yang berbuat jahat seperti itu atau bagi orang-orang yang berbuat kebaikan? Apakah orang-orang jahat seperti itu akan dilindungi Tuhan dari neraka jahanam layaknya orang-orang yang berbuat baik akan dilindungi dari jahanam dan yang syaitan-syaitan mereka telah dijaga? Apakah syaitan orang-orang yang berbuat zalim itu telah dibelenggu? Atau sebaliknya, bebaskah mereka berbuat seperti syaitan-syaitan itu?

Sesungguhnya, untuk mencegah perbuatan keji seperti itu terdapat syarat-syaratnya. Selama bulan suci Ramadan, Allah swt. menyediakan sarana-sarana yang sangat berbeda dengan hari-hari biasa bagi orang-orang yang sungguh-sungguh berusaha untuk berbuat baik pada jalan Allah swt.. Oleh karenanya, kita harus mengambil faedah sebesar-besarnya dari sarana yang sangat baik yang telah Allah swt. sediakan itu bagi kita, dan harus berusaha tunduk sepenuhnya terhadap Allah swt. demi meraih karunia dan keridaan-Nya.

Allah swt. telah mengekalkan kabar gembira dalam Alquran Karim dengan menyisipkan firman-Nya dalam «QS 2:187» untuk menunaikan ibadah puasa dalam bulan suci Ramadan ini. Dan dengan itu, Allah swt. telah memberi khabar gembira tentang terkabulnya doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Namun, Tuhan telah menjelaskan beberapa syaratnya di dalam ayat tersebut di samping menjelaskan kecintaan dan qurub-Nya serta tentang pengabulan doa-doa.

Dengan menyebut «hamba-hamba-Ku», Allah swt. telah membuatnya sangat jelas bahwa kebaikan itu bukan sekedar untuk seseorang, namun hanya bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi hamba sejati-Nya dan hanya mereka-lah yang akan menjadi hamba-hamba-Nya yang setiap amalannya menyatakan, “«اِيَّاكَ نَعْبُـدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعـِينُ [iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în]»―Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” Bila mereka berdoa, adalah bukan doa yang keduniawian; melainkan, semata-mata demi mencari Allah swt. yang melukiskan intisari dari firman-Nya «QS 2:187», “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan sungguh-sungguh beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.”

Tujuan mereka adalah untuk mencari Tuhan, mereka sangat gelisah bagaimana cara untuk mendapatkan Tuhan itu. Di kala dunia ini sudah berpaling dari Tuhan dan menjurus kepada atheisme; namun, mereka mempunyai satu keinginan yaitu ingin memperoleh ilmu pengetahuan tentang kerohanian yang cukup dan mantap guna melawan pengaruh dan daya tarik dunia yang bisa menggoyahkan iman mereka. Maka, mereka menunaikan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh selama bulan suci Ramadan ini.

Umat Islam yang berusaha keras menjadi Muslim sejati adalah mereka yang dijamin oleh «QS 2:187» bahwa Tuhan sangat dekat dengan-nya dan Tuhan mendengar doa yang ia panjatkan kepada-Nya dan Dia mengabulkannya. Jika natijah suatu tanya jawab dengan Tuhan harus dimulai, maka seseorang harus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh sampai ia mendapatkan-Nya dengan pasti. Ia harus menaati semua perintah dan harus mempunyai kecintaan yang sangat dalam terhadap Hadhrat Rasulullah saw.. Ia pun harus taat dan beriman kepada Imam Zaman. Untuk itu, seseorang tidak bisa mempunyai persepsi sendiri tentang keimanan yang sempurna; ia harus mengikuti jalan yang telah diajarkan Allah swt. dan Rasul-Nya. Allah swt. telah menjelaskan dengan firman-Nya dalam «QS 2:187» sebagai berikut, “«فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِىْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِىْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ [walyu`minûbî falyastajîbûlî la’allahum yarsyudûn(a)]».” Bahwa, beriman kepada Tuhan akan terbuka peluang apabila manusia menyambut seruan-seruan-Nya. Dan, hal itu akan memberi dampak sangat baik baginya sehingga perintah-perintah-Nya dalam Alquran akan ia taati sepenuhnya. Hal itu akan tercapai bila hak-hak [dan] kewajiban terhadap Allah swt. dan hak-hak sesama manusia―kedua-duanya―dilaksanakan sepenuhnya. Bila perkara itu semua diperhatikan dan dilaksanakan dengan seksama, hal itu akan membawanya masuk ke dalam golongan orang-orang bertakwa.

Pada bulan suci Ramadan ini, kita harus berusaha keras beribadah kepada Allah swt. dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan yang sempurna. Kita harus meningkatkan pengertian tentang makna Tauhid atau Keesaan Allah swt. dan menghargainya sepenuh hati dan kita harus menghargai kewajiban ibadah salat juga.

Saya merasa heran dan sangat terkejut mendengar tentang orang-orang yang telah berusaha keras untuk menunaikan salat namun tidak bisa mengendalikan salat lima waktu setiap hari. Jika kita meninggalkan salat satu kali saja, yang merupakan perintah Tuhan yang sangat asasi dan penting sekali, bagaimana kita bisa memohon kepada Tuhan supaya doa-doa kita dikabulkan oleh-Nya. Manusia harus menunaikan salat dengan patuh dan tekun disertai banyak memanjatkan doa dengan hati serta roh yang luluh guna memperoleh kedudukan akhlak yang luhur serta kekuatan dan kesempurnaan iman.

Bulan Ramadan adalah kesempatan baik untuk mencapai martabat kerohanian yang tinggi. Dan, kesempatan ini harus betul-betul dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kita harus berusaha keras beribadah pada bulan suci Ramadan ini dan berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan surga melalui berbagai macam pintu yang telah dibuka lebar oleh Allah swt. bagi kita. Bulan Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa yang telah Allah swt. ciptakan guna meraih kemakbulan doa-doa yang kita panjatkan kepada-Nya. Dan, doa yang paling besar nilainya adalah bila doa itu dipanjatkan untuk memohon dan mendapatkan kecintaan serta kedekatan dengan Allah swt.. Dan, bila manusia telah mendapatkan Allah swt., semua kehendak baiknya yang belum terpenuhi akan diperhatikan Allah swt..

Akhirnya, semoga Allah swt. menganugerahkan makrifat atau pemahaman kerohanian setinggi-tingginya sehingga [senantiasa] terbuka pengertian tentang hakikat doa dengan sangat jelas kepada kita-semua. Demikian pula, akan terbuka pengertian luas bagaimana cara untuk memperoleh pertemuan (liqa) dengan Allah swt.. Semoga, setiap amalan kita diridai oleh Allah swt.. Mudah-mudahan, kita dapat meraih perubahan dalam keimanan dan kerohanian kita berkat doa-doa yang kita panjatkan selama bulan suci Ramadan ini, yaitu perubahan iman dan ketakwaan pada diri kita yang bisa membedakan antara kita «dengan orang-orang bukan Jemaat» (baca: “yang lain”―Ed.). Sehingga, nikmat-nikmat dan rahmat Tuhan yang tiada batasnya itu semakin banyak melimpah kepada kita. Semoga Allah swt. melindungi Jemaat ini dari setiap kezaliman para penentang. Dan, semoga Dia memberi taufik kepada kita-semua untuk memanjat doa sebanyak-banyaknya yang dapat menimbulkan banyak perubahan pada diri kita masing-masing sehingga kita semua mendapat karunia untuk lebih mendekat lagi dengan Allah swt.. Amin.

Setelah itu, Hudhur atba. menjelaskan riwayat singkat Almarhum Maulana Dost Muhammad Shahid yang wafat pada hari Rabu tanggal 26 August 2009.

Almarhum termasuk salah seorang dari kalangan tertinggi ulama Jemaat Ahmadiyah dalam kecakapan ilmu pengetahuan, keikhlasan, dan ketakwaan beliau. Allah swt. menganugerahi Almarhum martabat dan kedudukan terus-menerus. Beliau seorang muarrikh atau pakar bidang sejarah Jemaat Ahmadiyah sehingga kehidupan beliau sendiri merupakan bagian hidup dari sejarah Jemaat Ahmadiyah itu sendiri. Pada tahun 1992, The International Biographical Centre Cambridge, Inggris, memberi anugerah kepada beliau sebagai “Man of the Year”. Anugerah ini hanya diberikan kepada cendikiawan secara personal. Adik beliau bernama Muhammad Aslam Sahib telah wafat pula satu jam setelah Maulana Dost Muhammad Shahid wafat. Maulana Dost Muhammad meninggalkan satu orang putera, Dr. Sultan Mubashir «yang berkhidmat di Fazl-e-Umar Hospital Rabwah, Pakistan» dan lima orang puteri.

Semoga Allah swt. meninggikan derajat beliau di sisi-Nya dan memberi taufiq serta kemampuan kepada semua putera-puteri beliau untuk mengikuti jejak langkah pengkhidmatan orang tua mereka dalam Jemaat. Amin.[]

Penerjemah: Hasan Basri «hasanbasri2005@yahoo.co.id»―Singapura, 1 September 2009.
Editor: Rahmat Ali «r.ali.bt@gmail.com»―Kebayoran Lama Selatan (Jakarta), 6 September 2009).





SocialTwist Tell-a-Friend