Diskusi 'Melihat Kembali Makna Politik'

APA artinya 'mengembalikan politik'? Inilah politik. Yakni, terkait 'mengembalikan politik' itu sendiri. Artinya--secara gampang--berarti, meluruskan pengertian politik yang degradatif--politik yang berperilaku tamak, licik dan kasar--kembali ke pengertiannya yang mulia sebagaimana maksud sebenarnya definisi manusia sebagai makhluk berpolitik (zoon politikon). Artinya, berbeda dengan hewan, manusia memiliki peralatan alamiah untuk mengorganisir diri guna menghidupi yang adil dengan memiliki peralatan alamiah untuk mengorganisir diri guna mencapai hidup yang adil dengan melibatkan semua orang dan untuk kebahagiaan seluruh rakyat.

Mengembalikan politik lebih dalam lagi berarti sebuah 'upaya besar untuk menerangkan peristiwa-peristiwa kritis dalam sejarah dan mencari dasar-dasar rasional untuk merawat kemanusiaan dan menghindari perendahan martabat manusia'. Kita diajak masuk masuk untuk mendefinisikan ulang masalah politik dan bahkan [mencari] pendasaran ulang masyarakat politik dan mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan historis yang kita alami dengan kondisi reformasi sekarang ini.

Itu antara lain beberapa kutipan yang dari makalah dosen saya, Romo A. Setyo Wibowo, S.J., saat menyampaikan Diskusi Buku Kembalinya Politik: Pemikiran Politik Kontemporer Dari A[rendt] Sampai Z[izek] dalam rangka Diskusi Bulanan JIL (Jaringan Islam Libaral) di Teatur Utan Kayu, Jaktim, Selasa (22/1) malam lalu. Buku Kembalinya Politik, menurut makalah Romo Setyo yang berjudul "Ajakan Melihat Kembali Makna Politik", mengajak kita membaca situasi politik kita pasca Reformasi 2008 dengan teori-teori mutakhir supaya energi demokrasi tidak padam.

Selain Romo Setyo yang hadir, ada Rizal Mallarangeng sebagai pembicara kedua. Hadir pula Gunawan Muhammad yang tampil sebagai "pembicara luar". Pun, Rocky Gerung (yang mengisi pengantar buku) dan satu lagi...ah, lupa saya namany (sebagai editor buku tersebut)![] (A.Sh. Mallarangeng)