Khotbah Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia Tanggal 24 April 2009

Inilah Khotbah Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia Tanggal 24 April 2009
Terjemahan Hasan Basri (Singapura)
(Masih belum diedit sama sekali)

DALAM kehidupan sehari-hari kita sering mendengar perkataan yang banyak sekali digunakan orang-orang, yaitu perkataan nafa’ atau manfaat. Para pebisnis di dalam urusan mereka sangat bertumpu kepada perkataan ini sekalipun perniagaan itu kecil. Orang-orang peniaga yang kadar perniagaannya mencapai milyaran dollar mereka selalu memikirkan bagaimana untuk mendapatkan nafa atau keuntungan sebanyak-banyaknya. Yang kadangkala selain mereka menggunakan cara-cara usaha yang legal (halal) dalam dunia sekarang ini manusia mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar atau illegal (haram) juga. Atau banyak juga orang-orang yang tidak mempunyai sangkut paut secara langsung dengan perniagaan itu namun mereka dengan cara lain berusaha untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari perniagaan yang tengah mereka lakukan itu. Dan cara demikianlah orang seperti itu berusaha meraih keuntungan sebanyak mungkin. Demikianlah perkataan nafa’ atau keuntungan itu dipergunakan untuk urusan perniagaan duniawi. Akan tetapi perkataan itu banyak dipergunakan didalam urusan keagamaan juga. Dalam hubungan dengan perkataan ini saya akan menjelaskan berdasarkan hadis maupun ayat-ayat suci Alqur’an. Perkataan itu dipergunakan didalam Kitab-kitab Lughat Bahasa Arab. Oleh sebab itu saya ingin menjelaskan makna perkataan itu menurut Lughat Bahasa Arab.

نَفَعَ (nafa’a) di dalam bahasa kita artinya memberi faedah atau keuntungan kepada orang lain, seseorang mendapatkan sesuatu, sesuatu benda yang patut dipergunakan atau patut mendapatkan faedah dari padanya. Di dalam Kitab Lughat susunan Lane menerangkan, di dalam نَفَّعَ (dengan tasydid di atas huruf ف) artinya sesuatu yang menjadi sebab berfaedah bagi seseorang. Di dalam kitab Mufradaat dikatakan bahwa نَفَعُ dikatakan kepada setiap benda yang dihasilkan untuk memberikan khairaat. Jadi نَفَعْ adalah nama kebaikan. Di dalam Lane dikatakan bahwa نَفَعَ sebuah sarana untk mencapai maksud seseorang. Di dalam kitab Lughat Lisanul Arab disebutkan bahwa النَّافِعُadalah salah satu nama sifat Allah swt. Yakni Zat yang memberi faedah kepada makhluq-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya. Sebab Dia adalah Yang menciptakan setiap kebaikan dan keburukan dan menciptakan setiap keuntungan dan kerugian.

Setelah menjelaskan dari segi lughat sekarang saya ingin menjelaskan berdasrkan Hadis-hadis Rasulullah saw bahwa bagaimana perkataan ini harus diterapkan terhadap orang-orang mukmin. Orang mukmin menggunakan perkataan ini bukan hanya untuk faedah dirinya sendiri melainkan mereka memikirkan untuk faedah orang lain juga. Didalam Kitab suci Alqur’an juga Allah swt mengajarkan seperti itu. Sabda-sabda Hazrat Rasulullah saw juga yang akan saya jelaskan persis seperti itu. Dan dari perkataan itu banyak sekali cara untuk mendatangkan faedah kepada orang lain, seperti yang telah diberitahukan oleh Hazrat Rasulullah saw kepada kita. Saya akan menjelaskan beberapa hadis yang menasihatkan bagaimana memberi faedah kepada orang lain.

Hazrat Saeed Bin Abi Wardaa r.a. meriwayatkan dari Hazrat Rasulullah saw katanya Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Setiap orang Muslim diharuskan memberi sadqah. Para sahabah bertanya , Ya Rasulullah !! Bagaimana bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk memberi sadqah? Beliau bersabda : Ia harus berusaha keras untuk mencari sesuatu dengan tangannya sendiri, dari hasilnya ia sendiri akan mendapat faedah dan dia bisa memberi sadqah juga kepada orang lain. Mereka berkata, hal itupun jika tidak bisa dilakukan, bagaimana? Beliau bersabda : Ia hendaklah menolong orang yang memerlukan sesuatu bantuan. Para sahabah berkata, jika hal itupun tidak bisa dilakukan bagaimana? Rasulullah saw bersabda : “Hendaklah dia berbuat suatu amal kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan, maka itulah sadqah baginya.”

Ada sebuah hadis lagi diriwayatkan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. katanya, Rasulullah saw bersabda : “ Seorang telah melihat sebatang pokok (pohon) kayu telah runtuh menghalangi jalan orang yang lewat disitu. Orang itu berkata : Demi Allah pokok kayu ini akan saya singkirkan dari jalan ini supaya orang-orang Muslim yang lewat disini tidak mendapat kesuiltan.” Allah swt sangat senang atas perbuatannya itu sehingga Dia memasukkannya kedalam surga.” Sebuah hadis lagi yang diriwayatkan oleh Hazrat Abu Said Al Khudri r.a. katanya, Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuan yang menurut pandangan Allah swt ilmu itu bisa memberi keuntungan atau memberi faedah kepada manusia, maka sebagai hukumannya pada hari Qiyamat Allah swt akan memasangkan tali kekang (tali kendali) dari api pada mulutnya.”

Jadi bagi seorang mukmin memperbanyak harta kekayaannya dan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari pada hartanya bukanlah suatu keuntungan yang sejati baginya. Keuntungan yang sejati orang-orang mukmin adalah yang berusaha mencari keridhaan Allah swt yang kekal dan yang Account book-nya (buku rekeningnya) akan dibuka dan ditentukan pada hari Qiyamat.” Didalam hadis-hadis tersebut yang pertama kali telah disebutkan oleh Hazrat Rasulullah saw untuk memperoleh keuntungan adalah sadqah. Yang dibelanjakan untuk membantu keperluan sandang dan pangan orang-orang yang sangat memerlukan, orang-orang fakir, orang-orang miskin, dan bagi orang-orang yang sangat susah tidak berdaya.

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hazrat Aisyah r.a. katanya, pada suatu ketika beliau menyembelih seekor kambing dan dagingnya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin dan sedikit saja dari padanya disisihkan dirumah beliau. Ketika Hazrat Rasulullah saw bertanya kepada Hazrat Aisyah berapa bagian dari daging kambing yang disembelih itu disimpan dirumah? Hazrat Aisyah r.a. menjawab : “ Semua daging telah saya bagikan kepada fakir miskin, kecuali yang tersisa hanya segenggam tangan saja.” Maka Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Selain dari segenggam daging ini semua daging terselamat. Sebab pahala yang sesungguhnya akan diperoleh dari semua daging yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan faedah bagi orang lain, dan dari situlah keuntungan sesungguhnya yang akan diperoleh. Dan keuntungan itulah yang akan tersimpan. Demikianlah teladan dari seorang Insan Kamil. Beliau tidak mengharapkan keuntungan dari benda-benda dunia. Dan tujuan beliau setiap sa’at semata-mata untuk meraih keridhaan Allah swt. Setiap manusia tidak bisa meraih kedudukan seperti yang telah beliau peroleh. Akan tetapi dengan menegakkan teladan seperti itu beliau saw telah memberi pelajaran kepada kita bahwa kita harus selalu memikirkan keuntungan bagi orang-orang fakir-miskin dan perhatian kita harus selalu tertuju kepada nilai keuntungan yang bisa diperoleh dari Allah swt. Apa yang telah beliau saw jelaskan itu sangat penting sekali bagi semua sehingga ketika seorang sahabah bertanya : Ya Rasulullah, jika seseorang tidak mendapat kekuatan untuk memberi sadqah apa yang harus dilakukan ? Beliau saw bersabda :” Hendaklah ia berusaha keras untuk mencari sesuatu dengan tangannya sendiri, dari hasilnya ia sendiri akan mendapat faedah dan orang lain juga akan mendapat faedah dari padanya. Janganlah kita menjadi beban bagi bangsa. Jika kalian berusaha mencari nafkah dan tidak menjadi beban bagi bangsa, maka selain itu kalian tidak akan menjadi tangan peminta-minta, melainkan menjadi tangan yang selalu memberi, kemudian akan menjadi orang penerima keridhaan Allah swt ”

Di negeri-negeri Barat ini pemerintah memberi bantuan social kepada para penganggur. Orang-orang yang menerima bantuan itu harus berfikir dan sedapat mungkin harus berusaha mencari pekerjaan, sekalipun pekerjaan yang kecil-kecilan. Kadangkala seseorang tidak bisa mendapat pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang telah dia peroleh. Untuk sementara pekerjaan apapun yang diperoleh hendaknya diteruskan dan berapa saja penghasilan yang diperoleh harus dimanfa’atkan sebaik-baiknya dan kurangilah beban terhadap pemerintah. Dan seorang Ahmadi bagaimanapun alasannya tidak dibenarkan untuk menerima bantuan dari pemerintah dengan memberi keterangan secara tidak jujur. Uang yang diperoleh dengan cara demikian bukan hasil usaha yang menguntungkan, bahkan penghasilan itu semata-mata akan membawa kerugian. Seperti dinegara Pakistan, Hindustan dan negara-negara miskin lainnya, setiap orang Ahmadi disana sedapat mungkin harus berusaha keras supaya tidak menjadi orang yang meletakkan tangan dibawah (peminta-minta) melainkan harus menjadi tangan pemberi.

Seorang sahabah bertanya kepada Rasulullah saw, jika tidak ada kemungkinan untuk mencari nafkah, tidak mendapat pekerjaan, pekerjaan apapun tidak bisa diperoleh, sekalipun mendapat pekerjaan namun hasilnya sangat sedikit sehingga tidak bisa mencukupi keperluan sendiri dan dalam keadaan demikian tidak ada peluang untuk memberi sadqah. Dalam keadaan begini apa yang harus dilakukan ya Rasulallah ? Maka Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Banyak cara untuk menolong orang lain. Berusahalah mencari jalan bagaimanapun untuk itu ! Bantulah siapapun yang memerlukan sesuatu. Apapun bantuan yang bisa dilakukan bantulah ! Hazrat Rasulullah saw telah menegakkan sebuah contoh yang sangat baik sekali, ketika beliau menolong seorang perempuan tua yang sangat membenci beliau saw, barangnya diangkat dan dipikul oleh Rasulullah saw sampai kerumah siperempuan tua itu. Perempuan itu tidak kenal siapa yang sedang menolonya itu. Sepanjang jalan perempuan itu banyak bercakap tentang tuduhan buruk terhadap beliau, namun beliau tidak menzahirkan sesuatu kepada perempuan tua itu. Tatkala sampai dirumah perempuan tua itu beliau bersabda kepadanya : “ Sayalah orangnya yang telah engkau sebut-sebut penipu atau tukang sihir itu !!” Maka dengan terperanjat siperempuan tua itu serempak berkata : “ Sekarang sihir saya dan sihir engkau telah berlalu !” Jadi, menolong kesusahan orang, membantu menyampaikan beban orang sampai ditujuannya, memberi sesuatu yang mendatangkan faedah bagi seseorang, merupakan pekerjaan yang mendatangkan ganjaran dari Allah swt. Apa yang dikatakan oleh seorang sahabah, pekerjaan seperti ini juga tidak bisa dilakukannya, maksudnya keadaan sahabah itu sudah benar-benar uzur, tidak mampu bekerja berat lagi. Maka beliau saw bersabda : “ Banyak sekali jalan kebaikan yang Allah swt telah memberi perintah untuk melakukannya. Apa yang telah diperintahkan oleh-Nya kita harus mengamalkannya. Hal itulah yang menjadi amalan yang mendatangkan keuntungan bagi kalian. Dan apapun yang termasuk keburukan, harus menjauhkan diri dari padanya. Pekerjaan seperti itu setiap orang miskinpun bisa melakukannya, yaitu melakukan kebaikan-kebaikan dan menghindarkan diri dari pada keburukan-keburukan. Untuk itu semua tidak diperlukan mengeluarkan sebarang perbelanjaan wang. Untuk melakukan hal itu tidak diperlukan sebarang kekuatan phisik kita. Tengoklah betapapun kecilnya kebaikan itu baginya Allah swt telah menyediakan ganjarannya. Dan melalui Hazrat Rasulullah saw kita menerima penjelasannya tentang itu semua.

Tentang sebuah kisah seperti ini kita telah mendengar sebuah hadis, bahwa menyingkirkan benda-benda yang mendatangkan kesusahan terhadap orang-orang mukmin atau menjauhkan kesusahan dari sebuah jalan dengan menyingkirkan sebatang pokok yang menghalangi jalan Allah swt memasukkan orang yang berbuat demikian kedalam surga. Jadi, betapa banyaknya keuntungan dari perbuatan baik itu sehingga Allah swt memberi pembalasan yang sangat banyak yaitu berupa surga terhadap kebaikan itu. Manusia tidak mampu membayangkan sampai batas mana Allah swt memberi anugerah pembalasan terhadap hamba-Nya. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa, untuk manusia diperlukan dua macam perkara, yaitu mengindarkan diri dari keburukan dan bergegas kepada kebaikan. Dan kebaikan mempunyai dua cabang, pertama meninggalkan perbuatan buruk dan kedua menyalurkan kebaikan kepada yang lain. Pertama meninggalkan keburukan, kedua mengambil faedah dari kebaikan. Hanya dengan meninggalkan keburukan manusia tidak bisa menjadi kamil jika tidak disertai dengan menyalurkan kebaikan kepada orang lain, yakni memberi keuntungan kepada orang lain. Dari perbuatan itu akan diketahui bagaimana akan terjadi perobahan pada diri manusia. Dan martabah itu baru akan diperoleh apabila manusia betul-betul beriman kepada sifat-sifat Allah swt dan memiliki pengetahuan sifat-sfat itu. Sebelum hal itu semua dimiliki, manusia tidak bisa terhindar dari keburukan-keburukan. Beliau bersabda, memberi faedah atau keuntungan kepada orang lain adalah amal perbuatan yang sangat sulit. Contohnya banyak

04

manusia yang merasa takut terhadap Raja-raja dan terhadap orang-orang yang kuat dan gagah perkasa. Banyak sekali manusia yang tidak berani menentang undang-undang mereka. Namun mengapa manusia berani melanggar undang-undang Allah swt Yang Ahkamul Hakimin ? Yakni jika manusia mengetahui betul-betul sifat-sifat Allah swt tentu mereka akan mengamalkan hukum-hukum-Nya. Memberi keuntungan kepada orang lain tidak mungkin bisa dilakukan, apabila banyak orang semakin berani melupakan perintah dan melakukan larangan yang telah ditentukan oleh Allah swt. Mereka tidak mempunyai perhatian sama sekali terhadap perkara-perkara itu. Bahkan mereka dengan sangat berani melakukan pekerjaan yang telah dilarang oleh Allah swt. Sedangkan pemerintahan dunia-pun merasa takut dari padanya. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Banyak sekali manusia yang tidak melanggar undang-undang yang dibuat oleh manusia, namun apa sebabnya dikalangan mereka itu timbul keberanian untuk melanggar peraturan Tuhan yang Ahkamul Hakimin (Hakim Yang Maha Adil diantara para hakim). Adakah sesuatu sebab untuk itu ? Tidak ada sebab, kecuali tidak adanya iman yang menjadi sebab mereka berani melanggar hukum-hukum Allah swt.

Kemudian ada perintah untuk memberi faedah kepada orang lain dari ilmu yang telah diperoleh. Sebagaimana Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Jika seseorang mempunyai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan duniawi jika disampaikan faedahnya kepada orang lain maka sambil meraih keridahaan Allah swt hal itu akan menjadi suatu perniagaan yang sangat menguntungkan baginya. Jika ilmu pengetahuan yang telah diberi oleh Allah swt itu disembunyikan, dengan anggapan bahwa jika ilmu ini aku sampaikan kepada orang lain jangan-jangan ilmu pengetahuan mereka semakin bertambah dan akan mengungguli aku. Maka terhadap orang seperti itu Hazrat Rasulullah sangat mengutuknya dan beliau menasihati ummat beliau untuk menghindar dari perbuatan buruk seperti itu. Bahkan beliau menasihatkan untuk menyelamatkan diri dari perbuatan buruk seperti itu.

Hazrat Rasulullah saw telah mengajarkan beberapa macam du’a kepada kita. Beliau sebagai insan kamil telah mewakafkan setiap nafas dan setiap sa’at dari kehidupan beliau bagi kepentinagn manusia, apabila didepan para sahabah memanjatkan do’a ini, beliau menganjurkan kepada para sahabah juga untuk membacanya dan mengajarkannya kepada orang lain dan do’a ini harus sering dibaca secara berterusan.

Keuntunagn yang sesungguhnya akan dapat diperoleh apabila keridhaan Allah swt telah diraih. Berikut ini saya kemukakan do’a yang selalu dibaca oleh Hazrat Rasulullah saw yaitu yang diriwayatkan oleh Hazrat Abdullah bin Amar r.a. katanya Hazrat Rsulullah saw berdo’a seperti berikut : “ Hai Allah ! Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari hati yang tidak merasa takut kepada Engkau dan dari do’a yang tidak dikabulkan dan dari jiwa yang tidak merasa kenyang dan dari ilmu yang tidak memberi faedah, aku berlinding kepada Engkauya Allah, dari keempat perkara tersebut.”

Terdapat didalam sebuah hadis lagi yang diriwayatkan oleh Ummi Salamah r.a. katanya apabila Hazrat Rasulullah saw menunaikan salat fajar maka setelah mengucapkan salam kekanan dan kekiri beliau membaca du’a seperti berikut ini : “

اَللّهُمَّ اِنِّى اَسئَلُكَ عِلْماً ناَفِعًا وَرِزْقاً طَيِّباً وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Artinya : Wahai Tuhanku !! Aku memohon kepada Engkau ilmu pengetahuan yang mendatang faedah dan keuntungan dan aku memohon kepada Engkau rizki yang toyyib dan aku memohon kepada Engkau amal perbuatan yang layak diterima oleh Engkau.

Jadi untuk membuat diri pribadi wujud yang mendatangkan faedah disertai amal perbuatan yang baik sangat diperlukan pertolongan dari Allah swt. Zat Tuhanlah yang bisa memberi perlindungan kepada manusia dari setiap jenis godaan syaitan. Dan pertolongan Allah swt akan turun kepada kita apabila kita memanjatkan do’a melalui kekasih Tuhan yang sangat dicintai-Nya. Permohonan do’a itu akan terkabul dengan sempurna apabila kita berusaha mengamalkan uswah hasanah (suri teladan) Hazrat Rasulullah saw. Apabila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik maka Allah swt akan menjadikan amal perbuatan kita itu sangat banyak mendatangkan faedah dan keuntungan bagi kita. Sebuah do’a yang diajarkan oleh Hazrat Rasulullah saw kepada kita yang diriwayatkan oleh Hazrat Abdullah Bin Yazid r.a. adalah :

05

“Wahai Tuhan-ku !! Anugerahkanlah kecintaan Engkau pada-ku ! Dan anugerahkanlah kecintaan orang yang kecintaannya memberi faedah dan keuntungan bagiku disisi Engkau. Wahai Tuhan-ku! Dari antara benda-benda yang aku cintai yang telah Engkau anugerahkan pada-ku, aku harapkan Engkau juga menyukainya dan jadikanlah hal itu sarana kekuatan bagiku. Wahai Tuhan-ku !! Dari antara barang-barang yang aku senangi berilah kemudahan bagi-ku untuk mendapatkannya.”

Didunia ini tidak ada orang yang paling dicintai oleh Allah swt kecuali Hazrat Rasulullah saw. Oleh sebab itu kita harus memanjatkan do’a dengan perantaraan beliau saw. Orang yang menjadi kekasih Allah swt semoga beliau menjadi kekasih kita juga. Dan dengan perantaraan beliau semoga kita selalu mendapatkan banyak berkat didalam kehidupan kita yang untuk menegakkan dan untuk menyebar luaskannya Hazrat Rasulullah saw telah datang kedunia.

Untuk menyalurkan manfa’at kepada manusia sesuai dengan nasihat Alqur’an berikut ini لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْن Hazrat Masih mau’ud a..s. bersabda : “ Didalam dunia ini manusia sangat mencintai harta. Itulah sebabnya didalam ta’wil ru’ya dikatakan bahwa, jika seseorang melihat didalam mimpi mengeluarkan hatinya lalu diberikan kepada orang lain, maka maksud hati disini adalah harta. Maka itulah sebabnya untuk meraih iman dan taqwa yang hakiki Allah swt berfirman : لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْن artinya : Sekali-kali kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sebelum kamu membelanjakan sebagian dari harta yang kamu cintai. (Ali Imran : 93) Sebab, bagian terbesar usaha yang dilakukan untuk menanamkan simpati dan kecintaan terhadap makhluq Allah swt diperlukan membelanjakan harta yang kita miliki. Dan menaruh simpaty terhadap sesama manusia dan terhadap sesama kaum atau bangsa dan makhluk-makhluk Allah swt merupakan bahagian kedua dari pada iman. Tanpa itu semua iman tidak akan mencapai kekuatan dan kesempurnaan. Selama manusia tidak memperhatikan keperluan orang lain melebihi keperluan pribadi bagaimana mungkin mereka bisa memberi faedah kepada orang lain. Untuk menyalurkan rasa simpati dan faedah kepada orang perhatian yang serius terhadap mereka sangat diperlukan. Dan didalam ayat : لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنartinya : Sekali-kali kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sebelum kamu membelanjakan sebagian dari harta yang kamu cintai. (Ali Imran : 93) kepada perhatian serius seperti itulah Allah swt telah memberi petunjuk. Maka membelanjakan harta dijalan Allah swt juga merupakan karunia dan keberuntungan bahkan menjadi standar taqwa dan iman bagi hamba Allah swt. Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadis bahwa untuk memberi faedah kepada orang lain diperintahkan kepada orang mukmin untuk memberi sadqah. Hal itu bisa dilaksanakan apabila didalam diri orang mukmin terdapat ruh atau semangat dan kecintaan untuk berkurban. Dan pengurbanan haqiqi itu dapat dilakukan dengan sesungguhnya apabila ia betul-betul mencintai Allah dan Rasul-Nya. Untuk meraih hal itulah tujuan do’a yang telah saya bacakan diatas yang didalamnya Hazrat Rasulullah saw telah memberi bimbingan kepada kita dengan bersabda : “ Dapatkanlah kecintaan-ku.”

Sambil menjelaskan makna nafaa (keuntungan) menurut lughat saya telah menjelaskan bahwa النَّافِعُadalah salah satu nama sifat Allah swt. Dan Dialah Yang memberi faedah dan keuntungan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan Dialah Yang menciptakan keuntungan dan faedah. Maka manusia juga baru bisa menjadi penerima keuntungan dan pemberi keuntungan apabila ada keridhaan dari Allah swt. Oleh sebab itu tatkala Hazrat Rasulullah saw memberi nasihat kepada ummat beliau dengan sabdanya : “Jadilah kalian manusia yang berfaedah bagi yang lain baik dengan amal perbuatan maupun dengan nasihat kepada yang lain!!” Bersabda lagi : Berusahalah menjadi wujud yang memberi keuntungan kepada orang lain sambil meminta pertolongan dari Allah swt. Sebab zat hakiki yakni zat yang memberi faedah kepada yang lain adalah Allah swt. Yang warna sifat-Nya diusahakan oleh hamba-hamba-Nya untuk diterapkan pada diri mereka. Didalam Kitab Suci Alqur’an perkara ini telah dijelaskan oleh Allah swt bahwa mukmin hakiki bisa meraih nafaa (keuntungan hakiki) dari Zat Allah swt. Oleh sebab itu runduklah dihadapan Allah swt dan ingatlah selalu setiap sa’at kepada-Nya dan

06

serulah nama-Nya. Pokok pembeicaraan seperti ini telah dikemukakan diberbagai tempat didalam Kitab Suci Alqur’an. Diantaranya Allah swt berfirman :

قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لاَ يَنْفَعُكُمْ شَيْـًٔـا وَّلاَ يَضُرُّكُم

Artinya : Berkatalah ia, Maka apakah kamu, selain terhadap Allah, menyembah sesuatu yang tak dapat memberikan manfa’at kepadamu sedikit juapun dan pula tidak dapat mendatangkan mudharat kepadamu ? (Al Anbiya : 67)

Maka Zat Allah swt lah yang memberi faedah kepada manusia, baik didunia ini juga maupun diakhirat nanti. Kebanyak syirik itu nampak secara zahir, misalnya manusia memuja patung, sampai sekarang manusia banyak yang memuja patung-patung yang dibuat oleh tangan mereka sendiri, yang sama sekali tidak bisa memberi faedah maupun kemudharatan. Syirik zahir itu nampak wujudnya kepada manusia. Selain itu banyak syirik yang tersembunyi juga. Dikala tengah menghadapi kesulitan manusia menaruh perhatian sepenuhnya kepada sarana-sarana duniawi, mencari dan menghasilkan barang-barang duniawi melampaui batas keperluan, menjilat sambil memuji atasan secara berlebihan, padahal jika tidak ada kehendak Allah swt, maka semua sarana duniawi itu tidak bisa memberi faedah apapun.

Seorang Ahmadi telah menceritakan sebuah kisah kepada saya, katanya ia sedang susah tidak mendapatkan pekerjaan. Akhirnya pada suatu hari kerabat dekatnya mengetahui bahwa dia sedang kesusahan tidak mendaptkan pekrjaan. Dia seorang terpelajar, sangat cerdas dan educated. Dia bilang, baiklah pimpinan saya seorang officer besar dan dia sahabat saya dan saya kenal betul siapa dia. Datanglah engkau besok pagi kesini. Kita akan pergi bersama-sama berjumpa dengan dia. Pagi-pagi ia pergi dan berjumpa dengan orang ini. Lalu orang itu berkata kepadanya : “Datanglah engkau besok pagi-pagi ke office saya nanti akan saya bantu untuk mendapatkan pekerjaan, ada lowongan satu, insya Allah kamu akan mendapatkan pekerjaan itu.” Orang itu berkata : Saya pagi-pagi pergi naik basikal (speda) kekantornya. Sampai disana saya lihat gate (pintu gerbang) tertutup. Penjaga pintu bertanya kepada saya : Ada apa datang kesini ? Saya jawab : Si Fulan menyuruh saya datang kesini, saya datang untuk berjumpa dengannya. Tolong bukalah gate (pintu gerbang) ini! Penjaga pintu itu berkata : “Orang itu sebelum datang kesini tiba-tiba mendapat serangan jantung lalu meninggal.”

Demikianlah keadaan orang yang bertumpu kepada manusia selain kepada Tuhan. Demikianlah Allah swt telah menghapuskan harapannya. Dia kembali dengan perasaan putus asa. Maka, demikianlah keadaan seseorang apabila dia menjadikan manusia sebagai Tuhan-nya. Dan Allah swt berfirman : Jika kamu sungguh-sungguh ruju’ (kembali) kepada-Ku, maka Akulah Yang bisa memberi nafa’ (faedah) kepada kamu dan Akulah Yang bisa menyediakan pekerjaan bagi kamu dan Akulah Yang bisa menyediakan segala sesuatu bagi kamu. Disatu tempat Allah swt berfirman : “ Aku jelaskan lebih lanjut bahwa dunia ini sifatnya sementara, oleh itu kamu harus banyak menaruh perhatian bagi kehidupan di akhirat. Sebab semua keuntungan dan kerugian akan nampak jelas dihadapan mata dihari akhirat nanti. Sebagaimana firman-Nya :

يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَّلاَ بَنُوْنَۙ‏ - اِلاَّ مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ‏

Artinya : Pada hari, ketika harta benda dan anak-anak tidak bermanfa’at. Kecuali orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang sehat akan mendapat manfa’at. (As Syu’ara : 89-90)

Jika tidak beribadah kepada Allah swt dan orang yang memberitahukan kebaikan-kebaikannya namun tidak diamalkannya, maka harta dan anak-anak yang dia miliki tidak mendatangkan sebarang faedah apa-apa. Sedikitpun tidak akan ada gunanya. Allah swt tidak akan bertanya tentang harta kamu berapa yang kamu tinggalkan didunia ? Dan tidak pula Dia akan bertanya berapa orang anak ditinggalkan didunia ? Yang akan membawa faedah hanyalah amal-amal kebaikan sebagaimana telah dijelaskan didalam hadis Rasulullah saw bersabda: “Disebabkan seorang hamba telah menyingkirkan sebatang pokok yang tumbang menghalangi jalan Allah swt telah mengampuninya dan mamasukkannya kedalam surga.” Baiklah, seorang anak akan mendatangkan faedah jika anak itu seorang yang beramal saleh, anak yang terus-menerus melanjutkan amal kebaikan yang telah dimulai oleh orang tuanya. Kebaikan anak itu akan

07

memberi manfa’at dan faedah kepada ibu bapaknya dihari akhirat nanti. Jadi, Allah swt berfirman : “ Seorang yang hadir dengan hati yang mempunyai syiar keta’atan maka hal itulah yang sesungguhnya bermanfaat bagi kamu. Hadir dengan hati yang pada waktu didunia sungguh-sungguh perhatiannya untuk beribadah kepada Allah swt. Itulah maksud hakiki kelahiran manusia kedunia. Jika diakhirat nanti hadir dengan hati seperti itu maka kalian akan bisa meraih keridhaan Allah swt. Jika hadir dengan hati yang selalu memenuhi hak-hak sesama manusia didunia, maka pasti akan mendapatkan barkat dari sifat Nafi’ Allah swt. Berdasarkan Lughat kalbu salim adalah hati yang secara sempurna suci dari pengaruh benda atau makhluk selain Allah. Dan maksudnya adalah hati itu betul-betul suci dari kelemahan iman. Dan suci dari setiap macam penipuan. Suci dari keinginan untuk mencelakakan orang lain, suci dari akhlaq yang buruk. Itulah yang disebut kalbu salim. Meneurut pendapat kebanyakan orang, kalbu salim adalah kalbu yang selalu memikirkan keadaan nasib orang lain. Allah swt berfirman : Orang-orang yang beribadah kepada-Ku, orang yang selalu beramal saleh, adalah mereka yang akan masuk kedalam surga, dan didalamnya akan tinggal selama-lamanya. Semoga Allah swt menganugerahkan hati kepada kita yang selalu beramal saleh dan meraih keridhaannya. Saya kemukakan kutipan dari sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. agar dengannya orang-orang Ahmadi akan mengetahui apa yang diharapkan oleh beliau. Beliau bersabda : Keadaan yang mengesankan diri saya dan dengan melihatnya timbul gerakan dalam hati saya untuk berdo’a, hanyalah satu perkara bahwa saya ingin mengetahui tentang seseorang bahwa hal itu adalah ganjaran dari pengkhidmatan terhadap agama dan wujudnya semata-mata untuk Allah swt, untuk Rasul Tuhan, untuk Kitab Tuhan dan untuk hamba-hamba Tuhan sebagai Naafi’ (pembawa faedah). Orang yang ditimpa oleh kepedihan dan kesakitan sesungguhnya hal itu menimpa diri saya. Bersabda : Hendaklah kawan-kawan tanamkanlah niyyat didalam hati untuk berkhidmat kepada agama dengan cara pengkhidmatan yang sebaik-baiknya. Saya berkata dengan sesungguhnya, disisi Allah swt kedudukan dan martabah seseorang yang menjadi Khadim bagi agama dan orang yang memberi faedah kepada manusia. Sebab kalau tidak Dia tidak akan menghiraukan apakahh manusia mati sebagai anjing atau serigala. Semoga Allah swt memberi taufiq untuk mendapatkan kedudukan kepada kita yang Hazrat Masih Mau’ud a.s ingin menyaksikan keadaan kita betul-betul mengikuti ajaran Alqur’an dan sunnah Rasulullah saw. Amin !!!

Alihbasa langsung dari Audio Urdu oleh Hasan Basri