Guyuran Hujan di Jakarta Beberapa Hari ini Menggemaskan

PADA dan sejak pertengahan bulan Januari ini, guyuran hujan yang lebat dan menggerimis, sempat membuat cerahnya pagi menjadi suram. Ah, masak sih? Iya. Lihat aja burung-burung kutilang di dekat mesjid tempat saya menumpang hidup. Kawanan burung, yang biasanya kerap saya dengar kicauannya, seperti enggan bersuara. Sudah 'gitu, gerimis hujan yang menggemaskan menampakkan diri, memaksa saya untuk senantiasa cap-cip-cup apakah pagi tersebut saya mesti bawa payung atau tidak. Ditambah, kian pamer susu (padat merayap susul-menyusul)-nya berbagai kendaraan di jalanan sejak kebijakan pemerintah memberlakukan waktu masuk sekolah pada pukul setengah tujuh.

Hari-hari hujan yang mengguyur Jakarta, selanjutnya, kerap membuat (benar nggak-ya Bahasa Inggris-nya) self defense mechanism saya bekerja: Flu-flu ringan, sakit kepala, hidung mampet, bersin, badan pegal, males mandi, malas olahraga, dan lain-lain; hingga, maunya tiduuur melulu.

Kemarin pagi, parahnya, sehabis Subuh yang mestinya aku sudah siap-siap untuk breakfast serta ber-MCK, malah bermalas-malas sampai saya terlambat masuk kantor pada pukul 09.30-[lebih 'dikit]. Belum lagi cucian pakaian yang mesti saya tunggu kering bisa sampai 2 hari, itu pun kalau tidak demek atau lembab.

Rasa malas yang mulai meng-grapa-grepe saya ini, tidak bisa dibiarkan berlama-lama. Bisa jadi penyakit. Yah, meski hari-hari hujan yang mengguyur Jakarta akhir-akhir ini sempat menggemaskan, toh ini membawa hikmah dan turunnya kasih sayang Tuhan kepada saya. Saya jadi semakin sadar. Semoga demikian adanya. Amin.[]