Memahami Awal Perselisihan dalam Umat Islam

DALAM sejarah Islam, agama yang terpenting ialah zaman Rasulullah saw., di mana Rasulullah saw. atas perintah Tuhan memproklamirkan Islam ke seluruh dunia. Dengan bekerja keras beliau telah berhasil melukiskan gambaran Islam itu ke dalam hati puluhan ribu umat manusia. Dan berhasil pula mendirikan sebuah jemaat yang terdiri dari ribuan umat manusia, yang pikirannya, perkataannya, dan perbuatannya benar-benar mencerminkan Islam.

Kekacauan-kekacauan yang terjadi dalam kalangan umat Islam terjadi 15 tahun kemudian setelah Rasulullah saw. wafat. Di zaman itu, sejarah sangat suram karena diselubungi tabir kegelapan. Dalam kalangan musuh, Islam itu kelihatannya telah bercoreng-moreng. Sedang bagi pecintanya, menjadi soal yang memusingkan kepala. Sedikit sekali orang-orang berhasil menyeberangi lumpur sejarah yang terjadi di zaman itu dengan selamat. Banyak orang sudah tidak mengetahui lagi kejadian-kejadian yang sebenarnya. Banyak pula di antara orang-orang Islam berlaku masa-bodoh, atau tidak mau tahu sama sekali, karena tidak mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Masa lampau itu nampaknya sangat suram dan kelam di mata mereka. Dan mereka, merasa kecewa tanpa harapan lagi tentang kejayaan Islam di masa yang akan datang. Putus asa dan kekecewaan yang demikian itu tidak benar dan tidak pula pada tempatnya. Yang menjadi sebabnya tidak lain melainkan karena tidak mengetahui sejarah Islam yang sebenar-benarnya, padahal Islam di masa lampau itu tidak ada cacatnya, cemerlang dan gilang-gemilang. Mereka yang pernah bergaul dan hidup berdampingan dengan Rasulullah saw. semuanya berakhlak tinggi tiada taranya dengan bangsa mana pun di dunia ini, meskipun dalam golongan orang-orang yang pernah hidup berdampingan dengan Rasulullah saw. inilah yang wajar disebut, betul-betul telah mengikuti jejak Rasulullah saw. dan memiliki kerohanian yang begitu tinggi sehingga pada saat-saat menghadapi krisis yang sangat hebat sekalipun, namun ketakwaan dan kejujuran tetap dipegang teguh oleh mereka. Di masa mereka sebagai pemerintah pun mereka tetap teguh seperti semula ketika mereka hidup dengan makanan seadanya. Mesjid Nabi yang tanah-itulah sebagai ganti kasur, dan tangan sebagai ganti bantal bagi mereka. Mendengarkan sabda-sabda Rasulullah saw. itulah yang menjadi kegemaran mereka. Dan beribadah kepada Tuhan, itulah yang menjadi hiburan mereka.

Menurut pengalaman, musuh-musuh Islam-lah yang melancarkan tuduhan-tuduhan terhadap para Sahabat saw.. Dan di antaranya, orang-orang yang mengaku dirinya orang Islam pun, ada pula yang karena terdorong oleh hawa nafsu – melancarkan tuduhan-tuduhan itu terhadap seorang dua orang Sahabat Rasulullah saw.. Tetapi, kebenaran dan keadaan yang sebenarnya tidak selamanya tetap tersembunyi, malahan selamanya akan di atas. Orang-orang Islam di zaman yang gelap gulita itu, jangankan mengenal riwayat sendiri, agamanya sendiri pun tidak diketahuinya sungguh-sungguh. Musuh-musuh Islam dalam mengarang riwayat-riwayat, selamanya mengambil riwayat-riwayat karangan musuh, atau kejadian-kejadian yang sebenar-benarnya itu sengaja diputarbalikkan dengan menggambarkan Islam itu sedemikian rupa sehingga nampaknya seolah-olah para Sahabat-nyalah yang telah memamerkan Islam. Oleh karena dalam kacamata orang-orang Islam pada zaman itu yang terlihat hanya sarjana-sarjana bukan Islam saja, maka apa-apa yang diterangkan oleh sarjana-sarjana tersebut diterima mentah-mentah oleh mereka.

Orang-orang yang pernah menelaah buku-buku tarikh Islam dalam bahasa Arab pun menerima dan mengutamakan riwayat-riwayat palsu dari para pengarang bangsa Eropa itu, sedang riwayat-riwayat yang berlainan dengan itu, dianggap tidak benar oleh mereka. Mereka menerima riwayat-riwayat palsu itu karena takut akan keritikan-keritikan dari para pengarang Eropa yang menganggap bahwa riwayat-riwayat yang dikarang oleh mereka itu adalah hasil dari penyelidikan mereka.

Demikianlah halnya zaman sekarang ini sudah kosong dari orang-orang yang benar-benar mau berusaha untuk meninjau kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman permulaan itu dalam bentuk yang sebenar-benarnya.

Ketahuilah bahwa anggapan yang mengatakan bahwa kekacauan-kekacauan itu timbulnya disebabkan leh perbuatan para sahabat, adalah tidak benar sama sekali. Kalau diselidiki secara mendalam maka sama sekali tidak masuk akal bahwa para sahabat mau menghancurkan Islam, semata-mata untuk memperjuangkan kepentingan pribadi. Salah benar kalau ada orang yang mencari sebab musabab kekacauan itu dalam kalangan para Sahabat. Sumber sebab musabab kekacauan itu. Kalau orang berusaha mencari sumbernya itu disini, maka ada harapan usahanya itu akan berhasil.

Kalau sekiranya riwayat-riwayat palsu yang tersiar itu dianggap benar, maka tiada seorang Sahabi pun yang tidak terlibat, dan tidak ada seorang Sahabi pun yang berhati jujur dan takwa. Dan ini berarti menyerang kebenaran Islam, serangan mana dapat menjadikan sendir Islam hancur berantakan.

Nabi Isa a.s. pernah berkata, pohon dapat dikenal dari buahnya. Dengan menganggap riwayat-riwayat palsu itu benar berarti, bahwa buah dari pohon Islam itu sudah begitu pahitnya sehingga jangankan akan ada yang mau membelinya, diberi dengan cuma-cuma sekali pun tidak akan ada orang yang mau menerima. Tetapi, apakah ada orang yang mengetahui sedikit saja tentang kesucian, Rasulullah saw. mau membenarkannya? Tidak! Sekali-kali tidak! Dan lagi, tidak masuk akal bahwa orang-orang seperti Sayyidina Usman r.a. dan Sayyidina Ali r.a. yang hidup berdampingan dengan Rasulullah yang terbilang Sahabat dan masih anggota keluarga dekat pula dari Rasulullah saw., mereka dan Sahabat-sahabat lainnya itu dengan tidak kecualinya, dalam masa beberapa tahun saja sudah menjadi begitu berubah? Berubah bukan karena pertikaian agama, tetapi semata-mata untuk kepentingan diri sendiri! Dan karena alasan itu, lalu timbul perpecahan dalam Islam sehingga mengakibatkan Islam itu sendiri menjadi goyah? Sungguh sayang sekali, sekalipun orang-orang Islam dituntut tidak mengatakan bahwa para Sahabat-lah yang menimbulkan kekacauan, tetapi riwayat-riwayat yang datang dari orang-orang yang tidak menerima Islam itu dengan sungguh-sungguh, dan pengakuan Islamnya hanya sampai di bibir saja diterima begitu saja oleh mereka. Dan selain daripada hasil penyelidikan dari orang-orang yang anti Islam yang selalu berusaha untuk menghancurkan Islam, dan memberi gambaran seakan-akan para Sahabat tidak mempunyai kejujuran dan ketakwaan diterima dan dibenarkan oleh mereka—na’ûdzu bi`l-Lâh.[]